Pengaruh Dukungan Babinsa dan PKK untuk Penanganan Kusta di Desa

10.00.00 wawaraji 1 Comments




Kusta merupakan penyakit menular yang tidak semudah itu menular. Penularan kusta terjadi jika ada kontak yang cukup lama dan sering. Meskipun begitu, kusta bisa diobati dan dengan penanganan tepat, kusta bisa disembuhkan. Bahkan keluarga yang tinggal bersama pasien kusta dapat mencegah terjadinya penularan dengan konsumsi obat sekali minum saja.

Ketidaktahuan masyarakat mengenai penyakit kusta, penularan dan penanganannya, menyebabkan stigma semakin kuat terhadap penyandang kusta. Diskriminasi kerap terjadi tanpa dibarengi penanganan yang tepat terhadap pasien kusta. Minimnya pengetahuan dan pemahaman warga desa semakin menyulitkan penanganan kusta. Itu sebab peran para penggerak edukasi di tingkat desa seperti PKK dan Babinsa punya peran dan pengaruh penting.

Edukasi kusta dengan melibatkan PKK dan Babinsa yang dilakukan NLR Indonesia melalui Roadshow Leprosy di Slawi dan Tegal, menjadi salah satu cara efektif pengenalan penyakit kusta dan penanganannya. Bagaimana implementasi edukasi penangangan kusta ini menjadi topik menarik dalam talk show Ruang Publik KBR 14 Juni 2023 bersama Kapten Inf Shokib Setiadi, Pasiter Kodim 0712/Tegal dan Elly Novita, S.KM, MM, Wakil Ketua Pokja 4, TP PKK Kab. Tegal, dipandu Rizal Wijaya.

www.wawaraji.com



Roadshow Leprosy di Slawi dan Tegal ini menjadi krusial karena Indonesia masih tercatat sebagai negara dengan tingkat kasus kusta tertinggi di dunia. Edukasi melibatkan penggerak di desa menjadi penting karena penyakit kusta jika tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan disabilitas. Kasus baru kusta di Indonesia mengalami stagnasi selama 10 tahun terakhir dengan jumlah mencapai 18.000 kasus. Pada tahun 2017, angka disabilitas akibat kusta masih mencapai 6,6 orang per 1.000.000 penduduk. Padahal pemerintah punya target angka disabilitas kusta kurang dari 1 orang per 1.000.000 penduduk. Ini menunjukkan masih adanya masalah dalam penanganan kusta di Indonesia.

Menurut Kapten Inf Shokib, roadshow yang telah berjalan membantu menumbuhkan kesadaran dan niat berobat bagi penyandang kusta. Babinsa dalam hal ini bekerjasama dengan tenaga kesehatan setempat untuk meningkatkan kesadaran warga.  Sementara dari penggerak PKK, Elly mengatakan edukasi semacam ini bermanfaat untuk membekali pegiat PKK bisa mengenali kusta, ikut turut mengedukasi bahwa kusta bukan guna-guna, serta memiliki pemahaman mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan bersama pamong desa dan puskesmas dalam penanganan pasien kusta di desa.

“Diharapkan desa mendukung kegiatan penanganan kusta. Belum semua desa konsen terhadap penanganan kusta,” kata Elly menjelaskan bahwa penyakit kusta belum sepenuhnya menjadi perhatian di desa. Ia pun berharap dengan kolaborasi puskesmas, pemerintah desa yang mengawal, serta peran Babinsa, penanganan kusta di desa lebih maksimal lagi.


Edukasi Jadi Bekal Melawan Hoaks

Peran Babinsa dan PKK yang membawa pengaruh besar menjadi penting dalam penanganan kusta di desa. Pasalnya, hoaks kesehatan termasuk tentang kusta menyebar cepat.

“Informasi negatif lebih cepat diterima daripada informasi positif, ini menjadi kendala,” kata Elly.

 



Dengan teredukasinya Babinsa dan PKK, tentunya akan memudahkan penanganan kusta di desa termasuk dalam melawan hoaks kesehatan. Menurut Elly, stigma bukan hanya terjadi di masyarakat terhadap penyandang kusta, namun pasien kusta itu sendiri pun masih mengalami stigma yang membuatnya menolak berobat.

Butuh upaya bersama lintas sektor untuk bisa menangani kusta di desa. Elly mengatakan, PKK menggunakan pendekatan pelibatan tokoh masyarakat dan tokoh agama termasuk kelompok kepemudaan, organisasi keagamaan kaum ibu seperti Muslimat NU dan 'Aisyiyah untuk menyebarkan pesan dan edukasi kesehatan di desa.

Pengaruh Babinsa juga tak kalah penting di desa. Kapten Inf Shokib mengatakan bentuk komitmen Babinsa antara lain melanjutkan sosialisasi penanganan kusta di wilayah masing-masing. Menurutnya, satu Koramil mencakup 15 sd 20 desa. Dengan kesatuan ini, Babinsa bersama nakes, relawan kesehatan wilayah, kader kesehatan bisa bersama-sama sosialisasi ke desa-desa.

“Kegiatan kumpul bareng kader kesehatan ada setiap minggunya, upaya penanganan kusta bisa dilakukan face to face dengan warga masyarakat yang berkumpul lewat klaster RT dan RW,” jelasnya.




Harapannya, warga desa bisa mengenali ciri penyakit kusta dan bertambah kesadarannya untuk menangani, mengobati, dan melakukan tindakan tepat terhadap pasien kusta. Dengan demikian kasus kusta bisa berkurang dengan penanganan tepat atas kesadaran bersama warga desa. Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) juga diperlakukan setara bebas stigma, berkat pemahaman publik yang lebih baik mengenai kusta.  

 

 

 

 

 

 

 

You Might Also Like

1 comments:

fanny_dcatqueen mengatakan...

Banyaak banget memang hoax ttg kusta ini mba. Salah satu yg aku ingat, penyakit kusta penyakit kutukan. Ada yg bilang bisa nular walo hanya sentuhan dikit. Malah ada yg tega sampai memasung orang yg kena kusta.

Itu semua zaman kecil dulu. Ntah mungkin supaya kami yg anak2 ini ga deket2 Ama orang kusta atau gimanalah

Setelah besar jadi tahu kalo itu semua hoax. Kusta toh bisa disembuhkan dengan berobat teratur. Makanya penting memang mengajarkan banyak orang ttg kusta, supaya ga seenaknya menghakimi, apalagi mengucilkan orang berpenyakit kusta :(. Takut yg ada malah semakin banyak penyakit ini Krn tidak diobati dengan benar.