Dakwah Digital Ustadzah Syarifah Halimah Alaydrus



Kajian muslimah di ruang virtual, terutama sejak pandemi aktivitas dakwah ikut bertransformasi secara digital, tersedia dengan banyak pilihan. Namun perjalanan batin membawa saya mengikuti kajian muslimah di podcast Ustadzah Halimah Alaydrus pada 2022. Sampai akhirnya setahun kemudian ikut hadir langsung di majelis ilmu atas undangan guru ustadz yang dipertemukan untuk pendampingan keluarga di Majelis Seroja, Tangerang Selatan. Alhamdulillah.

Upaya mendekatkan dan mengkoneksikan hati kepada Nabi SAW serasa mendapatkan jalan ketika tiba-tiba undangan menghadiri dakwah sang Syarifah datang. Tanpa pikir panjang, langsung membalas mengiyakan dengan tentunya mengetik Insya Allah. Tetap ada kekhawatiran tiba-tiba hari itu ketentuanNYA berbeda namun jika jasmani dan rohani sudah dipersiapkan tidak ada lagi agenda lain hari itu, selain kajian, meski tumpukan tugas dan pekerjaan menanti, niatan menghadiri kajian akhirnya kejadian. 


Sekadar menuliskan kembali, dalam KBBI Syarifah berarti perempuan mulia (sebutan bagi wanita keturunan Nabi Muhammad SAW). 

Hari itu, Kamis, 13 Juli 2023 urusan menghadiri kajian dimudahkanNYA. Hanya saja tiba di lokasi pas waktu pukul 13:00 WIB membuat saya harus pasrah duduk di teras musolah, jauh dari Pendopo di mana Ustadzah Halimah berceramah. Cuaca panas hanya terasa gerah sesaat saja, dibantu kipas lima ribuan yang dibeli dari ibu penjual yang mencari nafkah dari pengajian, cukup bikin adem. Lama kelamaan tak terasa kegerahan, yang ada hati syahdu ikuti bacaan shalawatan dan maulidan. Audio yang amat sangat jelas jernih dipersiapkan maksimal. Memang inilah ciri khas kajian Ustadzah Halimah, kekuatannya audio, suara, tanpa visual yang ditampakkan sama sekali bahkan larangan mengambil foto video dipatuhi semua jamaah perempuan yang hadir saat itu. 

Rahmat dan Syafaat menjadi tema kajian muslimah yang diadakan Majelis Seroja pimpinan Ustadz Irfan dan majelis Halimah Alaydrus. Satu jam mendengarkan langsung suara jernih yang menyentuh hati. Ceramah berakhir jelang waktu Ashar. Mendapati siraman kalbu, tenang rasanya dan semua rasa khawatir yang tengah saya alami, sirna. Benar-benar tenang, semua urusan dunia seperti tidak ada artinya. Usai berceramah, Ustadzah Halimah beranjak pulang dengan kendaraan yang sudah menanti di tepi jalan. Jamaah berdiri mengiringi, dari jauh saya hanya memandangi, Alhamdulillah bisa melihat langsung keturunan Nabi SAW. Semoga panjang umur dan bisa menjadi salah satu cara mendapatkan syafaat Nabi, dalam hati sambil senyum saya menatap beliau dari kejauhan. 





