Nakes Blusukan Vaksinasi COVID-19 Lansia Terbukti Melindungi Keluarga

21.16.00 wawaraji 0 Comments

 


Kekebalan kelompok atau herd immunity terbukti jadi kunci pengendalian pandemi COVID-19. Salah satu caranya ya vaksinasi COVID-19 agar semakin banyak yang kebal virus dan penyebarannya terhambat sehingga fasilitas kesehatan enggak kebanjiran pasien yang sakit berbarengan. 


Bolehlah berargumen coronavirus ini biasa aja, seperti flu, bisa sembuh, tidak ada yang salah dengan pendapat itu. Namun, sejak awal nakes sudah mengedukasi bahwa penularannya yang amat sangat cepat jika tidak diimbangi dengan kekuatan sistem imun baik alami maupun bantuan ikhtiar vaksinasi, jika banyak orang sakit dalam waktu berbarengan dengan berbagai penyebab penularannya (longgarnya protokol kesehatan, imunitas yang rendah atau menurun karena banyak faktor gaya hidup juga penyakit bawaan/komorbid, serta mobilitas dan interaksi yang memungkinkan virus berpindah), inilah yang jadi sumber masalahnya.


Faskes kolaps, nakes kewalahan, obat-obatan terpakai dalam waktu bersaman dalam jumlah besar, alat kesehatan dan ruang rawat tak memadai karena harus difungsikan bersamaan untuk banyak orang dalam waktu bersamaan. Itu masalah besarnya dan itulah sebabnya kampanye prokes tak hentinya disuarakan berulang. 


Vaksinasi saya yakini sangat berperan untuk mengurangi kekacauan itu. Ini terjadi di keluarga saya sendiri. Pun ketika akhirnya ibu saya terpapar virus, atas izinNYA tentu saja, semata rahmatNYA, semoga menjadi orang terakhir yang terinfeksi setelah sebelumnya anak cucunya terkonfirmasi Covid+ dalam waktu berbeda dan bergantian fasenya. Ayah dan kakak tertua saya, yang semuanya berkategori lansia, berusia di atas 60 tahun, orangtua saya keduanya berusia 80-an, bisa jadi terinfeksi namun tidak bergejala serius dan tidak terkonfirmasi dengan pengetesan swab (bahkan antigen pun). 


Ayah dan kakak pertama saya yang tinggal serumah, sudah vaksinasi hingga dosis kedua. Ajakan vaksinasi sudah digaungkan di rumah, dengan saya dan suami sebagai juru kampanyenya. Namun memang tidak mudah memberikan pemahaman dan keyakinan, di saat lingkungan tidak semuanya menerima kebijakan bahkan manfaat vaksinasi.


Hoaks dan misinformasi seputar vaksin sungguh kuat sekali menyebar di lingkungan keluarga, lebih kuat dari virusnya. Kemudian semesta mengatur segalanya, pihak berwenang dari Kecamatan dan Puskesmas blusukan mendatangi lansia ke rumah, yang belum suntik dosis pertama dan kedua, didampingi pihak kepolisian. Beruntung keluarga saya mematuhi pihak berwenang, dan lansia di rumah terlindungi vaksin Sinovac.


Hanya tersisa ibu saya yang belum vaksinasi karena merasa tidak yakin dengan komorbidnya, hipertensi, kesulitan berjalan, obesitas, dan penyakit bawaan lainnya. Ibu, satu-satunya lansia di rumah yang belum vaksinasi. Kami imani, ibu akan baik-baik saja, selalu menjaga prokes, membatasi aktivitas pertemuan dengan orang lain yang mobilitasnya tinggi, segala ikhtiar dilakukan menjaga benteng terakhir di rumah.


Bisa dibilang, rumah kami 90 persen terlindungi vaksin COVID-19, ditambah lagi hampir semua personel adalah penyintas COVID-19, perlindungan vaksin dan booster alami sudah didapati. Begitu kebijakan booster dosis ketiga bergulir, per akhir April 80 persen penghuni rumah sudah menerima vaksin booster. 






