Film Koki-Koki Cilik Jadi “Mood Booster” di Penghujung Liburan Sekolah

15.00.00 wawaraji 7 Comments



Film anak selalu dirindukan orangtua, dan tetap menjadi pilihan anak-anak. Sayangnya tak banyak pilihan film anak di layar bioskop, termasuk film Indonesia. Maka ketika film anak muncul dan berkualitas, rasanya seperti anugerah bahkan mood booster. 


Film anak berkualitas bukan hanya bisa mengusir rindu namun membahagiakan. Inilah yang saya rasakan usai menonton film terbaru produksi MNC Pictures, yang pertama kalinya memproduksi film anak berjudul “Koki-Koki Cilik”. 

Rilis saat liburan lebaran dan sekolah, dan tayang 5 Juli 2018 di penghujung waktu jelang masuk kembali ke sekolah, film “Koki Koki Cilik” ibarat mood booster. 

Sejak awal film diputar, penonton dimanjakan dengan suasana liburan kreatif edukatif Cooking Camp ala Koki-Koki Cilik, di area perkemahan yang sejuk dengan pepohonan hijau, udara segar, menyatu dengan alam. Anak-anak peserta Cooking Camp ala Koki-Koki Cilik ini pun begitu antusias “mukim” di hutan perkemahan. Anak-anak menjadi dirinya seutuhnya, bermain sepeda, bergerak leluasa di alam terbuka, berlari-larian bermain dengan teman sebaya, dan tentu saja menjalani hobi mereka memasak, meski ada juga yang hobi sejatinya adalah, makan. 

Membayangkan di dunia nyata ada Cooking Camp seperti ini sungguh menyegarkan pikiran. Film Koki-Koki Cilik seperti sedang membangkitkan kembali semangat. Semangat untuk menggapai cita-cita, menjalani dan menggeluti hobi, berteman dan berkompetisi dengan sehat. Termasuk menginspirasi kegiatan liburan sekolah anak yang menyegarkan dan menyalurkan energi juga bakat anak secara positif. Seandainya Cooking Camp ala Koki-Koki Cilik ini nyata ada, sungguh menjadi wadah edukatif kreatif menyegarkan untuk anak dan orangtua. 

Saya sebagai pengikut garis keras review film non spoiler, tentu tidak akan membahas apa isi film ini. 

Pastinya, selama 1,5 jam menonton film ini di bioskop, saya sumringah. Senyum hingga tawa, sedikit saja haru atau sedih, lebih banyak menyenangkan hati. Alhasil saya merasa segar usai menonton film anak ini. Barangkali karena memang saya begitu menantikan film anak, demi tontonan baik untuk anak zaman now yang perlu mendapat pembelajaran kreatif tentang akhlak, etiket, karakter dan kompetisi sehat. 

Bullying tetap digambarkan film ini namun secukupnya, bukan untuk “mencontohkan” tapi seperti mengingatkan, bahwa akan tetap ada anak yang jahat. Bagaimana menyikapi teman yang energinya negatif lebih terasa digambarkan film ini. Sosok itu adalah Oliver (Patrick Milligan) anak pemilik restoran ternama peserta Cooking Camp, didukung teman-temannya Ben dan Jody yang diperankan kakak beradik Cole Gribble dan Clay Gribble. Oliver melakukan segala cara agar salah satu kandidat terbaik Cooking Camp, Bima (Farras Fatik), tokoh utama film ini, gagal dalam kompetisi memasak. 

Layaknya film, jagoan menang dan yang jahat kalah. Ini terjadi di awal bagian akhir film. Oliver terbukti melakukan kecurangan, mengecewakan chef Grant (Ringgo Agus Rahman) dan tentunya ibunya. Si jahat pulang dan kalah. Bagi saya ini mengajarkan kebaikan kepada anak, jangan takut untuk jujur karena alam semesta akan mendukung dengan menghadirkan teman baik dan kebenaran akan terungkap. Bima yang sudah bersiap pulang akibat tipu daya Oliver, justru melesat hingga final mengalah demi Audrey (Chloe X) sang juara bertahan Cooking Camp. 

Kok mengalah? Ah nonton saja langsung bagaimana keseruan persahabatan tulus Bima dengan Niki, Melly, Key, Kevin, dan Alva. Juga bagaimana kompetisi memasak Bima dan Audrey begitu menyenangkan, memasak menjadi kegiatan yang terasa mudah dan bisa dilakukan siapa saja termasuk anak-anak. Keduanya berhasil memainkan peran sebagai koki cilik. 

Bima yang bermimpi membuka restoran mewujudkan impian bapaknya, juga punya perjalanan bersejarah di Cooking Camp. Pertemuan rahasianya dengan Rama (Morgan Oey), mantan chef ternama yang menjadi cleaning service di Cooking Camp, juga membawa banyak pesan baik untuk anak-anak. 

Semua pesan disampaikan natural dan mengalir oleh sang sutradara Ifa Isfansyah dengan penulis naskah Vera Varidia dan produser kreatif Lukman Sardi. 

Keceriaan anak-anak tergambarkan natural dan selayaknya anak-anak. Konflik utama tentang perjuangan Bima terasa kuat dan utuh, dari awal hingga akhir film. Meski begitu konflik lain dari perjalanan Audrey tersampaikan kuat tanpa mendominasi kisah utama tentang Bima. 

Lalu siapakah pemenang sejati kompetisi memasak di Cooking Camp, apakah Audrey atau Bima? Yuk ke bioskop bareng keluarga. 




Kalau pun mau nonton bareng teman sebaya, bagi usia SD tetap ada pendampingan orang dewasa yaa. Film keluarga ini menjadi pamungkas liburan sekolah yang menyegarkan. Jadi pembangkit semangat jelang masuk sekolah nanti. Bakal jadi cerita seru di sekolah sambil bertanya, “eh kamu suka masak apa?” atau “Eh kamu suka makan apa?” 

Pasalnya, salah satu keseruan lain film ini bikin jadi ingin belajar masak, selain jadi ingin makan enak seperti masakan para koki-koki cilik yang tergambarkan kenikmatannya.

Jadi kapan mau ke bioskop? Mulai 5 Juli 2018 ya! Jangan lupa.



You Might Also Like

7 comments:

Nurul Dwi Larasati mengatakan...

Kalau aku sih yang penting bisa makan 😁. Suka sekali setting lokasinya dan cara anak-anak masak di film ini. Koki -Koki Cilik bawa pesan positif bagi penggemar ciLik.

wawaraji mengatakan...

Iya semoga makin banyak penggemar cilij film Indonesia ya

sifora septia mengatakan...

Sangat disayangkan sih kalau film anak anak hanya ada pas moment liburan seperti saat ini, memang sih ajak anak untuk menyukai film tidak mudah, namun semoga sutrada pecinta film mampu membuat film khusus anak-anak.. pas nobar film Koki Koki Cilik ini rasanya senang anak pun senang dan setiap adegan banyak yang menginspirasi. Harapannya anakku pun bisa masak bukan makan doang. Hehehehe

Kurnia amelia mengatakan...

Anak-anakku setelah nonton ini jadi pengen ikut event kaya cooking camp mba Wawa heuheuu. Menurut saya film ini tak hanya menghibur tapi juga banyak pelajaran untuk anak dan orang tua.

Uci mengatakan...

Aku seneng banget ada film ini untuk anak, akhirnya...ada film.yang bikin seger dan dikhususkan tuk anak anak dengan penyampaian yang ringan namun banyak pesan moralnya.Terima kasih juga undangannya Mba Wawa

Sadewi Handayani mengatakan...

Kemarin pas tanggal 05 juli 2018 aku mengajak bos kecil nonton film ini ke bioskop dan luar biasa dia senang banget bahkan dia langsung minta di ajak camping

METAMORPHOSIS mengatakan...

saya aja yang dewasa kepengen banget bisa kemping sambil belajar masak begitu. Petik bahan makanannya langsung dari pohon tuh sensasinya memang beda. Suka sama film ini! Perhatian ke detilnya termasuk kategori ok :)