Berawal dari Podcast

Pertemuan virtual perdana dengan Ustadzah Halimah Alaydrus justru dari podcast. Maret 2022 saat saya mengambil keputusan berat untuk cuti kuliah S2, menunda sementara seluruh cita-cita dan rencana kuliah pascasarjana, demi merawat ibu yang terinfeksi COVID-19,menjadi awal cerita. Sebagai anak perempuan satu-satunya di keluarga besar dengan dominasi lelaki, saya dan ibu hanyalah dua perempuan di rumah. Keputusan keluarga terutama kakak kelima untuk merawat ibu di rumah, memilih layanan medis Home Care, mendatangkan semua dokter spesialis yang dibutuhkan ibu, membayar perawat medis dan perawat caregiver, menjadi jalan kami awal tahun 2022. Ibu terinfeksi COVID-19 dengan komorbid hipertensi dan diabetes. Kondisinya gawat kata dokter, harusnya dirawat di Rumah Sakit. Namun usia ibu yang sudah kepala delapan, dan psikis ibu yang traumatik dengan Rumah Sakit, membuat kami harus memutar otak dan memastikan seluruh perawatan dokter terlaksana di rumah saja. Tak mudah namun kesulitan datang dengan kemudahannya. Dokter umum, spesialis paru, spesialis penyakit dalam, semua didatangkan dengan mudahnya ke rumah. Oksigen bertabung-tabung disediakan di kamar perawatan. Ibu perlahan pulih dan sembuh dengan pemantauan ketat tenaga medis dan keluarga.  

Latar inilah yang membuat saya punya pengalaman batin kuat dengan kehadiran virtual Ustadzah Halimah. Saat menemani ibu di kamar, dengan status ibu positif COVID-19, saya berserah pasrah kalau pun tertular. Ceramah Ustadzah Halimah sungguh menenangkan pikiran. Cara dakwah yang suara jernihnya, penyampaian yang tidak bertele-tele, namun menyentuh hati dan tidak menghakimi membuat masa sulit itu terasa hangat. 

Belakangan baru saya pahami bahwa Ustadzah Halimah menerapkan prinsip dakwah tanpa visual. Beliau bercadar dan tak mau menampilkan dirinya. Saya menemukan fakta bahwa konsep dakwah ini mendapatkan tempat di hati jamaah dan terlindungi penuh karena sulit sekali menemukan ada pihak-pihak tidak bertanggungjawab yang berusaha membongkar profilnya. Di sinilah pelajaran penting bahwa tak perlu menunjukkan siapa kita selama ilmunya bermanfaat maka sampaikanlah. Tak perlu popularitas menampakkan diri selama Allah ridha atas upaya menyampaikan pesan cinta Allah SWT dan Nabi SAW, maka dunia mudah saja dalam genggaman.

Konsistensi dakwah digital hanya melalui audio, tanpa visual, bahkan dengan menggunakan platform digital seperti YouTube dan Instagram yang notabene sangat visual pun, dijalankan dan diterima publik. Jamaahnya tersebar di majelis mana pun yang beliau hadiri sebagai pendakwah. Dahsyat kalau Allah SWT sudah berkehendak. 

Di tengah hiruk pikuk dunia digital yang semuanya menampilkan profil diri, Ustadzah Halimah Alaydrus justru mendobrak semua tren digital ini dengan caranya. Dakwahnya meluas dan banyak hati yang tersentuh dengan isi ceramahnya yang adem diselingi humor ala perempuan. Pendakwah yang konsisten dengan prinsip dakwahnya, tanpa menutup diri dari tren media sosial yang membantu meluaskan dakwah secara digital, namun tetap ada batasan. 


Saya belajar keteguhan hati dan kemuliaan akhlak dari Ustadzah Halimah Alaydrus, selain tentunya ilmunya yang sangat mengena. Kata adik saya, beliau muridnya Habib Umar di Tarim, Yaman. Wah, makin senang hati, karena sanad guru perempuan (semoga berkenan menerima saya yang penuh dosa ini sebagai muridnya), bersambung ke cucu Nabi SAW, Habib Umar. 

Semoga perjalanan pengalaman batin ini dicatat sebagai cara saya mendekatNYA dan ikhtiar mendapatkan syafaat Nabi SAW dan rahmat Allah SWT. Semoga pun tulisan ini punya arti dan jadi saksi. 





Pengaruh Dukungan Babinsa dan PKK untuk Penanganan Kusta di Desa




Kusta merupakan penyakit menular yang tidak semudah itu menular. Penularan kusta terjadi jika ada kontak yang cukup lama dan sering. Meskipun begitu, kusta bisa diobati dan dengan penanganan tepat, kusta bisa disembuhkan. Bahkan keluarga yang tinggal bersama pasien kusta dapat mencegah terjadinya penularan dengan konsumsi obat sekali minum saja.

Ketidaktahuan masyarakat mengenai penyakit kusta, penularan dan penanganannya, menyebabkan stigma semakin kuat terhadap penyandang kusta. Diskriminasi kerap terjadi tanpa dibarengi penanganan yang tepat terhadap pasien kusta. Minimnya pengetahuan dan pemahaman warga desa semakin menyulitkan penanganan kusta. Itu sebab peran para penggerak edukasi di tingkat desa seperti PKK dan Babinsa punya peran dan pengaruh penting.

Edukasi kusta dengan melibatkan PKK dan Babinsa yang dilakukan NLR Indonesia melalui Roadshow Leprosy di Slawi dan Tegal, menjadi salah satu cara efektif pengenalan penyakit kusta dan penanganannya. Bagaimana implementasi edukasi penangangan kusta ini menjadi topik menarik dalam talk show Ruang Publik KBR 14 Juni 2023 bersama Kapten Inf Shokib Setiadi, Pasiter Kodim 0712/Tegal dan Elly Novita, S.KM, MM, Wakil Ketua Pokja 4, TP PKK Kab. Tegal, dipandu Rizal Wijaya.

www.wawaraji.com



Roadshow Leprosy di Slawi dan Tegal ini menjadi krusial karena Indonesia masih tercatat sebagai negara dengan tingkat kasus kusta tertinggi di dunia. Edukasi melibatkan penggerak di desa menjadi penting karena penyakit kusta jika tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan disabilitas. Kasus baru kusta di Indonesia mengalami stagnasi selama 10 tahun terakhir dengan jumlah mencapai 18.000 kasus. Pada tahun 2017, angka disabilitas akibat kusta masih mencapai 6,6 orang per 1.000.000 penduduk. Padahal pemerintah punya target angka disabilitas kusta kurang dari 1 orang per 1.000.000 penduduk. Ini menunjukkan masih adanya masalah dalam penanganan kusta di Indonesia.

Menurut Kapten Inf Shokib, roadshow yang telah berjalan membantu menumbuhkan kesadaran dan niat berobat bagi penyandang kusta. Babinsa dalam hal ini bekerjasama dengan tenaga kesehatan setempat untuk meningkatkan kesadaran warga.  Sementara dari penggerak PKK, Elly mengatakan edukasi semacam ini bermanfaat untuk membekali pegiat PKK bisa mengenali kusta, ikut turut mengedukasi bahwa kusta bukan guna-guna, serta memiliki pemahaman mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan bersama pamong desa dan puskesmas dalam penanganan pasien kusta di desa.

“Diharapkan desa mendukung kegiatan penanganan kusta. Belum semua desa konsen terhadap penanganan kusta,” kata Elly menjelaskan bahwa penyakit kusta belum sepenuhnya menjadi perhatian di desa. Ia pun berharap dengan kolaborasi puskesmas, pemerintah desa yang mengawal, serta peran Babinsa, penanganan kusta di desa lebih maksimal lagi.


Edukasi Jadi Bekal Melawan Hoaks

Peran Babinsa dan PKK yang membawa pengaruh besar menjadi penting dalam penanganan kusta di desa. Pasalnya, hoaks kesehatan termasuk tentang kusta menyebar cepat.

“Informasi negatif lebih cepat diterima daripada informasi positif, ini menjadi kendala,” kata Elly.

 



Dengan teredukasinya Babinsa dan PKK, tentunya akan memudahkan penanganan kusta di desa termasuk dalam melawan hoaks kesehatan. Menurut Elly, stigma bukan hanya terjadi di masyarakat terhadap penyandang kusta, namun pasien kusta itu sendiri pun masih mengalami stigma yang membuatnya menolak berobat.

Butuh upaya bersama lintas sektor untuk bisa menangani kusta di desa. Elly mengatakan, PKK menggunakan pendekatan pelibatan tokoh masyarakat dan tokoh agama termasuk kelompok kepemudaan, organisasi keagamaan kaum ibu seperti Muslimat NU dan 'Aisyiyah untuk menyebarkan pesan dan edukasi kesehatan di desa.

