Bekali Diri Cerdas Menyikapi Vaksin Palsu

13.00.00 wawaraji 2 Comments



Berbekal informasi dari sumber terpercaya, melalui talkshow kesehatan bersama BPOM lima hari jelang Idul Fitri, saya merasa tercerahkan untuk menyikapi vaksin palsu.

Talkshow BPOM #PeduliVaksin bersama blogger dan komunitas Sahabat Ibu Indonesia, menghadirkan Drs. Arustiyono, Apt, MPH selaku Direktur Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Badan POM RI.

Dua pelajaran penting saya dapatkan dari talkshow BPOM ini, yakni antisipasi dan menjadi orangtua lebih cerdas.

Antisipasi Vaksin Palsu
BPOM berusaha meyakinkan masyarakat untuk tidak perlu panik, takut dan upayakan tidak tergiring opini yang membuat cemas atau meresahkan. Yakin bahwa pemerintah sedang mengatasi masalah vaksin palsu, dan jaminan dari Kementerian Kesehatan bahwa imunisasi ulang bisa dilakukan, setidaknya mengurangi kekhawatiran.

Sambil pemerintah bekerja sesuai porsinya, warga pun perlu melek informasi yang benar. BPOM menjelaskan vaksin didapat dari distributor resmi tersertifikasi. Produsen vaksin yang diakui secara internasional, oleh WHO, adalah Biofarma, sebagai produsen termasuk BPOM sudah diaudit oleh WHO. Pemerintah menjamin vaksin melalui jalur resmi bermutu tinggi atau asli.

Nah, mengenai vaksin palsu, ini bukan kali pertama terjadi. Peredaran vaksin palsu pernah terjadi pada 2008, 2013, 2014 dengan modus berbeda. Kalau dulu modusnya, vaksin yang sudah kadaluarsa diganti label baru. Yang terjadi sekarang lebih tak bermoral, berdasarkan keterangan Bareskrim POLRI, pemalsu mengoplos sendiri di rumah, ditambah antibiotik dan air keran.

Bahayanya adalah, oplosan antibiotik, pada anak yang alergi bisa menyebabkan shock dan berisiko kematian. Sementara vaksin palsu yang diisi air keran yang tidak steril, dengan kondisi udara mengandung jutaan bakteri dan kuman, pemalsuan vaksin di rumah dan tempat terbuka berisiko terkontaminasi kuman dan bakteri.

Tambah khawatir memang kalau mendengar kabar ini. Saya menonton berita TV, Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia mengatakan bahwa JIKA BENAR pemalsuan vaksin dilakukan dengan menambahkan antibiotik dan air, dan dilakukan secara tidak steril, bisa saja menimbulkan risiko.

Artinya, berita bahwa oplosan antibiotik dan campuran air masih perlu dipantau terus menerus, untuk memastikan sebenarnya vaksin palsu itu berisi apa dan sejauh apa risikonya terhadap anak yang menjadi korban imunisasi dengan vaksin palsu.

Di sisi lain, Kemenkes berupaya menjelaskan pernyataan bahwa vaksin dasar dari jalur resmi dengan harga kurang dari 1 dolar, aman dari pemalsuan. Karena pemalsuan vaksin hanya terjadi pada vaksin berharga mahal yang sangat memungkinkan diperdagangkan dengan keuntungan besar. Vaksin mahal ini merujuk pada vaksin tambahan atau pilihan bukan vaksin untuk imunisasi dasar. Imunisasi dasar wajib diberikan kepada bayi sebelum usia satu tahun.

“Yang beredar vaksin palsu itu, banyaknya vaksin pilihan, sedangkan vaksin wajib tak palsu,” kata Arustiyono.

Hasil pemeriksaan BPOM di 9 provinsi di Indonesia, vaksin palsu didapati di sebagian besar RS Swasta dan Klinik Swasta, kalangan menengah atas. Sedangkan sarana kesehatan pemerintah dengan pelayanan gratis seperti posyandu, puskesmas, RS pemerintah umumnya aman dari vaksin palsu.

Balai Besar BPOM seluruh Indonesia juga sudah melakukan segel semua vaksin RS Swasta dan apotek. Hal lain yang bisa dilakukan BPOM untuk antisipasi adalah inspeksi lebih rutin ke sarana pelayanan kesehatan untuk memastikan mekanisme pemusnahan kemasan vaksin.

Berdasarkan permenkes, kemasan vaksin yang sudah digunakan di RS/ klinik harusnya dihancurkan. Biang masalahnya terletak pada oknum yang memulung atau mengumpulkan kemasan bekas pakai dan dijual. Lalu botol bekas kemasan ini digunakan lagi dengan pemalsuan vaksin.

“Ke depan, kami akan melakukan inspeksi lebih rutin ke sarana pelayanan kesehatan dan mengecek mekanisme pemusnahan itu sudah dilakukan dengan baik atau tidak,” jelas Arustiyono.

Inspeksi lebih intens ini menjadi penting karena selalu ada pihak yang memanfaatkan karena secara ekonomi menguntungkan. Meski laporan kemasan vaksin sudah dimusnahkan, jalur ilegal tetap ada dan ini adalah tindakan kriminal. Kepolisian punya andil dalam kasus pelanggaran peraturan mengenai pemusnahan kemasan vaksin bekas pakai ini.

BPOM juga akan mengupayakan bisa memberikan sanski kepada sarana kesehatan, dan ini harus didukung oleh regulasi, supaya BPOM tidak hanya bisa merekomendasi Dinas Kesehatan tapi juga bisa memberi sanksi kepada sarana pelayanan kesehatan yang melanggar aturan.

Jadi Orangtua Cerdas

Pada akhirnya, sebagai orangtua kita harus lebih tegas dan berani bertanya kepada tenaga medis. Mencari dokter atau tenaga medis yang komunikatif memang tantangan besar, karena tak mudah menemukannya. Namun pastikan yang terbaik untuk anak kita, setidaknya kita memilih sarana dan pelayanan kesehatan yang paling nyaman, memudahkan komunikasi sehingga kita tidak menjadi pasien pasif.

Ayu Dyah Pasha dari Sahabat Ibu Indonesia mengatakan prinsip kehati-hatian sebagai konsumen perlu lebih ditegaskan. Selain juga perlu ada informasi dan edukasi kepada konsumen untuk bisa membaca label vaksin baru atau bukan, palsu atau tidak, dan bagaimana mengetahui pembandingnya.

Soal imunisasi, memang memprihatinkan ketika orangtua yang ingin memberikan terbaik untuk anak, dengan imunisasi pilihan, bukan hanya dasar dan lanjutan, namun justru vaksin pilihan yang disalahgunakan.

Ayu Dyah Pasha mengatakan sebagai ibu yang ingin memberikan terbaik untuk anaknya, ibu memberikan vaksin pilihan untuk memberikan rasa aman bagi anak. Tapi kejadiannya justru vaksin pilihan itu yang menjadi sasaran untuk dipalsukan.


Perlu diketahui bahwa imunisasi dasar yang wajib dijalankan tertera pada buku panduan tumbuh kembang anak, yang orangtua dapatkan setelah melahirkan. Orangtua bisa memantau tumbuh kembang anak, termasuk jadwal imunisasi lewat buku Kesehatan Ibu dan Anak yang biasanya diterbitkan oleh Rumah Sakit atau Klinik/Bidan tempat melahirkan.

Bagi saya, imunisasi adalah hak kesehatan anak. Saya pun memastikan anak sejak lahir sudah mendapatkan imunisasi dasar, juga lanjutan, sesuai jadwal yang diberikan dokter. Dengan kondisi lingkungan yang makin tak sehat, dan kondisi anak saya yang lahir prematur, membuat saya merasa harus memproteksi si kecil dengan pelayanan kesehatan maksimal.

Dari informasi yang saya dapat melalui berbagai ruang diskusi kesehatan, imunisasi pilihan juga menjadi perhatian. Namun memang harga imunisasi pilihan sangat tinggi. Saya berpikir ulang untuk imunisasi pilihan. Sempat ingin “memaksakan” demi memberikan yang terbaik, namun urung karena memang harganya tak terjangkau. Akhirnya kami orangtua hanya kembali berserah, berusaha menyeimbangkan kesehatan anak dengan asupan sehat, pola hidup sehat, lingkungan sehat, di luar imunisasi dasar dan lanjutan yang sudah lengkap dilakukan.

Saya bersyukur karena batal imunisasi pilihan namun sekaligus miris, tak menyangka bahwa ada pihak yang memanfaatkan pemalsuan vaksin untuk imunisasi pilihan yang mahal ini. Vaksin mahal menjadi celah memenuhi hasrat serakah meraup uang. Padahal, tak sedikit orangtua yang rela mengeluarkan dana lebih untuk memastikan kesehatan anaknya optimal dengan vaksinasi.

Catatan Imunisasi Pribadi

Adalah pilihan untuk orangtua mau melakukan imunisasi sampai pada tahap mana. Kembali kepada informasi yang diserapnya dan kemampuan biaya. Bagi orangtua yang sudah sangat teredukasi mengenai imunisasi dasar hingga pilihan, mengeluarkan biaya tambahan demi proteksi anak dari risiko kesehatan ke depan, bukan jadi soal. Orangtua akan mengupayakan yang maksimal untuk anaknya.

Menjadi miris ketika upaya maksimal orangtua ini, dimanfaatkan pihak tak bermoral, untuk memperkaya diri. Tak terbayangkan bagaimana para orangtua korban vaksin palsu menahan amarahnya terhadap pemalsu.

Saya pun bisa memaklumi ketika sebagian orangtua korban vaksin palsu begitu gusar dan memprotes rumah sakit, karena apa yang diusahakan maksimal untuk anak justru berbuah masalah kesehatan untuk anak-anaknya. Sekali lagi, adalah pilihan untuk orangtua melakukan imunisasi pilihan dengan vaksin mahal, karena setiap anak tak sama kondisinya, tentu ada alasan mengapa orangtua tidak puas hanya dengan imunisasi dasar, lanjutan, dan melengkapinya dengan imunisasi pilihan.

Semoga para orangtua korban vaksin palsu mendapatkan pelayanan maksimal, demi anak-anak, generasi penerus yang lebih sehat optimal. Semoga pemerintah lebih gesit menangani masalah kesehatan yang sangat penting ini, karena tubuh anak yang sehat adalah bekal untuk bisa produktif menjadi pewaris penerus bangsa ke depan.

Jika masalah kesehatan dari vaksin palsu ini masih berulang dan tak juga tuntas, kita bisa mempertanyakan, ada apa sebenarnya di balik konspirasi tenaga medis ini? Kalau mau berasumsi, adakah sebuah skenario besar yang ingin membuat bodoh generasi kita dengan sumber daya yang penyakitan sehingga tak produktif? Ini hanya kecurigaan dan asumsi, semoga saja tidak terjadi dan segera tuntas isu vaksin palsu ini.

Semoga edukasi kesehatan untuk keluarga juga semakin intens sehingga para orangtua menjadi lebih cerdas, dan masyarakat pun lebih aktif mengambil perannya sebagai konsumen cerdas.

You Might Also Like

2 comments:

zataligouw mengatakan...

aku juga nggak ngasih imunisasi pilihan mba Wawa, sempet kepikiran tapi akhirnya memutuskan nggak..

wawaraji mengatakan...

iyaaa sempet khawatir juga kalau gak dikasih imunisasi pilihan tp berhubung mahaaaal yasudlah cari cara lain proteksi anak yaaa hehe