Syekh Ali Jaber Kembali KepadaNYA Meninggalkan Cinta
Jelang satu tahun pandemi, begitu banyak kabar duka lara. Sesekali masih ada selipan kabar bahagia dan penuh harapan, namun tak bisa dipungkiri rasanya lebih banyak kabar kesedihan, kepedihan, kehilangan, kedukaan selama masa pageblug. Bisa bertahan waras sehat sampai titik ini adalah anugerah. Bersyukur dan berusaha menerima serta beradaptasi semaksimalnya, adalah bentuk perjuangan untuk bertahan.
Ujian bertahan ternyata hadir lagi di awal 2021, setelah peristiwa menyesakkan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air Penerbangan SJ182 dengan berbagai kisah inspiratif kedua pilot beda keyakinan yang cinta Tuhan, lalu datang berita yang membuat airmata kembali mengalir. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun, Syekh Ali Jaber meninggal dunia pada Kamis, 14 Januari 2021 di RS Islam Yarsi, setelah PCR negatif covid dalam perawatan medis. Tiada daya.
"Ya Allah" , suami saya mengucap ketika saya bersiap berangkat ke tempat kerja. Sambil memandangi laptop berusaha mencari informasi lebih lengkap, suami berucap, "Syekh Ali Jaber meninggal".
Saya diam beberapa detik dan hanya sanggup mengucap nama Allah.
Lalu air mata keluar begitu saja tak sanggup menahannya, tidak bisa berkata banyak. Bingung, kehilangan panutan, kehilangan sumber ilmu AlQuran, sumber ilmu cinta dan kasih sayang, sumber ilmu Islam damai dan nilai kemuliaan agama yang saya yakini dihadirkan dengan penuh kedamaian kasih sayang, cinta dalam setiap dakwah beliau. Teringat ajaran Syekh Ali Jaber, ucapkan Alhamdulillah sebelum Inna Lillah saat mendapatkan musibah. Ya Rabb, sungguh saya manusia tiada daya, tak sanggup meneladaninya, tak kuasa menyebut Alhamdulillah. Meskipun saat itu saya sangat meyakini, Syekh Ali Jaber tersenyum bahagia bertemu Allah dan semoga dikumpulkan dalam surgaNYA bersama Rasulullah, teladan mulia yang teramat dicintainya dan dirindukannya.
Sepanjang hari saya ikuti berita wafatnya Syekh Ali Jaber. Sungguh beliau meninggalkan cinta umatnya bahkan siapa pun lintas keyakinan yang pernah terpapar ceramahnya, mengakui, dakwah beliau penuh damai dan cinta kasih. Ya Rabb, inilah keteladanan yang kami butuhkan saat ini, di tengah gemburan amarah dan kebencian. Cinta yang disebarkan melalui dakwah, pun ditinggalkan almarhum begitu terasa di linimasa. Ungkapan duka dan lihatlah status WA teman, keluarga, rekan, sahabat sebagian besar memasang berita duka dari Yayasan Syekh Ali Jaber, kehilangan mendalam yang menyentuh setiap hati insan tanpa kecuali.
Cinta Syekh Ali Jaber kepada Allah dan Rasulullah, terasa mengalir dari setiap kata dalam dakwahnya. Jamaah yang menyimak kajiannya, langsung maupun melalui saluran digital, akan tersentuh hatinya, mendapatkan pesan cinta yang diteladani dan dicontohkannya. Islam damai penuh kasih sayang, pengasih, berprasangka baik, perbuatan dan sikap baik seorang mukmin bukan hanya disampaikan lewat kata, namun dicontohkan langsung dari perbuatan beliau. Ingin meniru Rasulullah menjadi tujuan hidupnya, benar-benar meniru secara penuh terutama akhlak Rasulullah. Ini selalu menjadi pengingat umat, dan beliau tidak sekadar berkata namun menunjukkan sikap sesuai teladan mulia.
Jujur, saya dan suami bukan murid apalagi santri sejati yang sudah baik amal ibadahnya. Saya dan suami juga bukan pengikut pengajian rutin yang rajin menghadiri majelis ilmu. Kami baru mulai intens mengikuti kajian selama pandemi, secara daring. Youtube menjadi sarana yang mempertemukan kami lebih intens dengan para kiayi dan habib pilihan kami. Pandemi membuat kami lebih banyak mengkaji dan mengikuti kajian daring.
