Vote! 2 Bandara di Indonesia Berbenah untuk Naik Peringkat “Skytrax”
Coba sebutkan berapa BANDARA INTERNASIONAL (beda negara) yang pernah kamu datangi? Apa
bedanya berada di satu bandara dengan lainnya? Adakah dampak dari kualitas fasilitas
bandara kepada Anda sebagai pelancong?
Tahan dulu jawabannya, saya mulai ya. Pengalaman saya sih memang
belum seberapa menjelajah bandara beda negara. Baru sempat menjelajahi tiga
bandara internasional beda negara. CHANGI Singapura, yang sudah dua kali saya
singgahi, untuk dua kali perjalanan hadiah liburan. Lalu KLIA 1 Kuala Lumpur
untuk perjalanan pekerjaan, dan tentu saja Soekarno-Hatta atau CGK selain
bandara internasional lainnya seperti Ngurah Rai Denpasar Bali dan Kualanamu (KNO) Medan yang pernah saya singgahi.
Jujur, saya sih terkesima dengan Changi dan KLIA, bukan
karena euforia berada di luar negeri. Berada di bandara di negeri orang tapi
saya enggak merasa kebingungan, itu kelebihan yang paling saya rasakan. Fasilitas di sana pun jauh lebih lengkap dan
belum ada di Indonesia, seperti kereta cepat, untuk pindah dari satu terminal
ke terminal berikutnya, namun kita tidak dibuat kebingungan. Dan yang paling
saya rasakan membantu adalah tanda petunjuk arah dan petunjuk fasilitas, signed
istilahnya, yang jelas dan lengkap.
KLIA 1 Kuala Lumpur |
Signed di KLIA dan Changi lengkap, informatif, dan mudah
dilihat alias eye catching. Tak perlu bertanya ke petugas hanya dengan membaca
signed saja sudah cukup jelas saya mau ke mana, arahnya ke mana, jelas.Menurut
saya, untuk orang asing, signed inilah yang paling penting. Jadi kita enggak
kebingungan di tempat asing.
Fasilitas lain yang bikin betah adalah air minum gratis,
tempat makan dan belanja oleh-oleh yang tertata rapi dan bikin nyaman. Saya
memang awalnya menemukan semua fasilitas sederhana itu di Singapura dan Kuala
Lumpur.
Lalu saya ingat, sepertinya di Indonesia saya pernah menemukan
kenyamanan serupa. Bandara Ngurah Rai Denpasar adalah bandara favorit saya
karena memang saya cinta sekali dengan Bali. Terakhir ke Bali, November 2016
lalu saya menemukan banyak perubahan di Ngurah Rai. Banyak sekali perubahannya,
yang paling saya rasakan sih area makan dan belanja sudah ditata lebih
representatif untuk bandara internasional.
Saya juga pernah ke Kualanamu Medan, tapi sudah lama sekali
lebih dari tiga tahun lalu. Saat itu saya sudah merasakan perbedaan signifikan
bandara internasional di Medan ini. Beda nuansanya dan fasilitasnya dibandingkan Soetta. Kalau bicara Soetta, saya belum melihat banyak perbedaan atau
barangkali saya kurang jeli memperhatikan. Yang pasti saya belum pernah menjelajah Terminal 3 yang katanya megah.
Sampai akhirnya saya berkesempatan bertemu langsung dengan para pengelola bandara, Angkasa Pura II yang salah satu tugasnya terus meningkatkan
kualitas bandara. Di sinilah saya mendapatkan banyak sekali insight. Saya juga
baru tahu bahwa ada tolak ukur dalam menilai kualitas bandara, dengan banyak
kriterianya. Informasi yang saya dapatkan dari beberapa narasumber, salah satunya Robby Saputra, Airport Service Customer Care Manager AP II.
Robby Saputra, Airport Service Customer Care Manager Angkasa Pura II |
Dari para narsumber AP II saya jadi belajar bandara juga ada peringkatnya. Lantas apa pentingnya peringkat dan
penilaian oleh lembaga survei internasional dan independen, Skytrax ini?
Ternyata peringkat bandara banyak dampaknya. Multiplier effect kalau dalam
istilah ekonomi.
Ketika sebuah bandara memiliki fasilitas lengkap, penumpang
pesawat merasa nyaman, maka dia akan berlama-lama di bandara. Setidaknya bisa
makan minum lebih sering, tak perlu keluar dari bandara. Bahkan boleh jadi
belanja. Ya, belanja. Saya ingat betul saat pernah ke Singapura, ada teman
titip membelikan sejumlah barang dan semua dengan mudahnya saya beli di bandara
Changi, tanpa khawatir harganya mahal dan duty free pula. Jadi, titipan barang
teman enggak jadi beban, malah senang bisa bawakan oleh-oleh titipan, yang
dibeli pakai uang teman pula yang menitip barang.
Bayangkan kalau aktivitas ribuan penumpang pesawat sudah
bisa dipenuhi di bandara, betapa banyak transaksi terjadi setiap harinya.
Bahkan adanya wifi yang bikin penumpang betah menunggu waktu terbang, juga bisa
berdampak luas. Dengan betah di dalam bandara, menggunakan free wifi, maka
kemungkinan dia belanja baik makan, minum, dan lain-lain akan semakin besar.
Roda ekonomi berputar kencang di dalam bandara, dan ini saling menguntungkan
banyak pihak tentunya. Semakin pesat pertumbuhan ekonomi, maka tenaga kerja
juga terserap lebih banyak. Peluang kerja terbuka lebih lebar. Banyak orang
yang bisa berdaya dengan adanya transaksi di dalam bandara dengan berbagai
fasilitasnya.
Sampai di sini saya jadi paham, ternyata ranking bandara
luas dampaknya. Lalu di mana posisi Indonesia? Data Skytrax 2016, Indonesia peringkat 63, tertulis Jakarta International Airport.
Indonesia ranking 63 |
Namun, untuk menjawab lebih lengkap pertanyaan ini, sebenarnya
kembali kepada kesadaran kita membantu pihak-pihak yang memang tugasnya
membenahi bandara internasional di Indonesia, dalam hal ini Angkasa Pura II (AP
II). AP II sudah menjalankan tugasnya, memperbaiki banyak fasilitas di bandara.
Penurunan peringkat terkait pembangunan terminal baru dan daya tampung terminal lama yang semakin menua |
Apa saja pembenahan di bandara internasional Indonesia? Ini
fakta pembenahan di CGK (Tangerang) dan KNO (Medan):
Free Wifi terus ditingkatkan mulai Terminal 1 (69 titik
akses), Teminal 2 (104 titik akses), Terminal 3 (105 titik akses) dengan
kecepatan 50 Mbps (terminal 3).
Smart Apps bisa diakses di www.soekarnohatta-airport.co.id
antara lain fasilitas digital untuk antrian taksi, dan smart parking system.
Menambah 1000 troli di area transit, tahu enggak kalau harga
troli itu enggak murah alias butuh investasi besar loh untuk menambah fasilitas
yang terkesan sederhana tapi banyak manfaatnya ini.
Menambah kursi 728 unit untuk kursi tiga dan 248 unit untuk
kursi empat, bayangkan kalau bandara sebagus apa pun kalau minim fasilitas
tempat duduk, penumpang jadi enggak nyaman.
Menambah 6 unit Segway i2SE dan 10 unit Ninebot Mini, nah
ini untuk kebutuhan petugas bandara.
Menambah FIDS, untuk memberikan informasi jadwal penerbangan
lebih lengkap dan jelas.
Smart Toilet Feedback, nah ini termasuk pengembangan
fasilitas digital untuk mendapatkan feedback dari pengguna fasilitas bandara.
Signed lebih terang dan besar ukurannya, serta lebih
tersebar merata. Ini penting untuk penumpang.
Ruang hijau di dalam bandara untuk memberikan nuansa lebih
segar dan bikin nyaman penumpang
Sky Train (Automated People Mover System/AMPS) nah kalau ini
AP II menargetkan proyek tuntas 11 Agustus 2017
Kereta bandara yang masih dalam proses pembangunan
Free charging, rest area, shower room, playground, air minum
gratis adalah sejumlah fasilitas tambahan di KNO yang bikin penumpang betah di
bandara.
Signed harus besar dan jelas |
Sumber: Angkasa Pura II |
Sumber: Angkasa Pura II |
Lalu, apakah cukup upaya itu? Mungkin cukup, namun akan
lebih berdampak kalau kita sebagai konsumen juga turut andil. Sejak November 2016
AP II sudah mengenalkan CGK dan KNO sebagai world’s best airport. Untuk mendukung
upaya ini, memberikan suara untuk Skytrax World Airport Award ternyata menjadi
salah satu cara sederhana yang bisa kita lakukan.
Caranya, luangkan waktu dengan hati senang untuk menjawab 50
pertanyaan. Ya, memang ada 50 pertanyaan per kategori yang harus dijawab,
sebagai bentuk kepedulian dan dukungan penumpang pesawat kepada bandara yang
menjadi pintu keluar masuk perjalanan lintas kota dan negara.
Tapi apa sih sebenarnya Skytrax World Airport Awards itu?
Ini adalah ajang penghargaan prestisius dalam industri airport, berdasarkan
voting penumpang dunia. Ajang ini diadakan lembaga survei independen level
dunia, berdasarkan 13,25 juta voters
berdasarkan kuesioner survei bandara, melibatkan 106 negara, selama periode
survei berlangsung pada Juni 2015 – Februari 2016.
Survei ini mencakup 550 bandara di seluruh dunia,
yang menilai berbagai kriteria bandara total 39 aspek mulai dari check-in,
kedatangan, transit, belanja, keamanan, imigrasi. World Airport Awards yang
juga dikenal dengan Passengers Choice Awards menjadi tolak ukur dunia terkait
kualitas suatu bandara.
Empat tahun berturut-turut sejak 2013, Changi selalu menjadi pemenang World’s Best Airport ini.
Nah, kita bisa jadi bagian dari ajang penghargaan dunia
untuk mengukur kualitas bandara ini. Setidaknya membantu bandara internasional
Indonesia ada di peringkat 50 sesuai target AP II untuk World’s Best Airport
Voting 2017.
Untuk voting bisa akses ini:
http://www.worldairportawards.com/main/airport_survey.html
Suara kita bisa bantu kualitas bandara internasional di
Indonesia mendapat pengakuan dunia. Yuk, Vote! untuk bandara internasional di Indonesia lebih baik.
9 comments:
Kusudah vote. Berharap banget bandara di Indonesia semakin bagus dengan fasilitas dan keamanan yang mumpuni.
Iyaaah semoga ya mbak. Pembangunan terus jalan kok tuh. Semoga aja makin kecehhhh bandara kita. Pelan2 diwujudkan.
Aku pun sudah vote. Ayo vote bandara Indonesia
biar Changi lewaaaat ya mbak Tari hihi amin ajah dah
Hayu ah kita vote. Saya sendiri tahunya bandara Indonesia aja. Soalnya belum pernah keluar hehehe.
Wah saya baru tau tolak ukur kualitas bandara seperti ini.
Dan saya baru pernah datang di Soetta. Dan akan memvote bandara soetta dari segi kaca mata anak muda, karena soetta sekarang juga menurut saya nyaman dan instagramable banget untuk berfoto di dalam terminal terutama terminal 3 yang luas. :D
Hayuk ceu Lis...vote vote!
Hai salam kenal Kerajinan Tangan Blogger...iyaaah aku pun baru tau setelah ketemu sm AP II, dan bener kita terus berbenah kok supaya warga dunia nyaman yaah ke Indonesia, hayuk ah vote, ikuti aja caranya yaaah
Thanks udah mampir yah
War biasah, blogger satu ini. Saya terkesima dengan gaya tulisan mbak wawaraji. Cukup panjang, komprehensif, dan menjelaskan tentang semua poin by poin. Salam kenal!
Mba, aku baru tau Indonesia peringkat 63.. mau vote habis ini. Lagi gempar kasus pilot yaa mba, moga ngga terjadi lagi. Meresahkan banget.. salam kenal mba Wawa :)
Posting Komentar