Bedanya Piknik Bareng Milenial

20.13.00 wawaraji 1 Comments






“Gangguan psikologis terjadi karena hormon stress meningkat, ini sebabnya bukan cuma karena kurang "piknik" kakak tapi karena KURANG GERAK”

Nah saya dan suami dapati keduanya, piknik akhir pekan bersama temen milenial menggabungkan bergerak dan "piknik" alias kabur dua hari ke luar kota. Jelas, tujuannya rileksasi biar sehat mental. Setuju dong kalau punya waktu untuk membahagiakan diri sendiri itu penting. Biar gak bikin stres baru, sengaja perjalanan "piknik" ke Cirebon bersama suami Satto Raji bersama dua milenial Bowo dan Imawan, gak pake rincian perjalanan. 

Ini cerita lawas perjalanan kami sebelum pandemi melanda.  Kami janjian tanggal 6 Juli 2019 di Gatot Subroto pukul 07:00 pagi. Mobil Duoraji si Ayang (Agya Kesayangan) Dayu, siap mengantar jemput semua yang duduk di kursi belakang. 

Ayang Dayu tiba di Gatot Subroto pukul 07:30 pagi. Terlambat 30 menit untungnya dimaklumi sama duo milenial yang tetap sumringah saat penjemputan. Kami pun meluncur ke Cirebon dengan beberapa kali terjebak macet meski sudah berusaha cari jalan alternatif “mengakali” tol yang macet.

Tidak ada itinerary, tapi yang pasti saya menyampaikan niatan, wajib ke Masjid Raya dan Ziarah Makan Sunan Gunung Jati. Duo milenial tak menampik bahkan mau ikutan. Mereka tentu punya rencana sendiri tapi itu pun enggak pakai perencanaan.




“Ke mana kaki kita melangkah ajah” prinsip pikniknya begitu aja. Tapi ada satu yang jelas direncanakan jauh hari karena harus reservasi, hotel. Alhamdulillah Duoraji punya jatah voucher hotel Batiqa Cirebon hasil ngeblog. Nah, Bowo juga punya satu hasil pemenang lomba blog Batiqa Hotel. Jauh hari booking tanggal dan terwujudlah 6-7 Juli 2019 kami menginap nyaman di Batiqa Cirebon.

Lantas ke mana saja selama di Cirebon? Tanpa perencanaan yang bikin pening, Duoraji dan Duomilenial prinsipnya mau wisata kuliner, wisata sejarah, jelajah masjid. Semuanya didapati selama dua hari di Cirebon diantar Ayang Dayu ke mana pun kami mau.

Kalau Duomilenial sih hari pertama sempat jalan ke peninggalan sejarah semacam tempat peristirahatan kerajaan, dan hunting foto lah mereka. Lalu hari kedua ikutan CFD kesiangan. Setelah sarapan di hotel, jam 8 menuju CFD Cirebon, sampai lokasi dah nyaris bubaran haha. CFD harusnya sampai jam 10 tapi satu jam sebelumnya sudah mulai sepi. Lumayan gerak lah ya duomilenial, BAGUS! Kalau Duoraji sihh santai aja nonton film King Arthur di kamar. Eh, malah dapet kejutan dari duomilenial, nanti ah ceritanya di ujung aja. 

Nah, mulai deh terasa bedanya piknik bareng milenial muda di sini ya. Sebenarnya saya masih masuk milenial dari tahun lahir tapi sudah menuju gen X, sedangkan Satto fix Gen X (padahal cuma beda setahun). Saat menjelajah kota baru, traveler milenial lebih suka eksplorasi bisa jadi karena cari spot foto juga ya hahaha. Pokoknya harus punya foto kece di setiap tempat yang didatanginya. Bergerak dan ngonten jelas membedakan banget cara kami plesiran. Salut sih dengan energinya dan selalu ketemu tempat kece dan berhasil bikin konten menarik dari setiap sudut kota. Terasa banget ya Duoraji makin renta, mager dan gak segitunya antusias ngonten padahal kalau lihat hasil fotonya ya ngiri juga. Emang beda yaaa cara piknik milenial tuh. 






oya, Ini destinasi kami berempat di Cirebon:

1. Kuliner Cirebon

Empal gentong selalu identik dengan Cirebon dan memang makanan itu yang pertama muncul di kepala. Begitu di Cirebon, warung makan dengan tulisan besar EMPAL GENTONG memang ada di mana-mana terutama di jalan protokol. Berhubung kelaparan, jam tiga sore sampai di Cirebon langsung buka aplikasi peta cari Empal Gentong. Sambil menuju ke lokasi sebelum ke hotel, malah nemu tempat makan yang parkiran luas, bersih,nyaman.

Checked! Empat gentong mengisi perut tiga lelaki, saya makan nasi ayam aja berhubung diet daging.

Nah, saya cerita acak aja ya. Kuliner lain di Cirebon adalah NASI JAMBLANG. Paling tenar di Cirebon adalah NASI JAMBLANG BANG DOEL. Makan malam lah kami di sana jam 8. Sayangnya lauknya dah makin menipis pilihannya dan antrian masih panjang. Saking penasarannya Bowo dan Imawan yasudah makan aja lah. Padahal di samping kanan ada Nasi Jamblang Fitri, varian lauk masih lengkap dengan alas daun jati dan enggak sepadat antrian Bang Doel. Checked dan NOTED! Untuk Nasi Jamblang.

Saking enggak ingin ribet dengan perencanaan dan browsing sana sini, akhirnya kami ikuti saran resepsionis hotel untuk makan di kawasan masjid raya atau balai kota. Makan seketemunya aja. Kami juga enggak tanya ke warga Cirebon yang kami kenal. Semaunya kaki melangkah aja pokoknya. Ini juga serunya piknik bareng milenial, menyanggupi spontanitas kami. 

Akhirnya kami makan dekat Masjid Raya At Taqwa Cirebon, ada Sego Jagung Pecel Sayur. Hhhmm buat saya sego jagung agak kurang masuk lidah. Mungkin perlu cari pembandingnya atau coba tiwul atau lainnya pengganti nasi. Lagi diet nasi ceritanya. Checked sego jagung di Cirebon.

Jalan kaki santai sedikit lah untuk ke tempat kuliner ini, jalan kaki dari parkiran mobil maksudnya, haha. Sampai di sini, Duoraji dan Duomilenial MASIH SAMA, sama-sama jalan kaki ke tujuan yang sama. Belum ada bedanya. eh ada, Bedanya, Duomilenial selalu foto dan update medsos. Kalau yang ini beda umur kali ya, kebutuhan eksistensi Duoraji beda sama Duomilenial haha. Beneran, mereka selalu polanya begitu, rela diemin makanan beberapa saat sampai Instastory terposting. Baiklahhhh.


2. Wisata Sejarah

Keraton Kasepuhan Cirebon dan Makam Sunan Gunung Jati jadi destinasi utamanya. Duoraji kalau plesiran selalu menyempatkan ziarah. Nah bisa punya teman milenial dalam perjalanan yang menerima kebiasaan ini rasanya makin luar biasa. 

Meski Bowo enggak begitu paham wisata ziarah tapi mau belajar dan adaptasi gaya Duoraji. Tanpa bermaksud menanamkan apa pun, semata kami hanya ingin menelusuri sejarah Islam masuk Nusantara. 


3. Jelajah Masjid

Setiap perjalanan Duoraji senantiasa menyempatkan ke masjid untuk shalat tentunya dan jelajah masjid di kota tujuan. Beruntung teman milenial dalam perjalanan kali ini nyaman aja dan memilih ikut ketimbang punya agenda sendiri. 

Masjid Attaqwa Kota Cirebon jadi destinasi kami. Seperti biasa para pelancong milenial ini juaranya mendokumentasikan perjalanan. Selalu nemu sudut menarik dan konten ciamik. 

Bagi saya milenial di ujung tanduk, memang cukup ketinggalan energi mengimbangi Bowo dan Imawan hehehe. Tapi bepergian dengan keduanya meninggalkan kesan istimewa. 




Ah, pandemi menghentikan semua bentuk perjalanan macam ini. Jadi, biarlah cerita ini jadi pengingatnya sekaligus merekam jejak serunya piknik bareng milenial di Kota Cirebon. 

Terima kasih teman perjalanan seru, Bowo dan Imawan. Semoga bisa mengulangi lagi dengan cerita baru ya. 


You Might Also Like

1 comments:

Imawan Anshari mengatakan...

Akkkh, pengalaman yang seru banget ini Mba Wawa, semoga kapan-kapan bisa jalan-jalan bareng lagi ya Mba Wawa dan Mas Satto. Aamiin :)