Pengaruh Babinsa juga tak kalah penting di desa. Kapten Inf Shokib mengatakan bentuk komitmen Babinsa antara lain melanjutkan sosialisasi penanganan kusta di wilayah masing-masing. Menurutnya, satu Koramil mencakup 15 sd 20 desa. Dengan kesatuan ini, Babinsa bersama nakes, relawan kesehatan wilayah, kader kesehatan bisa bersama-sama sosialisasi ke desa-desa.

“Kegiatan kumpul bareng kader kesehatan ada setiap minggunya, upaya penanganan kusta bisa dilakukan face to face dengan warga masyarakat yang berkumpul lewat klaster RT dan RW,” jelasnya.




Harapannya, warga desa bisa mengenali ciri penyakit kusta dan bertambah kesadarannya untuk menangani, mengobati, dan melakukan tindakan tepat terhadap pasien kusta. Dengan demikian kasus kusta bisa berkurang dengan penanganan tepat atas kesadaran bersama warga desa. Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) juga diperlakukan setara bebas stigma, berkat pemahaman publik yang lebih baik mengenai kusta.  

 

 

 

 

 

 

 

Film Indonesia Seputar Pernikahan Bisa Jadi Obrolan Pasutri atau Bikin Overthinking?

Dok. Official Trailer CTS 2


Hidup berpasangan dari penjajakan hingga jadi pasangan suami istri (pasutri) memang selalu menarik dijadikan cerita film. Sejak akhir tahun 2022 sampai pertengahan 2023 ada beberapa pilihan film Indonesia bergenre drama komedi, perkara menikah, yang jadi hiburan Duoraji. Selain menghibur juga bisa bikin kontemplasi dan bahan obrolan sama pasangan.

Seserius itu memang saya saat menikmati film Indonesia. Meski nonton di bioskop itu tujuan utamanya cari hiburan. Tetap aja selalu ada inspirasi bahkan lesson learn yang bisa dipetik, boleh juga kalau mau bilang ada hikmahnya. 

Dua film Indonesia seputar pasutri ini jadi topik obrolan seru Duoraji, kelar nonton film di bioskop maupun jadi bahan diskusi berduaan aja. Bukankah katanya pernikahan itu isinya ngobrol alias komunikasi? Bagi Duoraji, dua film ini menarik untuk jadi bahan obrolan pasutri, bisa kilas balik perjalanan percintaan sekaligus antisipasi gangguan pernikahan di masa mendatang yang serba enggak pasti.

Film Cek Toko Sebelah 2
Film garapan Ernest Prakasa yang tayang di bioskop 22 Desember 2022 cukup berkesan untuk saya dan suami alias Duoraji. Sosok Koh Ernest dan sang istri tercinta Meira Anastasia langsung muncul di kepala saya begitu selesai nonton film ini di bioskop jelang pergantian tahun. Kebayang serunya pasutri ini diskusi membahas cerita film di mana Ernest jadi sutradara dan pemeran utama (tokoh Erwin) dan Meira sebagai penulis naskahnya. 

Mengutip pernyataan Meira dan Ernest dari Kompas.com  sekuel fim CTS2 ini lebih kuat sisi femininnya, dengan maksud, perspektif perempuan lebih imbang. Benar nyatanya, karena saya yang nonton film di bioskop bersama pasangan, terasa "dibelain" dari sudut pandang perempuan tentang relasi pasutri perkara anak dan ketiadaan anak dalam pernikahan.