Kajian daring yang pada akhirnya membawa kami mengikuti dakwah Syekh Ali Jaber. Dakwah penyejuk hati menyirami jiwa menguatkan iman dalam damai dan penuh rasa kasih sayang. Kami seperti menemukan kesejukan dan nyaman mempelajari Islam lebih mendalam. Lalu kami bagikan kebahagiaan ini kepada ayah ibu sepuh, yang sangat merindukan pengajian. Pandemi membuat ayah (83 th) dan ibu (75 tahun) yang selalu rutin menghadiri majelis taklim, harus menahan diri di rumah demi menjaga diri dari risiko terpapar virus dari aktivitas berkumpul di luar rumah, tanpa masker, tanpa jaga jarak, tanpa batasan jumlah orang dan durasi pertemuan lebih dari 15 menit.
Kami hadirkan Syekh Ali Jaber di rumah, melalui layar kaca, dari Youtube kapan pun ayah ibu butuh mendengarkan kajian. Kami duduk menyimak dan hati sejuk setelah mendengarkan dakwah Syekh Ali Jaber. Bagi ayah dan ibu yang sudah memiliki dasar ilmu, setiap dakwah Syekh Ali Jaber seperti pengingat ajaran para guru keduanya. Ayah ibu seperti nostalgia dengan ajaran kemuliaan para guru keduanya di masa lampau, guru ngaji di kampung yang sederhana dan menanamkan keteguhan iman dengan cara santun dan sejuk.
Sejak itu, ayah ibu selalu minta dipasangkan saluran Youtube Syekh Ali Jaber di waktu senggang mereka selepas ibadah individual. Saluran dakwah digital Syekh Ali Jaber memang dirancang selang-seling, ceramah dan murotal. Rumah makin sejuk mendengarkan lantunan ayat Al Quran dari syekh keturunan dan berasal dari Madinah, yang sengaja memilih pindah ke Indonesia dan mendapat kewarganegaraan di NKRI.
Dengan alasan ingin mendukung orangtua mendengarkan kajian Syekh Ali Jaber, saya dan suami memutuskan memasang wifi rumah. Beberapa minggu terakhir, dakwah Syekh Ali Jaber makin menghangatkan rumah kami.
Banyak kisah yang saya dengar melalui saluran dakwah digital Syekh Ali Jaber. Bagaimana beliau menjelaskan bahwa ternyata leluhurnya selain keturunan Madinah juga ada yang berasal dari Lombok, NTB, Indonesia. Itu sebab dalam dakwahnya, beliau pernah berkata, bercita-cita jika Allah menetapkan beliau meninggal di Madinah, berharap dimakamkan di Madinah. Namun jika Allah menetapkan beliau meninggal di Indonesia, bercita-cita dimakamkan di Lombok. Beliau sangat mencintai negerinya, tempat tinggalnya saat ini untuk berdakwah, Indonesia.
Isi dakwahnya silakan simak channel Youtube Official Syekh Ali Jaber, dan rasakan bagaimana kasih sayang mengalir lembut ke dalam sanubari.
Bagaimana beliau membela negeri, ulama dan umaro bersinergi, mengedukasi warga dan umat terkait penanganan covid-19, mencontohkan bagaimana memaafkan orang yang berbuat jahat menusuk lengannya, menjadi kesan dan pesan yang dihadirkan Tuhan mengenai keteladanan Islami, melalui Syekh Ali Jaber.
Ya Allah, kabar duka 14 Januari 2021 sungguh kehilangan besar. Allah kembali menghadirkan ujian kesabaran negeri ini dengan pulangnya satu lagi ulama pemersatu umat.
Kamis siang, saya harus berusaha keras menghentikan air mata saat harus menuju tempat kerja. Saya berusaha menyampaikan dengan tegar berita duka ke ibu saya, namun tak kuasa. Saya hanya menitipkan doa ke ibu, doakan Syekh Ali Jaber, guru kita. Semoga beliau berkenan menerima kami sebagai muridnya, meski tak pernah bertemu tatap muka.
Semoga Allah merahmati beliau dan menguatkan hati umat serta keluarga yang Insya Allah ridha dan memberi contoh baik kepada kami, manusia yang masih butuh banyak bimbingan para guru mulia.
Tak sanggup lagi saya menuliskan kehilangan. Semoga Allah SWT menguatkan kita dalam iman menghadapi akhir zaman, dengan satu per satu ulama berpulang. Semoga kita selalu mendapat hidayahNYA, mendapat petunjukNYA jalan orang-orang terdahulu yang diridhaiNYA. Bimbinglah kami Ya Rabb melalui guru yang mulia, Man Ana, apalah kami tanpa guru.
0 comments:
Posting Komentar