Sembuh Rohani dan Jasmani dari Kusta dengan Berhati-hati Tanpa Diskriminasi

09.29.00 wawaraji 0 Comments






Sikap kehati-hatian menyikapi penyakit menular menjadi keniscyaan, tidak terhindari namun bukan lantas atas nama waspada tetapi justru menciptakan stigma. Berhati-hati tanpa bersikap diskriminasi menjadi pesan kunci yang saya dapati dari Talk Show Ruang Publik KBR bersama NLR Indonesia, membahas Kusta dalam Perspektif Agama.

Dalam perspektif agama Islam, narasumber Dokter Umum RSI Aisyiyah Malang, Kontributor Islami.co, Muhammad Iqbal Syauqi mengatakan teks agama menyebutkan kusta sebagai penyakit mengkhawatirkan dari sejak masa Nabi SAW. Sikap Nabi Muhammad SAW secara rohani adalah meminta perlindungan dari penyakit kusta, dari kecacatan yang dapat menyebabkan disabilitas. Secara jasmani, sikap Nabi SAW adalah berhati-hati, tetap waspada, menjaga kebersihan dan tidak bersikap diskriminatif terhadap penderita kusta pada zamannya. 

"Ada kekhawatiran karena ketidaktahuan terhadap penyakit namun tidak ada diskriminasi"  

 

Menurut dr. Syauqi, dari segi medis penyakit kusta disebabkan bakteri dan faktor lingkungan. Jika tidak diatasi bisa menyebabkan disabilitas. Penyakit menular ini dapat disembuhkan dengan terapi obat teratur yang bisa didapati gratis di puskesmas. 

Ketidaktahuan atas penyakit kusta yang kemudian menimbulkan stigma. Seperti kontak erat dengan penderita kusta dianggap berbahaya, sementara faktor kontak erat yang dapat menularkan tidak terjadi dengan singkat. Kondisi tubuh atau imun juga turut mempengaruhi risiko penularan. 

Sikap Nabi SAW dengan berhati-hati tanpa menjauhkan diri dari penderita penyakit, menjaga kebersihan, menjadi sikap sekaligus ikhtiar jasmani yang dilakukan serta dicontohkan dan dijelaskan dalam teks agama perspektif Islam. 

Manusia dapat berusaha mengatasi penyakit secara rohani dan jasmani, kata dr. Syauqi. Secara rohani dapat berdoa dan memanjatkan doa yang pernah dicontohkan Nabi SAW untuk dilindungi dari penyakit menular. Termasuk memanjatkan doa secara spesifik untuk memohon perlindungan. Secara jasmani dapat menemukan cara penyembuhan dengan obat meski dalam teks agama tidak disebutkan bagaimana metode penyembuhan dan obatnya namun ikhtiar jasmani tetap dilakukan dan dicontohkan.




Talk Show Ruang Publik KBR yang diselenggarakan oleh NLR Indonesia, dipandu Rizal Wijaya juga menghadirkan narasumber Pendeta dan OYPMK (Orang yang Pernah Mengalami Kusta), Pdt. Emertus Corinus Leunufna.

Sebagai OYPMK yang juga tokoh agama, Pendeta Emertus Corinus menyikapi kusta dengan upaya rohani dan jasmani, dengan tidak membatasi pergaulan dan memegang prinsip menghargai kemanusiaan. Berawal dari keluhan mati rasa pada kaki, Pendeta memeriksakan diri dan menyembuhkan penyakit kusta yang dialaminya. 

Penyakit kusta bukan untuk ditakuti yang kemudian menimbulkan diskriminasi. Sebagai rohaniawan yang pernah mengalami kusta, menyikapi penyakit sebagai jalan Tuhan untuk melibatkan dirinya mengatasi dan memulai tugas baru pelayanan terhadap penderita kusta. 

Menyikapi penyakit sebagai ujian keimanan bukan kutukan menjadi teladan yang dicontohkan Pendeta Emertus Corinus sebagai OYPMK. Tak berhenti di situ, proses penyembuhan dan pelayanan terhadap penderita kusta menjadi contoh bagaimana mengatasi kusta tanpa membatasi pergaulan dan tetap mengedepankan kemanusiaan tanpa stigma. 

Talk Show Ruang Publik KBR yang berlangsung pada 8 Mei 2023 melalui live streaming YouTube dapat disimak kembali melalui channel ini YouTube Ruang Publik KBR





You Might Also Like

0 comments: