Cantik Resik Merawat Organ Reproduksi
Perempuan, untuk tampil cantik, selalu cari referensi ke mana saja bahkan sampai perawatan kulit ala gadis Korea. Saking terlena dengan banjirnya informasi kecantikan, umumnya perempuan hanya bicara soal urusan rambut dan wajah, atau setidaknya kulit yang tampak dari luar saja. Padahal, ada urusan lain, yang penting jadi perhatian bahkan perempuan harus lebih serius merawatnya, sedari dini.
Saya bakal banyak bicara soal organ reproduksi. Sederhananya, organ
reproduksi perempuan dimulai dari vagina-serviks (leher rahim)-ovarium (indung
telur)-rahim.
Sederhananya, itu lah organ yang wajib jadi perhatian perempuan. Namun
di vagina sendiri banyak bagiannya, yang pasti ada fungsi, juga bisa
menimbulkan gangguan kalau kita tidak apik resik merawat diri.
Reproduksi selalu menarik bagi saya, untuk menelusuri dan
membagi pengetahuan juga pengalaman pribadi. Saya tidak banyak punya
pengalaman, namun setidaknya punya perjalanan dari yang bikin pilu hingga gagal
fokus, dengan berbagai masalahnya.
Soal hamil misalnya, saya termasuk golongan perempuan yang
sulit sekali punya anak. meski berhasil
dua kali hamil, namun perjalanannya sungguh luar biasa dengan ikhtiar yang
lebih dari biasanya perempuan, meski belum luar biasa usahanya sampai keluar
uang ratusan juta.
Biasanya, soal kehamilan, kita yang hidup dalam lingkungan
agamis, akan mengembalikan semua urusan kepada Tuhan. Itu sudah benar, tidak
terbantahkan. Namun kadang, kita manusia berakal perlu melihat kondisi dari
berbagai sisi. Berserah tentu wajib hukumnya, namun berikhtiar termasuk mencari
tahu penyebab dan mencari solusi terbaiknya, juga merawat diri untuk hidup
sehat secara utuh (bukan hanya permukaan saja), adalah juga keharusan.
Banyak faktor penyebab sulit hamil misalnya, dan ini ada
kaitannya juga dengan organ reproduksi. Saya pun awalnya tidak pernah terpikir,
urusan sulit hamil bisa dipengaruhi faktor kebersihan area V, masalah yang
tidak disadari di area genital perempuan, kebiasaan yang tak sadar bisa
menyebabkan infeksi bahkan radang vagina.
Sebut saja pemakaian celana dalam
dari bahan nylon, bukan bahan katun. Celana yang ketat, bukan hanya jeans slim
fit yang bikin pemakainya merasa seksi dan percaya diri, tapi juga celana ketat
tipis semacam legging yang bikin lembab area V. Belum lagi bicara gatal pada
vagina akibat keputihan atau kelembaban yang tak terjaga dengan baik. Lain lagi
soal penggunaan pembalut saat haid, yang tidak dibarengi kebiasaan sehat
menggantinya per 3-6 jam tergantung volume haid.
Saya sulit hamil, tapi memang tak sadar kalau kebiasaan
pakai celana ketat, keputihan yang tidak tertangani dengan baik, bisa
berdampak. Saya juga belum menyelidikinya, apakah benar ada kaitan semua hal
itu, dengan sulitnya saya hamil.
Ketika berhasil hamil, makin tak percaya lah saya dengan
semua faktor kebiasaan buruk itu. namun ketika saya mengalami keguguran, harus
kuret, kemudian ada risiko infeksi pada area V akibat kuret yang tak sempurna,
saya kembali berpikir. Berlanjut dengan terjadinya pendarahan pada kehamilan
kedua, yang membuat saya harus operasi dan melahirkan anak lewat Caesar di usia
kehamilan delapan bulan.
Semua hal ini terjadi begitu saja, dan semuanya berurusan dengan
organ reproduksi saya. Tak ada yang mengkhawatirkan sebenarnya. Toh saya
sehat-sehat saja.
Soal keputihan, data sudah menunjukkan 75 persen perempuan
mengalami keputihan. Jadi rasanya wajar kalau saya keputihan. Namun menjadi tak
wajar kalau keputihan bikin gatal tak tertahankan di area V.
Saya pernah
mengalaminya, dan saya mengatasi keputihan dengan cairan pembersih vagina. Sembuh memang
tapi ternyata dampaknya jangka panjang karena tidak dibarengi dengan kebiasaan sehat.
Kalau dibilang tidak merawat tubuh, saya menolak jika
disebut demikian. Saya sangat peduli soal perawatan tubuh namun memang tidak
memeriksakan secara khusus. Misal, setelah menikah dan rutin berhubungan seks,
saya harusnya papsmear sebagai bentuk pemeriksaan rutin kesehatan reproduksi. Namun
saya tidak melakukannya selama bertahun-tahun.
Padahal, saya punya risiko, dengan berbagai masalah yang
saya pernah alami pada organ intim (vagina). Apalagi saya juga pernah menjalani
gaya hidup urban, yang berhubungan dengan organ V. Misal, saya pernah waxing aneka
bentuk, bahkan sampai mencukur halus rambut area V. Tak sadar, semua gaya hidup
itu ada dampaknya pada kesehatan organ reproduksi. Rambut area vagina ada karena fungsinya menimalisasi kotoran masuk ke dalam vagina. Namun memang perlu dirawat agar tak terlalu lebat, karena kalau kotoran haid menempel lama tidak bersih sempurna, risiko infeksi tetap ada.
Tanpa sadar, saya merasa
baik-baik saja. Sampai akhirnya, saya dihadapkan pada satu kondisi yang
berhasil bikin gagal fokus. Konsentrasi bekerja menurun, pikiran melayang
terlalu jauh. Hanya berpikir positif dan meredam stres yang bikin saya berhasil
melampaui kondisi tak menyenangkan itu.
Kondisi yang baru terjadi sebulan belakangan, saat
pemeriksaan IVA menyatakan saya mengalami servisitis atau radang serviks, yang kalau secara teori tidak tertangani dengan baik, risiko jangka panjangnya bisa mengarah kepada kanker serviks.
Berusaha memahami kondisi ini, saya kembali belajar soal
kesehatan reproduksi. Soal kesehatan vagina, kebiasaan keliru yang kerap
dilakukan perempuan tanpa sadar bahkan acuh. Paham kalau perempuan menikah
harus papsmear tapi abai dan lagi-lagi, acuh.
Lalu saya belajar lagi soal radang pada vagina, yang bisa
berawal dari keputihan. Infeksi pada vagina bisa menyebar lebih luas dan ke
dalam organ salah satunya keputihan. Infeksi vagina bisa terjadi akibat jamur
(kandida), bakteri berbahaya, juga parasit yang disebut trikomoniasis. Infeksi pada
vagina bisa menjalar ke serviks bahkan ovarium.
Memang benar, keputihan ada yang normal. Ini tak perlu
dikhawatirkan tapi tetap perlu dikenali, mana yang normal mana yang tidak. Saat
keputihan disertai rasa gatal yang tak biasa, bau busuk, kemerahan, bahkan muncul
rasa panas dan nyeri, waktunya waspada.
Apa penyebab infeksi? Banyak sekali, di antaranya organ
intim terlalu lembab yang menjadi ladang bertumbuhnya jamur, mencuci organ
intim dengan sabun yang bisa menimbulkan risiko, juga penggunaan vaginal douch
yang ternyata baru saya ketahui bisa menimbulkan infeksi vagina.
Semua informasi ini saya dengar langsung dari dokter lewat
seminar dan konsultasi langsung. Satu fakta yang membuka mata saya adalah
infeksi pada leher rahim, bahkan radang pun, bisa menyebabkan sulit hamil
karena sperma gagal menembus leher rahim untuk mencapai indung telur. Jangankan
membuahi telur yang sudah matang, mencapainya saja sulit karena ada infeksi
serviks yang diawali dari infeksi vagina. Infeksi serviks pun bisa disebabkan
karena faktor keputihan yang tidak tertangani dengan baik.
Kondisi ini yang saya dapati, dan sempat galau karena merasa
tak yakin dengan penjelasan dokter saat seminar. Sempat mendapatkan diagnosis
servisitis, membuat saya galau mendekati kalut.
Inikah dampak dari keputihan
yang pernah saya alami tapi tak tertangani dengan baik, inikah dampak dari kuret
tak sempurna yang menimbulkan luka pada organ reproduksi saya, inikah akibatnya
saya pernah pakai celana ketat, inikah dampak dari stres yang tak dikelola
dengan baik (baik dulu saat kerja dalam tekanan tinggi maupun saat harus
berusaha keras healing setelah kehilangan anak semata wayang).
Galau karena merasa tak mendapatkan informasi kesehatan yang
akurat. Bahkan bertemu dengan dokter kandungan pun tak membawa hasil memuaskan.
Kalau soal merawat diri, sejak lama saya sudah mengikuti
kebiasaan ibu yang turun temurun, merebus daun sirih. Lalu saya gunakan untuk
membersihkan atau mencuci organ intim. Saya juga seringkali teredukasi mengenai
cairan pembersih vagina, dengan PH yang aman dan sesuai untuk organ kewanitaan.
Saya pengguna cairan pembersih vagina karena memang merasa lebih resik merawat
organ intim dengannya.
Papsmear akhirnya menjawab semuanya. Bertemu dokter
kandungan yang tepat di rumah sakit yang tepat, menjawab semua pertanyaan itu.
Hasil papsmear menunjukkan saya memiliki
organ reproduksi sehat. Hasil USG pun menunjukkan rahim saya sehat. Semua organ
reproduksi saya dinyatakan sehat.
Pengalaman pribadi ini yang membuat saya jadi makin resik
kepada diri sendiri. Saya ganti celana dalam dengan bahan katun. Tak seksi
memang tapi sehat lebih baik daripada sekadar menunjukkan seksi di depan suami.
Vaginal douch, yang pernah disarankan dua dokter karena saya
dianggap terkena radang serviks, saya stop. Saya sudah curiga, sebenarnya
dokter kandungan pernah bilang douch tidak baik karena bisa menyebabkan
infeksi. Konfirmasi dari dokter kandungan saat saya papsmear menjadi dasar kenapa
saya stop vaginal douch.
Penggunaan celana ketat mulai saya kurangi. Sambil menyerap
hikmah, itu sebab perempuan disarankan memakai yang longgar, bisa celana kulot
atau rok, atau dress, bukankah makin banyak model modis dalam berbusana untuk
perempuan berhijab seperti saya.
Banyak kebiasaan yang mulai saya perbaiki dari pengalaman
ini. Termasuk soal mengelola stres dan bahkan hubungan intim dengan suami pun harus diperhatikan,
nah soal ini saya bahas terpisah saja ya.
Kebiasaan lainnya adalah membersihkan area V dengan cairan
pembersih yang tepat. Pemilihan PH sangat penting. Pastikan PH cairan pembersih
vagina dalam batas normal area kewanitaan yakni PH 3-4.
Kalau dulu saya punya kebiasaan merebus daun sirih, sekarang
mulai saya tinggalkan karena selain tidak praktis, tidak efisien waktu, sudah
ada produk cairan pembersih yang bisa memenuhi kebutuhan saya. Wangi sirih itu
selalu bikin saya merasa bersih, barangkali karena terbiasa sejak belia melihat
kebiasaan ibu. Selain saya memang sudah merasakan langsung manfaat daun sirih sebagai antiseptik alami.
Cairan pembersih organ kewanitaan, Resik V Godokan Sirih,
berlabel halal, bikin tenang jadinya karena perawatan area V jadi lebih praktis
dan higienis. Dalam satu botol kemasan 100 ML, praktis bisa dibawa ke mana saja
untuk merawat organ intim.
Daun Sirih terbukti mengandung antiseptik, antibakteri,
antioksidan. Berkat teknologi, daun sirih bisa diolah menjadi cairan pembersih
wanita Resik V Godokan Sirih, dengan PH sesuai (3-4), dan teruji secara
Mikrobiologi dapat membunuh jamur Candida Albicans penyebab keputihan.
Setifikasi MUI bikin tambah tenang pakai cairan pembersih Resik V ini.
Semoga cukup saya yang galau karena diagnosis yang entah
benar atau salah itu. pastinya, semua bisa dicegah, banyak caranya, diawali
dengan kebiasaan baik resik merawat organ reproduksi.
5 comments:
Manfaat banget infonya niy, mba... Semua perempuan harus tau tentang penting merawat dan menjaga kebersihan daerah kewanitaannya.
Buat single aman kan ya mba? XD
Banget. Perempuan hrs resik rawat tubuh memang. Risikonya banyaaaaak kakak
Aman lah. Keputihan gak kenal. Umur. Hehe
thank you for sharing mba wawa, iya nih utk wanita yg sudah aktif berhubungan seksual kita wajib rutin papsmear..
Posting Komentar