Topik anak memang jadi salah satu konflik yang muncul di film CTS 2 ini dari pernikahan Yohan (diperankan  Dion Wiyoko) dan Ayu (diperankan Adinia Wirasti). Meski beda latar cerita soal momongan dalam pernikahan, kok ya saya merasa relate dengan Ayu soal punya anak. Enggak terasa, air mata ngalir deras saat nonton, dan suami peka, genggam erat tangan yang justru jadi bikin makin menjadi tangisannya. Sukses bikin teriris hati memang konflik anak dalam pernikahan ini. Alhasil, kelar nonton, topik anak jadi obrolan Duoraji untuk semakin meyakinkan bahwa kami enggak ingin memaksakan salah satu pihak perkara anak. Selalu ada alasan mengapa pasutri belum (pernah atau lagi) punya anak. Meski alasan saya beda jauh dengan Ayu yang pernah mengalami luka batin sebagai anak yang tak diinginkan orangtuanya. 

Perkara menikah dengan banyak syarat dan ekspektasi orangtua, ini jadi isu utama film CTS 2 antara Erwin dan Natalie (diperankan Laura Basuki). Duoraji sih enggak terlalu relate dengan konflik ini, tapi banyak pelajaran juga dari ceritanya. Selalu seru nonton film drama komedi tapi banyak pesan menarik yang bisa jadi obrolan sama pasangan. Lagi-lagi, soal komunikasi selalu jadi kunci kehidupan pasangan yang komitmen berumah tangga. Pesan penting lainnya, kegagalan pernikahan yang pernah terjadi dalam keluarga bukan lantas jadi stigma yang bikin overthinking berumahtangga. Pengalaman buruk di masa lalu dalam keluarga, juga enggak semestinya jadi penghakiman yang menyakiti hati sampai merusak rencana indah pernikahan. 

Banyak bahan obrolan dari film CTS 2 ini untuk pasutri atau yang masih menjajaki menuju pernikahan. Kalau bisa dikomunikasikan, harusnya sih enggak jadi overthinking apalagi jadi takut menikah ya. Nonton aja deh CTS 2, sejak 21 April 2023 sudah muncul di Netflix. 


Film Detektif Jaga Jarak 

Dok. Offical Trailer DJJ


Film drama komedi yang bukan diperankan komika muncul 1 Juni 2023 di bioskop. Pemeran utamanya bahkan jauh dari kesan komedi namun justru sukses menghibur lewat peran Almond (Marthino Lio). Peran bocah detektif amatir, Takdir (Bimasena Prisai Susilo) dengan anjingnya Bro, bikin film Detektif Jaga Jarak makin pecah. 

Lagi-lagi, cerita film ini tentang tuntunan menikah. Kali ini datangnya dari orangtua yang ingin anak perempuannya segera dinikahi Almond. Segala keterbatasan Almond di masa pandemi COVID-19 yang sulit, juga sosok Almond yang menurut saya people pleaser, enggak bikin semangatnya kendor mencari nafkah untuk menikah. Namun, alih-alih menikah, justru kegagalan hubungannya jadi dorongan untuk menjalani profesi baru, detektif perselingkuhan bersama mitra setianya, Takdir dan Bro. 

Skandal pernikahan dengan beragam kasusnya jadi cerita seru di layar lebar, pun jadi bahan obrolan sama pasangan. Overthinking pasangan bisa jadi selingkuh? Enggak segitunya sih. Sebenarnya film Detektif Jaga Jarak ini kasih banyak pencerahan soal bagaimana memelihara hubungan sekaligus menjaganya tetap harmonis meski risiko rusaknya hubungan karena godaan WIL atau PIL, bisa aja muncul tiba-tiba. Lagi-lagi, komunikasi dua arah dan usaha bersama melanggengkan relasi pasutri tetap hangat dan penuh cinta dalam rumah tangga, jadi kuncinya. 

Jadi, film Indonesia apa lagi nih yang bisa jadi bahan obrolan seru sama pasangan? Asal jangan rekomendasi film poligami yaa, saya enggak minat.




Sembuh Rohani dan Jasmani dari Kusta dengan Berhati-hati Tanpa Diskriminasi






Sikap kehati-hatian menyikapi penyakit menular menjadi keniscyaan, tidak terhindari namun bukan lantas atas nama waspada tetapi justru menciptakan stigma. Berhati-hati tanpa bersikap diskriminasi menjadi pesan kunci yang saya dapati dari Talk Show Ruang Publik KBR bersama NLR Indonesia, membahas Kusta dalam Perspektif Agama.

Dalam perspektif agama Islam, narasumber Dokter Umum RSI Aisyiyah Malang, Kontributor Islami.co, Muhammad Iqbal Syauqi mengatakan teks agama menyebutkan kusta sebagai penyakit mengkhawatirkan dari sejak masa Nabi SAW. Sikap Nabi Muhammad SAW secara rohani adalah meminta perlindungan dari penyakit kusta, dari kecacatan yang dapat menyebabkan disabilitas. Secara jasmani, sikap Nabi SAW adalah berhati-hati, tetap waspada, menjaga kebersihan dan tidak bersikap diskriminatif terhadap penderita kusta pada zamannya. 

"Ada kekhawatiran karena ketidaktahuan terhadap penyakit namun tidak ada diskriminasi"  

 

Menurut dr. Syauqi, dari segi medis penyakit kusta disebabkan bakteri dan faktor lingkungan. Jika tidak diatasi bisa menyebabkan disabilitas. Penyakit menular ini dapat disembuhkan dengan terapi obat teratur yang bisa didapati gratis di puskesmas. 

Ketidaktahuan atas penyakit kusta yang kemudian menimbulkan stigma. Seperti kontak erat dengan penderita kusta dianggap berbahaya, sementara faktor kontak erat yang dapat menularkan tidak terjadi dengan singkat. Kondisi tubuh atau imun juga turut mempengaruhi risiko penularan. 

Sikap Nabi SAW dengan berhati-hati tanpa menjauhkan diri dari penderita penyakit, menjaga kebersihan, menjadi sikap sekaligus ikhtiar jasmani yang dilakukan serta dicontohkan dan dijelaskan dalam teks agama perspektif Islam. 

Manusia dapat berusaha mengatasi penyakit secara rohani dan jasmani, kata dr. Syauqi. Secara rohani dapat berdoa dan memanjatkan doa yang pernah dicontohkan Nabi SAW untuk dilindungi dari penyakit menular. Termasuk memanjatkan doa secara spesifik untuk memohon perlindungan. Secara jasmani dapat menemukan cara penyembuhan dengan obat meski dalam teks agama tidak disebutkan bagaimana metode penyembuhan dan obatnya namun ikhtiar jasmani tetap dilakukan dan dicontohkan.




Talk Show Ruang Publik KBR yang diselenggarakan oleh NLR Indonesia, dipandu Rizal Wijaya juga menghadirkan narasumber Pendeta dan OYPMK (Orang yang Pernah Mengalami Kusta), Pdt. Emertus Corinus Leunufna.

Sebagai OYPMK yang juga tokoh agama, Pendeta Emertus Corinus menyikapi kusta dengan upaya rohani dan jasmani, dengan tidak membatasi pergaulan dan memegang prinsip menghargai kemanusiaan. Berawal dari keluhan mati rasa pada kaki, Pendeta memeriksakan diri dan menyembuhkan penyakit kusta yang dialaminya. 

Penyakit kusta bukan untuk ditakuti yang kemudian menimbulkan diskriminasi. Sebagai rohaniawan yang pernah mengalami kusta, menyikapi penyakit sebagai jalan Tuhan untuk melibatkan dirinya mengatasi dan memulai tugas baru pelayanan terhadap penderita kusta. 

Menyikapi penyakit sebagai ujian keimanan bukan kutukan menjadi teladan yang dicontohkan Pendeta Emertus Corinus sebagai OYPMK. Tak berhenti di situ, proses penyembuhan dan pelayanan terhadap penderita kusta menjadi contoh bagaimana mengatasi kusta tanpa membatasi pergaulan dan tetap mengedepankan kemanusiaan tanpa stigma. 