Saya, suami dan adik yang memang sering kontak dengan orangtua, sudah booster sejak awal 2022. Di sinilah fakta yang membuktikan keyakinan saya betapa herd immunity itu terjadi. Maret 2022 ibu saya terinfeksi COVID-19, bergejala berat dengan komorbid hipertensi, diabetes, dan kekentalan darah berdasarkan hasil pemeriksaan lab. Meski terinfeksi dan sakit berat, dengan segala ikhtiar dan atas rahmatNYA, ibu sembuh dan virus yang menginfeksi tidak berlama-lama di tubuhnya, jumlahnya sedikit dan status negatif COVID didapatkan hanya dalam hitungan hari sejak pertama terdeteksi. 


Virus yang dilemahkan oleh sistem imun, baik alami (karena keluarga pernah terinfeksi) maupun imun yang terbentuk dari vaksin, membantu proses penyembuhan ibu. Sakit berat yang butuh waktu sebulan untuk pulih lebih karena komorbid yang menyertai. Penanganan home care dengan dokter umum, spesialis paru, spesialis penyakit dalam, perawat medis 13hari dan caregiver 2 hari, tabung oksigen enam kubik dua unit serta oksigen satu kubik sebanyak empat buah menemani kami selama sebulan penuh. 


Sampai di sini, saya semakin meyakini vaksinasi bekerja baik melindungi setidaknya mengurangi risiko perberatan hingga kematian, untuk mereka yang belum vaksin karena berbagai kondisinya. Kita yang vaksin, sudah berikhtiar memberikan perlindungan kepada mereka yang secara kondisi medis belum memungkinkan vaksinasi. Tentu saja berkali-kali saya tegaskan, semua terjadi atas izin dan rahmatNYA. Tiada daya. 


Keluarga kami selamat dari penyakit COVID-19 yang jujur berhasil menguras energi, waktu, biaya. Saya dan suami tidak menyangkal itu. Kami yang berjuang mencegah, kemudian terpapar, lalu merawat yang sakit, berikhtiar maksimal dengan vaksinasi dan menjaga prokes, setidaknya adalah perjuangan kami di masa pandemi.


Entah apa jadinya kalau nakes tidak blusukan memastikan lansia tervaksinasi. Tiada yang bisa mewakili rasa syukur kami, senyuman sumringah dan hati yang lega, menyertai perjuangan pandemi ketika semesta bekerja dengan caraNYA. 


Terima kasih kepada seluruh jajaran yang menjalankan tugasnya blusukan menyuntikkan vaksin dari rumah ke rumah. Terutama memastikan lansia terpenuhi tiga dosisnya. Kekebalan kelompok sangat bisa terbukti kuat dimulai dari rumah sendiri.


Barangkali ini semakin terbukti di musim mudik lebaran 2022. Ketika booster menjadi syarat praktis mudik, dan izin mudik sudah diberikan pemerintah, serta kerinduan besar kumpul keluarga dan melanjutkan kembali tradisi mudik lebaran, atas izinNYA, semua terlindungi dan herd immunity meluas dari rumah ke rumah, melindungi keluarga Indonesia. 


Saya belum bisa menemukan riset yang membuktikan apakah booster mudik berdampak terhadap kekebalan kelompok dan menurunnya risiko penularan dan infeksi virus? Yang pasti tes COVID-19 makin minim, satu-satunya cara yang bisa menunjukkan apakah terinfeksi atau tidak, bukan lagi lagi keharusan saat ini. Semoga saja semua sehat, pandemi menjadi endemi, dan kalau saya sih siap booster lagi jika memang diperlukan, karena vaksinasi terbukti ampuh melindungi dan membantu sistem imun berkerja optimal, selain tentunya tak terbantahkan menjaga imunitas dengan pola makan dan pola hidup yang sehat, menjadi ikhtiar utamanya. 



You Might Also Like

0 comments: