Cantik Resik Merawat Organ Reproduksi

09.30.00 wawaraji 5 Comments



Perempuan, untuk tampil cantik, selalu cari referensi ke mana saja bahkan sampai perawatan kulit ala gadis Korea. Saking terlena dengan banjirnya informasi kecantikan, umumnya perempuan hanya bicara soal urusan rambut dan wajah, atau setidaknya kulit yang tampak dari luar saja. Padahal, ada urusan lain, yang penting jadi perhatian bahkan perempuan harus lebih serius merawatnya, sedari dini.

Saya bakal banyak bicara soal organ reproduksi. Sederhananya, organ reproduksi perempuan dimulai dari vagina-serviks (leher rahim)-ovarium (indung telur)-rahim.



Sederhananya, itu lah organ yang wajib jadi perhatian perempuan. Namun di vagina sendiri banyak bagiannya, yang pasti ada fungsi, juga bisa menimbulkan gangguan kalau kita tidak apik resik merawat diri. 

Reproduksi selalu menarik bagi saya, untuk menelusuri dan membagi pengetahuan juga pengalaman pribadi. Saya tidak banyak punya pengalaman, namun setidaknya punya perjalanan dari yang bikin pilu hingga gagal fokus, dengan berbagai masalahnya.

Soal hamil misalnya, saya termasuk golongan perempuan yang sulit sekali punya anak.  meski berhasil dua kali hamil, namun perjalanannya sungguh luar biasa dengan ikhtiar yang lebih dari biasanya perempuan, meski belum luar biasa usahanya sampai keluar uang ratusan juta.

Biasanya, soal kehamilan, kita yang hidup dalam lingkungan agamis, akan mengembalikan semua urusan kepada Tuhan. Itu sudah benar, tidak terbantahkan. Namun kadang, kita manusia berakal perlu melihat kondisi dari berbagai sisi. Berserah tentu wajib hukumnya, namun berikhtiar termasuk mencari tahu penyebab dan mencari solusi terbaiknya, juga merawat diri untuk hidup sehat secara utuh (bukan hanya permukaan saja), adalah juga keharusan.

Banyak faktor penyebab sulit hamil misalnya, dan ini ada kaitannya juga dengan organ reproduksi. Saya pun awalnya tidak pernah terpikir, urusan sulit hamil bisa dipengaruhi faktor kebersihan area V, masalah yang tidak disadari di area genital perempuan, kebiasaan yang tak sadar bisa menyebabkan infeksi bahkan radang vagina. 

Sebut saja pemakaian celana dalam dari bahan nylon, bukan bahan katun. Celana yang ketat, bukan hanya jeans slim fit yang bikin pemakainya merasa seksi dan percaya diri, tapi juga celana ketat tipis semacam legging yang bikin lembab area V. Belum lagi bicara gatal pada vagina akibat keputihan atau kelembaban yang tak terjaga dengan baik. Lain lagi soal penggunaan pembalut saat haid, yang tidak dibarengi kebiasaan sehat menggantinya per 3-6 jam tergantung volume haid.

Saya sulit hamil, tapi memang tak sadar kalau kebiasaan pakai celana ketat, keputihan yang tidak tertangani dengan baik, bisa berdampak. Saya juga belum menyelidikinya, apakah benar ada kaitan semua hal itu, dengan sulitnya saya hamil.

Ketika berhasil hamil, makin tak percaya lah saya dengan semua faktor kebiasaan buruk itu. namun ketika saya mengalami keguguran, harus kuret, kemudian ada risiko infeksi pada area V akibat kuret yang tak sempurna, saya kembali berpikir. Berlanjut dengan terjadinya pendarahan pada kehamilan kedua, yang membuat saya harus operasi dan melahirkan anak lewat Caesar di usia kehamilan delapan bulan.

Semua hal ini terjadi begitu saja, dan semuanya berurusan dengan organ reproduksi saya. Tak ada yang mengkhawatirkan sebenarnya. Toh saya sehat-sehat saja. 

Soal keputihan, data sudah menunjukkan 75 persen perempuan mengalami keputihan. Jadi rasanya wajar kalau saya keputihan. Namun menjadi tak wajar kalau keputihan bikin gatal tak tertahankan di area V. 

Saya pernah mengalaminya, dan saya mengatasi keputihan dengan cairan pembersih vagina. Sembuh memang tapi ternyata dampaknya jangka panjang karena tidak dibarengi dengan kebiasaan sehat.

Kalau dibilang tidak merawat tubuh, saya menolak jika disebut demikian. Saya sangat peduli soal perawatan tubuh namun memang tidak memeriksakan secara khusus. Misal, setelah menikah dan rutin berhubungan seks, saya harusnya papsmear sebagai bentuk pemeriksaan rutin kesehatan reproduksi. Namun saya tidak melakukannya selama bertahun-tahun.

Padahal, saya punya risiko, dengan berbagai masalah yang saya pernah alami pada organ intim (vagina). Apalagi saya juga pernah menjalani gaya hidup urban, yang berhubungan dengan organ V. Misal, saya pernah waxing aneka bentuk, bahkan sampai mencukur halus rambut area V. Tak sadar, semua gaya hidup itu ada dampaknya pada kesehatan organ reproduksi. Rambut area vagina ada karena fungsinya menimalisasi kotoran masuk ke dalam vagina. Namun memang perlu dirawat agar tak terlalu lebat, karena kalau kotoran haid menempel lama tidak bersih sempurna, risiko infeksi tetap ada.  

Tanpa sadar, saya merasa baik-baik saja. Sampai akhirnya, saya dihadapkan pada satu kondisi yang berhasil bikin gagal fokus. Konsentrasi bekerja menurun, pikiran melayang terlalu jauh. Hanya berpikir positif dan meredam stres yang bikin saya berhasil melampaui kondisi tak menyenangkan itu.

Kondisi yang baru terjadi sebulan belakangan, saat pemeriksaan IVA menyatakan saya mengalami servisitis atau radang serviks, yang kalau secara teori tidak tertangani dengan baik, risiko jangka panjangnya bisa mengarah kepada kanker serviks.

Berusaha memahami kondisi ini, saya kembali belajar soal kesehatan reproduksi. Soal kesehatan vagina, kebiasaan keliru yang kerap dilakukan perempuan tanpa sadar bahkan acuh. Paham kalau perempuan menikah harus papsmear tapi abai dan lagi-lagi, acuh.

Lalu saya belajar lagi soal radang pada vagina, yang bisa berawal dari keputihan. Infeksi pada vagina bisa menyebar lebih luas dan ke dalam organ salah satunya keputihan. Infeksi vagina bisa terjadi akibat jamur (kandida), bakteri berbahaya, juga parasit yang disebut trikomoniasis. Infeksi pada vagina bisa menjalar ke serviks bahkan ovarium.

Memang benar, keputihan ada yang normal. Ini tak perlu dikhawatirkan tapi tetap perlu dikenali, mana yang normal mana yang tidak. Saat keputihan disertai rasa gatal yang tak biasa, bau busuk, kemerahan, bahkan muncul rasa panas dan nyeri, waktunya waspada.

Apa penyebab infeksi? Banyak sekali, di antaranya organ intim terlalu lembab yang menjadi ladang bertumbuhnya jamur, mencuci organ intim dengan sabun yang bisa menimbulkan risiko, juga penggunaan vaginal douch yang ternyata baru saya ketahui bisa menimbulkan infeksi vagina.

Semua informasi ini saya dengar langsung dari dokter lewat seminar dan konsultasi langsung. Satu fakta yang membuka mata saya adalah infeksi pada leher rahim, bahkan radang pun, bisa menyebabkan sulit hamil karena sperma gagal menembus leher rahim untuk mencapai indung telur. Jangankan membuahi telur yang sudah matang, mencapainya saja sulit karena ada infeksi serviks yang diawali dari infeksi vagina. Infeksi serviks pun bisa disebabkan karena faktor keputihan yang tidak tertangani dengan baik.

Kondisi ini yang saya dapati, dan sempat galau karena merasa tak yakin dengan penjelasan dokter saat seminar. Sempat mendapatkan diagnosis servisitis, membuat saya galau mendekati kalut. 

Inikah dampak dari keputihan yang pernah saya alami tapi tak tertangani dengan baik, inikah dampak dari kuret tak sempurna yang menimbulkan luka pada organ reproduksi saya, inikah akibatnya saya pernah pakai celana ketat, inikah dampak dari stres yang tak dikelola dengan baik (baik dulu saat kerja dalam tekanan tinggi maupun saat harus berusaha keras healing setelah kehilangan anak semata wayang).

Galau karena merasa tak mendapatkan informasi kesehatan yang akurat. Bahkan bertemu dengan dokter kandungan pun tak membawa hasil memuaskan.

Kalau soal merawat diri, sejak lama saya sudah mengikuti kebiasaan ibu yang turun temurun, merebus daun sirih. Lalu saya gunakan untuk membersihkan atau mencuci organ intim. Saya juga seringkali teredukasi mengenai cairan pembersih vagina, dengan PH yang aman dan sesuai untuk organ kewanitaan. Saya pengguna cairan pembersih vagina karena memang merasa lebih resik merawat organ intim dengannya.

Papsmear akhirnya menjawab semuanya. Bertemu dokter kandungan yang tepat di rumah sakit yang tepat, menjawab semua pertanyaan itu. Hasil papsmear menunjukkan saya  memiliki organ reproduksi sehat. Hasil USG pun menunjukkan rahim saya sehat. Semua organ reproduksi saya dinyatakan sehat.

Pengalaman pribadi ini yang membuat saya jadi makin resik kepada diri sendiri. Saya ganti celana dalam dengan bahan katun. Tak seksi memang tapi sehat lebih baik daripada sekadar menunjukkan seksi di depan suami.

Vaginal douch, yang pernah disarankan dua dokter karena saya dianggap terkena radang serviks, saya stop. Saya sudah curiga, sebenarnya dokter kandungan pernah bilang douch tidak baik karena bisa menyebabkan infeksi. Konfirmasi dari dokter kandungan saat saya papsmear menjadi dasar kenapa saya stop vaginal douch.

Penggunaan celana ketat mulai saya kurangi. Sambil menyerap hikmah, itu sebab perempuan disarankan memakai yang longgar, bisa celana kulot atau rok, atau dress, bukankah makin banyak model modis dalam berbusana untuk perempuan berhijab seperti saya.

Banyak kebiasaan yang mulai saya perbaiki dari pengalaman ini. Termasuk soal mengelola stres dan bahkan hubungan intim dengan suami pun harus diperhatikan, nah soal ini saya bahas terpisah saja ya.

Kebiasaan lainnya adalah membersihkan area V dengan cairan pembersih yang tepat. Pemilihan PH sangat penting. Pastikan PH cairan pembersih vagina dalam batas normal area kewanitaan yakni PH 3-4.

Kalau dulu saya punya kebiasaan merebus daun sirih, sekarang mulai saya tinggalkan karena selain tidak praktis, tidak efisien waktu, sudah ada produk cairan pembersih yang bisa memenuhi kebutuhan saya. Wangi sirih itu selalu bikin saya merasa bersih, barangkali karena terbiasa sejak belia melihat kebiasaan ibu. Selain saya memang sudah merasakan langsung manfaat daun sirih sebagai antiseptik alami.



Cairan pembersih organ kewanitaan, Resik V Godokan Sirih, berlabel halal, bikin tenang jadinya karena perawatan area V jadi lebih praktis dan higienis. Dalam satu botol kemasan 100 ML, praktis bisa dibawa ke mana saja untuk merawat organ intim.

Daun Sirih terbukti mengandung antiseptik, antibakteri, antioksidan. Berkat teknologi, daun sirih bisa diolah menjadi cairan pembersih wanita Resik V Godokan Sirih, dengan PH sesuai (3-4), dan teruji secara Mikrobiologi dapat membunuh jamur Candida Albicans penyebab keputihan. Setifikasi MUI bikin tambah tenang pakai cairan pembersih Resik V ini.

Semoga cukup saya yang galau karena diagnosis yang entah benar atau salah itu. pastinya, semua bisa dicegah, banyak caranya, diawali dengan kebiasaan baik resik merawat organ reproduksi.








You Might Also Like

5 comments:

Dwina mengatakan...

Manfaat banget infonya niy, mba... Semua perempuan harus tau tentang penting merawat dan menjaga kebersihan daerah kewanitaannya.

Dwi Septia mengatakan...

Buat single aman kan ya mba? XD

wawaraji mengatakan...

Banget. Perempuan hrs resik rawat tubuh memang. Risikonya banyaaaaak kakak

wawaraji mengatakan...

Aman lah. Keputihan gak kenal. Umur. Hehe

Roswitha Jassin mengatakan...

thank you for sharing mba wawa, iya nih utk wanita yg sudah aktif berhubungan seksual kita wajib rutin papsmear..