Talk Show Ruang Publik KBR yang berlangsung pada 8 Mei 2023 melalui live streaming YouTube dapat disimak kembali melalui channel ini YouTube Ruang Publik KBR





Dapur Solo Ahlinya Masakan Jawa

Tahun 1988 cabang pertama di daerah Sunter di buka, bermula dari sebuah garasi rumah ibu Swan yang kala itu hanya menjajakan jus dan rujak kini sudah mempunyai gerai 36 cabang yang tersebar di Jabodetabek dan Bandung. Hhhmm siapa sih yang saya maksud? Tidak lain dan tidak bukan, Dapur Solo Ahlinya Masakan Jawa.

Dapur Solo Mall Artha Gading

Sebuah perjuangan yang tidak pernah mengkhianati hasil, dari bisnis rumahan sampai kini tahun 2023, 35 tahun kemudian, sudah menyebar di Jabodetabek dan Bandung, baik di dalam Mall maupun stand alone store.

Ny. Swan, seperti yang tertera di atas logo Dapur Solo adalah foundernya. Kenapa tiba-tiba saya bahas ini? Jujur rasa kepo ini tidak tertahankan kalau melihat sesuatu yang belum saya ketahui semisal kenapa ada nama beliau di setiap logo Dapur Solo, beruntung ada mas Putra, Brand Manager Dapur Solo yang menemani kami dan memberikan penjelasan secara detil.

Kalau beberapa kali saya tulis Dapur Solo Ahlinya Masakan Jawa, karena memang menu yang ada mewakili sebagian besar makan di daerah Jawa. Jadi bukan hanya dari Solo, Jawa Tengah aja.

Ini bukan pertemuan pertama saya dengan Dapur Solo, tapi ini kali pertama bisa komunikasi langsung dengan pihak manajemen Dapur Solo agar bisa mendapatkan informasi terupdate dari Dapur Solo, salah satunya menu MABAR yang merupakan akronim dari Makan Bareng.

Oke saya ceritain dulu secara runut dari awal, jadi kami (saya dan beberapa teman) udah janjian untuk ketemu di Dapur Solo cabang Mall Artha Gading. Aiiihh, jaraknya lumayan nih dari kediaman saya di daerah perbatasan Jakarta Selatan dengan kota Tangerang. Namun demi menyambung silaturahmi, cuuuss lah, beruntung bisa lewat akses tol yang mempersingkat perjalanan kami.

Jarak bukan masalah untuk silaturahmi

Setelah sampai di Mall Artha Gading, saya langsung menuju lobby Nusantara, karena akses ini paling mudah kalau kita ingin ke Dapur Solo. Tinggal belok kearah kiri, jalan terus sampai ketemu ekskalator, naik satu lantai, sampailah di Dapur Solo. Gampangkan?

Poin plus dari Dapur Solo Mall Artha Gading adalah, lokasi yang dekat dengan Musholla. Gak usah khawatir ketinggalan ibadah, terlebih saat bulan Ramadan.

Kap Lampu Beranyaman Bambu Ciri Khas Dapur Solo

First impresi saya pas lihat Dapur Solo adalah, layout tempat duduknya tertata rapi tapi tidak terlihat padat. Kalau diperhatikan ada sekitar 4 layout atau bagian. Bagian pertama atau sisi kanan ada di dekat area kasir. Lalu ada bagian tengah yang menghubungkan sisi kiri dan masih ada layout di bagian selasar Mall tepat di depan outlet Dapur Solo.

Layout sisi kiri, cocok banget kalau di booking untuk acara keluarga 15-20 orang seperti yang kami lakukan saat main ke Dapur Solo Mall Artha Gading.

Yang menarik dari desain interior Dapur Solo adalah kap lampu beragam bentuk yang terbuat dari anyaman bambu. Bukan hanya saya yang merasa kalau kap lampu ini menarik pandangan mata untuk melihat lebih detail dan seakan menyatu dengan konsep toko yang modern minimalis. Kap Lampu anyaman bambu ini langsung di beli dari pengerajin di Solo.

Dan menurut mas Putra, ornament kap lampu anyaman dari bambu ini akan menjadi ciri khas di semua outlet Dapur Solo.

Menu MABAR-Makan Bareng Dapur Solo

Kalau ada ketemuan sama teman, berapa kira-kira budget yang kalian keluarkan untuk makan dan minum di sebuah Mall besar di Jakarta?

Sungguh tak rugi MABAR di Dapur Solo

Sebagai gambaran, beberapa hari lalu seorang kawan bikin status, “Ngopi sama Makan Roti Mahal beutt ya” Sambil memposting struk harga dengan nominal lebih dari 70 ribu. 

Sejujurnya saya gak kaget, karena sebagai penikmat kopi, udah paham banget standar harga segelas hot cappuccino di outlet yang berada di mall besar.

Sekarang kalian kaget gak, kalau misal bayarnya cuma 60 ribu tapi dapat makan besar (nasi) dan lauk tengah beraneka macam, plus minum es lemon tea grass dan bonus es campur? Trus kita bisa ngobrol santai sama teman atau keluarga tercinta.

Kalau kalian mau kaget seperti saya, cobain deh menu MABAR di Dapur Solo. Ada MABAR-4 dan MABAR-6, bedanya apa?

MABAR-4 itu porsi untuk 4 orang dan MABAR-6 porsi untuk 6 orang. Tentunya dengan menu yang berbeda.

MABAR-4 dengan harga 220 ribu (belum termasuk pajak) kita udah dapat, nasi putih, es lemon tea grass 4 porsi, satu porsi Ikan Gurami Goreng, Soto Ayam, Oseng Buncis Ayam Pedas, Tempe Goreng Tepung, sambal terong dan bonus 1 porsi es campur solo.

MABAR-6 harga 300 ribu (belum termasuk pajak), menu yang kita dapat, 6 porsi nasi putih dan es lemon tea grass, 1 porsi sop ikan asam pedas, soto ayam, oseng buncis ayam pedas, tempe goreng tepung, sambal tempe dan bonus 2 porsi es campur solo.

Informasi lengkap menu MABAR Dapur Solo

Karena kami datang berlima, buat cari aman kita pesan MABAR-6 dan ternyata ludes tak bersisa. Semua punya jagoan masing-masing ada yang lahap makan soto ayam, ada yang senang oseng buncis ayam pedas dan yang pasti (saya) suka banget sama sop ikan asam pedasnya. Sayangnya saya lupa tanya, ikan apa yang digunakan, apakah patin atau gurami.

Menu MABAR dari Dapur Solo, saya rekomendasikan untuk kalian yang mau buka puasa, meet up atau halal bil halal saat idul fitri atau bisa juga jadi pilihan ketika si mbak masih ada di kampung dan kita lagi malas buat masak di rumah.

Menu MABAR ini akan ada sampai tanggal 15 Mei 2023, jadi masih banyak waktu untuk bisa mendatangi Dapur Solo yang terdekat dari kediaman kalian.

Kalau ada yang mempertanyakan status kehalalan (kurang lebih) 70 menu yang ada di Dapur Solo, jangan khawatir sudah ada sertifikat halal dari MUI dan pihak berwenang lainnya.

Formasi lengkap MABAR-6 Dapur Solo

Managemen Dapur Solo komitmen untuk terus menjaga kehalalan produk mereka, bahkan pihak Dapur Solo tidak segan menghapus menu jika rekanan penyedia bahan makanan tersebut belum bisa memperlihatkan sertifakat halal.

Walau makanan tersebut merupakan best seller, tapi tetap akan di turunkan dari daftar menu seluruh cabang Dapur Solo. Dan ini sudah terjadi terhadap beberapa menu makanan yang terpaksa dihapus dari daftar menu.
Sambal tempe yang pedasnya di luar perkiraan saya, tapi ini enak.

Sekedar informasi tambahan, untuk cabang stand alone store Dapur Solo, bisa di booking untuk acara meeting, ulang tahun, ghatering ataupun resepsi karena memang lokasinya yang memungkinkan. Cabang Dapur Solo yang berkonsep stand alone store ada di Sunter Astra, Matraman, Mampang dan Panglima Polim.

Jadi kapan kita MABAR di Dapur Solo?