Dakwah Digital Ustadzah Syarifah Halimah Alaydrus

15.30.00 wawaraji 2 Comments



Kajian muslimah di ruang virtual, terutama sejak pandemi aktivitas dakwah ikut bertransformasi secara digital, tersedia dengan banyak pilihan. Namun perjalanan batin membawa saya mengikuti kajian muslimah di podcast Ustadzah Halimah Alaydrus pada 2022. Sampai akhirnya setahun kemudian ikut hadir langsung di majelis ilmu atas undangan guru ustadz yang dipertemukan untuk pendampingan keluarga di Majelis Seroja, Tangerang Selatan. Alhamdulillah.

Upaya mendekatkan dan mengkoneksikan hati kepada Nabi SAW serasa mendapatkan jalan ketika tiba-tiba undangan menghadiri dakwah sang Syarifah datang. Tanpa pikir panjang, langsung membalas mengiyakan dengan tentunya mengetik Insya Allah. Tetap ada kekhawatiran tiba-tiba hari itu ketentuanNYA berbeda namun jika jasmani dan rohani sudah dipersiapkan tidak ada lagi agenda lain hari itu, selain kajian, meski tumpukan tugas dan pekerjaan menanti, niatan menghadiri kajian akhirnya kejadian. 


Sekadar menuliskan kembali, dalam KBBI Syarifah berarti perempuan mulia (sebutan bagi wanita keturunan Nabi Muhammad SAW). 

Hari itu, Kamis, 13 Juli 2023 urusan menghadiri kajian dimudahkanNYA. Hanya saja tiba di lokasi pas waktu pukul 13:00 WIB membuat saya harus pasrah duduk di teras musolah, jauh dari Pendopo di mana Ustadzah Halimah berceramah. Cuaca panas hanya terasa gerah sesaat saja, dibantu kipas lima ribuan yang dibeli dari ibu penjual yang mencari nafkah dari pengajian, cukup bikin adem. Lama kelamaan tak terasa kegerahan, yang ada hati syahdu ikuti bacaan shalawatan dan maulidan. Audio yang amat sangat jelas jernih dipersiapkan maksimal. Memang inilah ciri khas kajian Ustadzah Halimah, kekuatannya audio, suara, tanpa visual yang ditampakkan sama sekali bahkan larangan mengambil foto video dipatuhi semua jamaah perempuan yang hadir saat itu. 

Rahmat dan Syafaat menjadi tema kajian muslimah yang diadakan Majelis Seroja pimpinan Ustadz Irfan dan majelis Halimah Alaydrus. Satu jam mendengarkan langsung suara jernih yang menyentuh hati. Ceramah berakhir jelang waktu Ashar. Mendapati siraman kalbu, tenang rasanya dan semua rasa khawatir yang tengah saya alami, sirna. Benar-benar tenang, semua urusan dunia seperti tidak ada artinya. Usai berceramah, Ustadzah Halimah beranjak pulang dengan kendaraan yang sudah menanti di tepi jalan. Jamaah berdiri mengiringi, dari jauh saya hanya memandangi, Alhamdulillah bisa melihat langsung keturunan Nabi SAW. Semoga panjang umur dan bisa menjadi salah satu cara mendapatkan syafaat Nabi, dalam hati sambil senyum saya menatap beliau dari kejauhan. 





Berawal dari Podcast

Pertemuan virtual perdana dengan Ustadzah Halimah Alaydrus justru dari podcast. Maret 2022 saat saya mengambil keputusan berat untuk cuti kuliah S2, menunda sementara seluruh cita-cita dan rencana kuliah pascasarjana, demi merawat ibu yang terinfeksi COVID-19,menjadi awal cerita. Sebagai anak perempuan satu-satunya di keluarga besar dengan dominasi lelaki, saya dan ibu hanyalah dua perempuan di rumah. Keputusan keluarga terutama kakak kelima untuk merawat ibu di rumah, memilih layanan medis Home Care, mendatangkan semua dokter spesialis yang dibutuhkan ibu, membayar perawat medis dan perawat caregiver, menjadi jalan kami awal tahun 2022. Ibu terinfeksi COVID-19 dengan komorbid hipertensi dan diabetes. Kondisinya gawat kata dokter, harusnya dirawat di Rumah Sakit. Namun usia ibu yang sudah kepala delapan, dan psikis ibu yang traumatik dengan Rumah Sakit, membuat kami harus memutar otak dan memastikan seluruh perawatan dokter terlaksana di rumah saja. Tak mudah namun kesulitan datang dengan kemudahannya. Dokter umum, spesialis paru, spesialis penyakit dalam, semua didatangkan dengan mudahnya ke rumah. Oksigen bertabung-tabung disediakan di kamar perawatan. Ibu perlahan pulih dan sembuh dengan pemantauan ketat tenaga medis dan keluarga.  

