Investigasi Isu Kejahatan Lingkungan Perlu Kolaborasi Lembaga

15.14.00 wawaraji 0 Comments


Foto: www.sattoraji.com


Kolaborasi selalu jadi kunci, jika ingin berdaya memberikan hasil optimal yang bermanfaat untuk kepentingan publik. Begitu pun dalam menelusuri dan menyelidiki berbagai permasalahan lingkungan yang bahkan sudah masuk dalam kategori kejahatan lingkungan.


Isu lingkungan dan kejahatan yang menyertainya membutuhkan upaya ekstra untuk pembuktian bukan semata asumsi. Lembaga Environmental Justice Foundation dan Tempo Institute memahami ini dan mengadakan pelatihan investigasi kejahatan lingkungan untuk jurnalis. Hasil upaya ini bukan hanya menghasilkan temuan dari sejumlah jurnalis, namun melahirkan enam champion yang terpilih untuk mempresentasikan hasil risetnya juga menerbitkan buku saku Investigative Journalism Training Manual. 

Presentasi enam champion berlangsung di Auditorium Perpusnas Jakarta Pusat, 20 Maret 2023, mengungkap berbagai isu lingkungan utamanya kejahatan lingkungan yang melibatkan multisektor. Satu dari enam champion adalah jurnalis perempuan Papua.




Menarik untuk menggali lebih jauh adalah penyelidikan di Papua oleh jurnalis Suara Perempuan Papua, Alfonsa Jumkon Wayap. Bagaimana Fonsa menyelidiki isu hutan perempuan di Papua, dengan berbagai kesulitan termasuk budaya yang menempatkan perempuan terbatas aksesnya dalam pencarian informasi, membuatnya harus menemukan strategi jitu yang aman dalam penyelidikan. Social capital menjadi senjata ampuh Fonsa. Berkat keterlibatan aktifnya di berbagai organisasi kemasyarakatan termasuk perkumpulan gereja, Fonsa menjalankan berbagai strategi komunikasi baik interpersonal maupun kelompok untuk bisa menembus masalah lingkungan yang menjadi kegelisahannya. Faktor keamanan menjadi penting dalam menembus sumber informasi. Meski diakuinya, banyak kesulitan menembus sumber informasi utama, pun kekhawatiran menyertai keselamatan diri, Fonsa tak gentar melanjutkan penyelidikan yang katanya belum lengkap dan masih akan terus berlanjut setelah presentasinya di Jakarta.

Bersama Fonsa, Jurnalis Suara Perempuan Papua 



"Waktu sebulan rasanya tidak cukup, saya akan lanjutkan lagi sepulang dari Jakarta," kata Fonsa yang ditemui di sela acara workshop "Championing Environmental Crime Reporting in Indonesia 2021-2023" di Jakarta. 




Kolaborasi lintas lembaga, Tempo.co dan KBR mewakili Media, juga NGO dengan peran yang saling mendukung seperti EJF untuk pendanaan, Auriga Nusantara untuk basis data, dan ICEL untuk sisi hukum dan penegakkannya, menjadi best practice investigasi kejahatan lingkungan. Jurnalis investigasi lingkungan yang menjadi ujung tombak riset ketika dinaungi lembaga dengan skema kolaboratif ini akan lebih terjamin keselamatannya. Penyelidikan isu dan kejahatan lingkungan juga akan lebih berdampak luas, berdasarkan hasil yang lebih komprehensif berkat dukungan berbagai pihak.

Menurut Anton Aprianto, Pemimpin Redaksi Tempo.co, keselamatan jurnalis menjadi penting dan bisa saja penelitian dilakukan sendiri, namun lebih berisiko dan dapat berujung hilangnya nyawa. Proses pencarian data juga menjadi faktor penting lain yang dapat menghambat penyelidikan. Dengan adanya dukungan data dari lembaga berbasis data seperti Auriga misalnya, informasi pendukung investigasi menjadi lebih mudah didapatkan untuk memecahkan masalah. 

Tentu saja, pendanaan dan faktor legal menjadi pendukung krusial dalam invesitasi kejahatan lingkungan. Azizah Nur Hapsari, Senior Campaigne/Project Coordinator EJF mengatakan biaya investigasi kejahatan lingkungan sangat mahal. Meski begitu, lembaga donor seperti EJF berkomitmen memberikan pendanaan untuk penyelidikan kejahatan lingkungan sesuai dengan kebutuhan masing-masing jurnalis investigator.

Publikasi media menjadi kunci dalam penyebaran informasi kepada publik mengenai hasil temuan di lapangan. Meskipun isu lingkungan masih kalah seksi dibandingkan isu viral lainnya di media online utamanya, komitmen untuk mendukung media dalam melakukan investigasi menjadi fokus EJF dalam mengungkap fakta kejahatan lingkungan di Indonesia. 

Faktor lain yang tak kalah urgensinya dalam proses penyelidikan kejahatan lingkungan adalah penegakan hukum. Raynaldo G. Sembiring, Direktur Eksekutif ICEL menjelaskan masa depan investigasi kejahatan lingkungan akan lebih cerah jika ada joint monitoring. Pasalnya temuan media perlu ditindak lanjuti aparat penegak hukum. Sementara regulasi masih bertabrakan dan penyelesaian kejahatan masih bersifat parsial.

ICEL merujuk sistem Naming & Shaming dapat menjadi salah satu cara menegakkan hukum terkait investigasi kejahatan lingkungan. Jika ada temuan media dari hasil investigasi jurnalis tentang kejahatan lingkungan, penyebutan nama pihak yang terlibat utamanya korporasi akan membawa dampak untuk tindak lanjut selain penegakan hukum yang berjalan. Korporasi yang terbukti terlibat dalam kejahatan lingkungan, dengan sistem Naming & Shaming, terekspos namanya ke publik. Dengan begitu, publik dapat mengambil keputusan sebagai bentuk dukungan atas penegakan hukum kejahatan lingkungan, misal dengan tidak membeli produk korporasi tersebut. Pihak perbankan juga bisa bertindak sebagai efek Naming & Shaming ini, dengan tidak menyalurkan kreditnya. 

Langkah kolaboratif inilah yang disarankan bahkan direkomendasikan lembaga media, NGO, dan lembaga hukum untuk mendukung investigasi kejahatan lingkungan oleh aktivis jurnalis. Tujuannya bukan hanya memberikan hasil temuan yang komprehensif, namun utamanya menjaga keselamatan individu penyelidik kejahatan lingkungan.



Kolaborasi Media dan Bloggercrony (BCC Squad) 









You Might Also Like

0 comments: