Cari Cuan dengan 2 Skills Ini, Bisa!

18.59.00 wawaraji 0 Comments



Dua tahun terakhir, kalau kita amati, perubahan besar-besaran terjadi di semua sisi kehidupan. Bagi yang mampu beradaptasi dengan perubahan bahkan ikut bertransformasi, bisa bertahan tentu dengan segala daya upayanya.

Budaya kerja yang banyak berubah, dengan segalanya terhubung serba digital, terbukti membuat beberapa pihak tergagap-gagap bahkan menyerah tak sanggup menyesuaikan diri. Bekal untuk bertahan bukan sekadar digital savvy, namun kemampuan beradaptasi dengan cepat dibekali keterampilan yang sudah diprediksi para ahli jadi penyelamatnya. Kata kuncinya, KREATIVITAS!

Saya menemukan kutipan penting ini dari sebuah ebook (Griffiths, Costi, Medlicott, 2022) yang berjudul The Creative Thinking Handbook: Your Step-by-Step Guide to Problem Solving in Business 2nd edition. Dikatakan bahwa The Future Jobs Report 2016 dalam World Economic Forum telah memprediksi bahwa kreativitas merupakan satu dari tiga keterampilan yang paling dibutuhkan dalam dunia kerja tahun 2020, selain kemampuan memecahkan masalah yang kompleks dan kemampuan berpikir kritis. 

Bayangkan, prediksinya sudah dibuat tahun 2016 jauh sebelum pandemi melanda. Apa yang terjadi pada 2020 menunjukkan bagaimana akselerasi digital bikin banyak orang terpaksa adaptasi dengan cepat. Paling sederhana saja, ojek pangkalan kalau mau selamatkan ladang rejekinya, ya harus adaptasi menggunakan aplikasi dan mulai mengoperasikan motornya dengan terhubung menjadi driver gojek, kalau enggak ya hanya menunggu rejeki yang kebetulan lewat saat ada orang kehabisan kuota atau gawainya kehabisan batrei dan butuh tumpangan dadakan, itu contoh paling sederhana saja. Belum lagi contoh lain seperti PJJ, webinar, online class, zoom meeting, WFH bahkan WFA.

Apakah berhenti di 2020? Oh tentu tidak! Pada World Economic Forum tahun 2020, kembali disebutkan bahwa kreativitas adalah satu dari lima keterampilan yang perlu ada agar mampu tumbuh dan berkembang lebih optimal pada 2025, yaitu: (1) kemampuan berpikir analisis dan berinovasi; (2) strategi belajar dan pembelajaran aktif; (3) kemampuan penyelesaian masalah yang kompleks; (4) berpikir kritis dan analisis; (5) kreativitas, orisinal, inisiatif. Apakah sudah siap kita menyambut tantangan bekerja di 2025 dengan lima skills ini?


Kreatif, kreativitas, berpikir kreatif berkali-kali disebut sebagai bekal dalam dunia kerja dan bahkan harus dimiliki setiap individu dan perusahaan termasuk organisasi kalau mau tumbuh dan berkembang, dengan tuntutan zaman yang semakin kompetitif. Kreatif menurut kamus Webster, berkaitan dengan tiga makna yaitu (1) Menciptakan atau mampu menciptakan; (2) Memiliki atau menunjukkan imajinasi dan penemuan artistik atau intelektual (penulisan kreatif); (3) Merangsang imajinasi dan kekuatan inventif.


Kreativitas dan Menulis

Ini pengalaman saya saja sebenarnya, bahwa dua skills bisa jadi bekal cari cuan zaman now. Kalau kita punya lima skills rekomendasi World Economic Forum 2020 (sebenarnya lebih dari lima kalau mau dipecah detilnya ya), lengkaplah kompetensi diri untuk bisa bertahan bahkan bertumbuh pada 2025 mendatang. Namun bagi saya dengan secuplik pengalaman berharga dua tahun pandemi, keterampilan ini bisa datangkan peluang dan cuan. Semakin yakin, ketika dalam riset tugas dan kelas menulis kreatif Anwari Natari (Bang Away) bersama Bloggercrony x LPM Institut UIN Jakarta, menunjukkan bagaimana skills menulis dan kreatif benar-benar bekal penting untuk hidup dan menghidupi diri bahkan keluarga.


Orang kreatif akan selalu bertahan dalam gempuran apa pun. Ini keyakinan sekaligus kenyataan yang saya dapati selama pandemi. Salah satu pekerjaan yang saya dapati di masa pandemi adalah produser webinar. Webinar merupakan hal baru di masa pandemi yang menjadi solusi event untuk para perusahaan atau lembaga agar tetap dapat menjalankan program edukasi, pemasaran, sosialisasi dan komunikasi dengan seluruh stakeholders-nya.

Event organizer yang adaptif, salah satunya yang saya kenal baik adalah Kitatama, berhasil menunjukkan kreativitas dan kemampuannya bertahan di masa pandemi dengan pengelolaan webinar mandiri dan akhirnya berhasil menggaet klien dengan konsep event daring dan hybrid ini. Cerita lain sata dapati di salah satu kesempatan project hybrid talkshow berskala internasional inisiatif perusahaan modest fashion Markamarie. Saya jadi berkenalan dengan tim multimedia sebelumnya adalah videografer dan fotografer wedding yang usahanya terdampak pandemi dengan berbagai keterbatasan gerak. Tim multimedia ini belajar beradaptasi dengan kebutuhan webinar di masa pandemi. Seluruh peralatan video dan foto dialihkan dan bahkan ditambah untuk kebutuhan event hybrid yang mengandalkan teknologi media dan internet.


Dari dua contoh ini, saya bekerja dan menghasilkan cuan bersama orang-orang kreatif lintas generasi. Jika di EO banyak dikerumuni anak-anak muda yang memang digital savvy, lain halnya dengan tim multimedia yang saya salut, karena mereka tak muda lagi namun adaptif, kreatif, dan berhasil berinovasi. Saya dan suami pun beruntung memiliki kreativitas dan dipertemukan semesta dengan lingkungan kreatif sehingga tenaga, ide, keterampilan kami dari pengalaman bekerja sebelumnya di bidang videografi, fotografi, media sosial, internet, event organizer, community development berguna dan berkembang di masa pandemi yang memungkinkan kami berkolaborasi dengan orang-orang kreatif.

Sejujurnya, kreativitas yang terasah dalam menjalankan community development di Komunitas Bloggercrony Indonesia yang saya dan suami jalankan bersama menjadi bekal dari keterampilan ini. Kalau bukan aktivitas daring yang dijalankan mandiri dengan ide-ide merdeka yang kami wujudkan dalam berbagai program, rasanya kreativitas tak punya saluran ekspresinya.

Bertumbuh dan berkembang bersama di komunitas, menurut saya adalah kunci untuk terus mengasah kompetensi. Bahkan tak pernah bosan saya sampaikan di komunitas (dengan kapasitas sebagai pendiri dan pembina), bahwa berkegiatan di komunitas meski tak berorientasi cuan namun menjadi kesempatan untuk mengasah keterampilan, kalau dijalankan maksimal, akan melatih diri memiliki kompetensi yang dibutuhkan di dunia profesional. Cuan akan datang seiring terlatihnya keterampilan dan kompetensi diri, dengan kreativitas yang terasah.

Kalau mengutip perkataan mentor kami, Bang Away, skillset yang dimiliki dengan perpaduan Knowledge, Skills, Attitude menjadi kunci untuk peningkatan kompetensi diri. Jika sudah punya pengetahuan, ditambah keterampilan yang terasah, dan attitude artinya kebisaan yang dimiliki sudah menjadi kebiasaan dalam keseharian, lengkaplah sudah kemampuan diri menjadi bekal menghadapi tantangan dan peluang apa pun.

Bayangkan ketika latihan yang dilakukan di komunitas, kemudian menjadi skillset, lalu pada waktunya (yang terbaik versi-NYA) mendapatkan kesempatan berkontribusi untuk tujuan mulia (dengan berbagai tantangannya tentunya) dan mendapatkan cuan darinya.

Bekal kreativitas inilah juga yang menurut pengalaman pribadi, menambah kompetensi dan menjadi modal penting ketika mendapatkan kesempatan bekerja untuk komunikasi publik isu nasional penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional, sebagai produser webinar dan tim talkshow media (placement) pada tahun 2020-2021.

Satu lagi keterampilan yang sebenarnya masih sangat berkaitan bahkan membutuhkan daya kreatif di dalamnya, yaitu menulis. Keterampilan menulis, apalagi kalau dilatih sebagai attitude misalnya melatih kemampuan menulis dalam berkomentar di media sosial atau membuat caption di postingan foto Instagram, akan menjadi skillset yang membuka banyak kesempatan.

Keterampilan menulis, baik menulis kreatif, menulis ilmiah, pun menulis formal jika dimiliki sekaligus ilmunya terbukti menjadi bekal dalam berbagai urusan yang berpotensi mendapatkan cuan.

Saya berkomunikasi intens dengan ratusan blogger member Bloggercrony, yang menjadi bukti bagaimana kemampuan menulis di blog menjadi sumber cuan yang potensial jika terus diasah dan dikelola dengan semaksimalnya. Tentunya semua hal yang mendatangkan cuan membutuhkan proses dan perjalanan yang tidak pernah bisa instan jika suksesnya ingin jangka panjang. Para penulis dan pengelola blog yang saya kenali sukses dengan kegiatan menulisnya membangun kompetensi dan reputasinya dalam kurun waktu yang tidak sebentar. Konsistensi dan keterampilan yang terus diasah, diiringi kemampuan personal branding yang positif di media sosial, membuat para bloggers bertahan dan bahkan mampu naik level.

Saya mungkin tergolong blogger newbie yang masih belum fokus mengoptimasi blog. Banyak alasan kalau mau dijabarkan, tapi cukuplah saya mengakui bahwa saat ini fokus terpecah antara mengelola blog sendiri dengan berbagai kesempatan dan tanggungjawab menyertai ketika memutuskan membangun komunitas blogger yang usianya menuju delapan tahun pada Februari 2023 mendatang, serta kesempatan-kesempatan yang bergantian menghampiri dalam perjalanannya (yang tak mungkin dialihkan).

Menjadi penulis dan pengelola blog pribadi adalah impian yang saya simpan rapi sejak tahun 2006. Dalam memori saya tersimpan impian suatu waktu saya akan menulis bebas merdeka, memiliki website sendiri, menulis sesuai selera dan permintaan juga (tentunya terbuka untuk paid partnership sebagai cara menghidupi blog itu sendiri), dan memungkinkan saya bekerja menulis di mana saja, kemerdekaan sesungguhnya. Perlahan impian ini saya jalani meski belum seutuhnya memaksimalkan potensi blog dan kemampuan menulis saya. Intinya, saya sedang menjalani impian meski belum sempurna.

Perjalanan menulis saya tidak terbangun begitu saja, diawali sejak usia belia dengan diary bergembok dan notebook warna warni yang isinya curhatan emosi. Keterampilan menulis terasah di tingkat sekolah lanjutan pertama dengan memenangkan kompetisi tingkat DKI Jakarta dari lomba mengarang diadakan Bank Mualamat saat itu, berhadiah uang Rp 50.000 (tahun 1996) dalam bentuk tabungan. Memutuskan kuliah di bidang studi jurnalistik menjadi langkah pasti berkarier di dunia menulis. Pengalaman terasah perlahan hingga karier puncak (bagi saya) diakhiri sendiri sebagai wartawan media online Kompas.com pada 2014. Sejak itu, fokus menulis di blog Kompasiana dan blog pribadi menjadi tujuan hingga akhirnya berbagai model kepenulisan terasah, termasuk ketika akhirnya memutuskan melanjutkan pendidikan pascasarjana dengan tugas menumpuk melatih keterampilan menulis ilmiah (makalah dan mereview jurnal ilmiah).

Belajar dan terus mengasah keterampilan menulis tak pernah sia-sia. Nyatanya, kesempatan bekerja dan mendapatkan cuan dari menulis kembali datang dari relasi pertemanan. Menulis artikel berbasis jurnal ilmiah dan menulis artikel media online yang bikin nostalgia dengan masa-masa jurnalis online, menjadi kesempatan berikutnya yang mendatangkan cuan. Kemampuan menulis selalu ampuh menjadi jalan mencari cuan. Fakta ini yang semakin saya yakini hingga kini, dan bahkan nanti, ketika saya percaya kemampuan menulis ilmiah akan membuka kesempatan lain di bidang riset komunikasi yang sedang saya geluti. Jelas sudah, bagaimana kreativitas dan menulis, bisa jadi kunci cari cuan, kemarin, kini, dan nanti.

Inspirasi lain peluang kepenulisan saya dapati dari seorang peneliti bernama Dr. Min Basadur yang konsisten melakukan riset dan kepenulisan, sejak tahun 1982 hingga saat ini dengan topik berpikir kreatif, problem solving, dan inovasi. Kutipan dari website berbasis riset yang dikembangkan Dr. Basadur menutup artikel ini, semoga menyemangati kita menggali lagi kreativitas menulis yang tak pernah mengenal batasan waktu dan usia. 







You Might Also Like

0 comments: