Film Terbaru “The Professionals” tentang Profesionalisme di Balik Hancurnya Kepercayaan
PROFESIONAL, sekelompok orang dengan kompentensinya, pakar di bidangnya,
bekerja profesional dengan strategi jitu untuk satu tujuan, menghancurkan sosok
kuat yang sudah lebih dahulu menghancurkan kepercayaan dan harapan hidup orang
lain, itulah isi film Indonesia terbaru MNC Pictures, “The Professionals”. Lalu
bagaimana keseruan film ini? Usai menontonnya saya spontan berujar, “Recommended!” Kenapa layak tonton?
Saya beruntung bisa menikmati film “The Professionals” saat
Gala Premiere 9 Desember 2016 di Jakarta, bersama BloggerCrony berkat undangan
MNC Pictures. Sutradara film ini, Affandi Abdul Rachman berhasil menciptakan
ketegangan yang berbeda. Adegan adu fisik atau senjata menciptakan ketegangan
tapi bukan jadi fokus utamanya. Tapi bagaimana para profesional yang
digambarkan dalam film ini menuntaskan misinya, emosi itu yang berhasil dijaga
dari awal hingga film berdurasi 1,5 jam ini berakhir.
Gala Premiere The Professionals |
Film action sebenarnya bukan genre yang saya minati. Film action heist ini berhasil membuat saya
gelisah di kursi bioskop yang empuk, namun saya menikmatinya sampai lampu
bioskop dinyalakan tanda film sudah usai. Permainan watak dan strategi, konflik
yang manusiawi terjadi dalam dunia pertemanan dan bisnis, disampaikan dengan
mulus di film ini.
Dalam sesi temu media, Affandi, sutradara film ini sampaikan
bahwa ini adalah film perampokan pertama di Indonesia yang lebih memberatkan
pada strategi bukan semata aksi laga. Saya masih membayangkan seperti apa
perampokan yang dimaksud. Kalau soal aksi laga bukan jadi titik perhatian
utamanya, saya menyambut lega, karena memang kurang bisa menikmati film yang
terlalu banyak adegan adu fisik. Lalu soal perampokan, saya bayangkan akan
terjadi baku tembak dan pertikaian, entah apa tujuannya.
Nah tujuan dari perampokan itulah yang membuat saya
mendapati pesan film ini. Sekilas sih pesannya memang tak baik, siapa pun tak
akan menganggap baik balas dendam bukan? Namun kenapa sampai kalangan
profesional, bekerja profesional dan mendapatkan bayaran selayaknya
profesional, mau bersekutu mempertaruhkan nyawa untuk pekerjaan “perampokan”
ini, itu yang menarik bagi saya.
Cerita film ini dari awal sampai akhir mengundang rasa
penasaran, penonton tidak dimanjakan dengan alur dan adegan yang mudah ditebak,
tapi tidak juga terlalu membuat penonton berpikir keras.
Saya sebenarnya mulai curiga dengan tokoh Nicole (Imelda Therinne) sejak awal cerita dibangun. Namun tidak kentara siasatnya sehingga tidak bisa menduga ada apa di baliknya. Dua sosok lebih kuat di film ini berhasil ditonjolkan Abi (Fachri Albar) yang sukses memerankan orang penting sebuah perusahaan besar yang hancur hidupnya, keluarganya, kariernya akibat pengkhianatan sahabatnya sendiri Reza (Arifin Putra). Arifin Putra juga piawai memainkan karakter orang sukses yang licik tak punya hati, ambisius dengan tujuannya.
Saya sebenarnya mulai curiga dengan tokoh Nicole (Imelda Therinne) sejak awal cerita dibangun. Namun tidak kentara siasatnya sehingga tidak bisa menduga ada apa di baliknya. Dua sosok lebih kuat di film ini berhasil ditonjolkan Abi (Fachri Albar) yang sukses memerankan orang penting sebuah perusahaan besar yang hancur hidupnya, keluarganya, kariernya akibat pengkhianatan sahabatnya sendiri Reza (Arifin Putra). Arifin Putra juga piawai memainkan karakter orang sukses yang licik tak punya hati, ambisius dengan tujuannya.
Sementara komplotan Abi, orang-orang yang punya
kepentingannya masing-masing dengan nasib serupa, hancur hidupnya karena satu
musuh yang sama, Reza. Tokoh Cokro , ahli brankas yang gagal dengan keluarganya
apik diperankan Lukman Sardi. Sampai di sini saya jadi makin yakin, Lukman
Sardi lebih cocok memerankan sosok ayah atau dewasa matang apa pun perannya.
Barangkali memang karena semakin banyak aktor muda bermunculan dan berbakat.
Teman komplotannya, Jo (Richard Kyle) si petarung, Ferry (Cornelio Sunny) di
hacker, dan Sophie (Melayu Nicole) si mata-mata juga memainkan peran yang
memperkuat cerita.
Tanpa perlu mengenalkan satu per satu tokoh film ini, saya
menikmati setiap peran yang dimainkan. Bahkan banyak fakta yang terungkap di
tengah bahkan di penhujung cerita. Saya memang lebih suka film yang tidak mudah
ditebak ceritanya tapi bukan juga yang bikin pening kepala untuk mengartikan
sebuah cerita film saat menontonnya.
Kembali ke soal pesan dari cerita film. Saya puas menonton “The
Professionals” karena merasa mendapatkan insight dari film perampokan ini. Bagi
saya, cerita film ini bukan hanya berkisah soal balas dendam Abi kepada Reza
yang dengan culas memenjarakannya dan mengambil alih perusahaan yang
dibangunnya bersama.
The Professionals, sesuai judulnya, seperti sedang berpesan,
bahwa pekerjaan apa pun itu, perlu dijalankan dengan profesionalisme, jelas
aturan mainnya, jelas pembagian tugasnya, jelas pembagian hasilnya, dan yang
terpenting adalah menggunakan cara baik mencapai satu tujuan yang sama. Karena
ketika caranya sudah tak baik, maka kehancuran akan datang. Hancurnya hubungan
baik sampai hancurnya kepercayaan. Menjalankan bisnis dengan cara baik, takkan
menimbulkan dendam sumber malapetaka. Saya paling suka film yang bisa
memberikan saya insight, bukan pesan yang tersurat, tapi tersirat. Kalau kalau
tersirat, film ini jelas bicara soal pengkhianatan dan balas dendam dengan
strategi ciamik dan karakter yang kuat.
The Professionals MNC Pictures
|
Itu dia yang bikin saya merekomendasikan film “The Professionals” mulai tayang hari ini 22
Desember 2016 di layar bioskop seluruh Indonesia.
Seperti apa keseruannya, ketegangannya, dan cerita
lengkapnya? Selamat membeli tiket bioskop, nonton bareng bakal lebih seru, dukung terus film Indonesia! (WAF)
3 comments:
Makin banyak film Indonesia yang berbobot ya, jadi ngga melulu nonton film impor jadinya.
Iya dong, aku pendukung setia film Indonesia yang bukan esek esek dan horor enggak mutu yaaa, film drama, komedi, action banyak yang okehhhhhh. #DukungFilmIndonesia
Seru filmnya, ide cerita sama sudut gambarnya keren..
Posting Komentar