Latar inilah yang membuat saya punya pengalaman batin kuat dengan kehadiran virtual Ustadzah Halimah. Saat menemani ibu di kamar, dengan status ibu positif COVID-19, saya berserah pasrah kalau pun tertular. Ceramah Ustadzah Halimah sungguh menenangkan pikiran. Cara dakwah yang suara jernihnya, penyampaian yang tidak bertele-tele, namun menyentuh hati dan tidak menghakimi membuat masa sulit itu terasa hangat. 

Belakangan baru saya pahami bahwa Ustadzah Halimah menerapkan prinsip dakwah tanpa visual. Beliau bercadar dan tak mau menampilkan dirinya. Saya menemukan fakta bahwa konsep dakwah ini mendapatkan tempat di hati jamaah dan terlindungi penuh karena sulit sekali menemukan ada pihak-pihak tidak bertanggungjawab yang berusaha membongkar profilnya. Di sinilah pelajaran penting bahwa tak perlu menunjukkan siapa kita selama ilmunya bermanfaat maka sampaikanlah. Tak perlu popularitas menampakkan diri selama Allah ridha atas upaya menyampaikan pesan cinta Allah SWT dan Nabi SAW, maka dunia mudah saja dalam genggaman.

Konsistensi dakwah digital hanya melalui audio, tanpa visual, bahkan dengan menggunakan platform digital seperti YouTube dan Instagram yang notabene sangat visual pun, dijalankan dan diterima publik. Jamaahnya tersebar di majelis mana pun yang beliau hadiri sebagai pendakwah. Dahsyat kalau Allah SWT sudah berkehendak. 

Di tengah hiruk pikuk dunia digital yang semuanya menampilkan profil diri, Ustadzah Halimah Alaydrus justru mendobrak semua tren digital ini dengan caranya. Dakwahnya meluas dan banyak hati yang tersentuh dengan isi ceramahnya yang adem diselingi humor ala perempuan. Pendakwah yang konsisten dengan prinsip dakwahnya, tanpa menutup diri dari tren media sosial yang membantu meluaskan dakwah secara digital, namun tetap ada batasan. 


Saya belajar keteguhan hati dan kemuliaan akhlak dari Ustadzah Halimah Alaydrus, selain tentunya ilmunya yang sangat mengena. Kata adik saya, beliau muridnya Habib Umar di Tarim, Yaman. Wah, makin senang hati, karena sanad guru perempuan (semoga berkenan menerima saya yang penuh dosa ini sebagai muridnya), bersambung ke cucu Nabi SAW, Habib Umar. 

Semoga perjalanan pengalaman batin ini dicatat sebagai cara saya mendekatNYA dan ikhtiar mendapatkan syafaat Nabi SAW dan rahmat Allah SWT. Semoga pun tulisan ini punya arti dan jadi saksi. 





You Might Also Like

2 comments:

fanny_dcatqueen mengatakan...

Cara seperti ini aku jadi ingat zaman kecil, papa seriiiing muterin kaset ceramah mba. Walopuuun ustad2 yg dulu sering didenger papa kajiannya, ttp muncul sesekali di tv , tapi kalo di kaset gitu, kita kan hanya denger suara yaa. Dan ada beberapa yg aku sukaa banget, Krn caranya menyampaikan lembut dan diselingi humor. Enak jadi dengernya. Kalo yg sambil marah, trus pake ancaman yg serem2, duuuh dengernya aja langsung ga enak ya mba.

Akh jadi penasaran mau denger juga kajian ustazah ini 👍

wawaraji mengatakan...

iya kadang variasi cara denger ceramah aja biar ga bosen, dan setuju kalau pakai ancaman malah hati menolak.