Menyepi di Pusat Kota, “Staycation” Swiss-Belhotel Yogyakarta
Pusat kota identik dengan hiruk pikuk dengan berbagai
kesibukan dan rutinitas warganya. Barangkali situasi macam itu bisa didapati di
kota bisnis seperti Jakarta dan sekitarnya, tempat saya mencari nafkah. Tapi tidak dengan
Yogyakarta di awal April 2017.
Meski berada di pusat kota selama 21 jam, saya merasa “adem
ayem”. Kok bisa? Bisa, karena memang saya “melarikan diri”, menyepi ke Yogya
bersama suami, di hari kerja. Barangkali semua pekerja sedang asik di
kantornya. Siswa sekolah serius belajar di kelasnya. Mahasiswa dan dosen asik
berdiskusi di kampusnya. Sementara saya dan suami, asik mendekam di Deluxe Room
Swiss-Belhotel Yogyakarta, selain menelusuri berbagai fasilitas di hotel
bintang empat di kota gudeg ini.
Berjarak kurang dari 10 menit dari stasiun Lempuyangan,
hotel Swiss-Belhotel Yogyakarta menjadi destinasi pertama dan utama kami saat
berkunjung kilat ke Yogya. Kami sengaja naik becak, ingin menikmati kota Yogya
setelah hujan. Sejuk udaranya, dan saya seperti bernostalgia.
Selalu ada rasa tak biasa setiap kali saya berkunjung ke
Yogya. Ah, saya gagal mengingat kapan terakhir ke Yogya, yang pasti saya masih
menyimpan foto anakku (almarhumah), yang sempat berpose di depan stasiun
Yogyakarta. Tapi saya ingat betul, ketika dulu, pertama kali berkunjung ke
Yogya, semasa SMP, saat acara perpisahan siswa. Yogya membekas sekali, karena
itulah perjalanan terjauh yang pernah saya jalani di usia remaja. Beberapa kali
mengunjungi Yogya, selalu ada cerita, dan cerita “staycation” di
Swiss-Belholtel Yogyakarta melengkapinya.
Nikmat Makan dan Bersantai
Tujuan saya dan suami, berduaan saja ke Yogyakarta memang
untuk menyepi sementara. Bertemu langsung dengan kolega, Ang Tek Khun, menjadi
agenda pertamanya. Obrolan panjang yang menghasilkan banyak ide segar, diakhiri
dengan bersyukur dikelilingi orang baik.
Sungguh, kami memang butuh “refresh” sejenak saja setelah
lelah dengan banyak urusan beberapa minggu belakangan. Silaturahim yang
dituntaskan dengan ucapan hangat mas Khun, membekas di kepala, bikin saya punya
memori menyenangkan di Yogya, lantaran saya merasa nyaman, dan beri waktu untuk
diri sendiri, istirahat sejenak saja dan menikmatinya dengan senang dan tenang.
Rasa senang dan tenang memang punya banyak pengaruh ke diri
sendiri. Saya jadi menikmati setiap menitnya, termasuk urusan makan makanan
yang biasanya tak selera di lidah, tapi justru jadi nikmat rasanya. Waktu yang sempit, hanya 21 jam, juga bisa
dimaksimalkan tanpa terburu-buru. Tak perlu banyak rencana perjalanan, cukup mengunjungi
dua tempat yang memang sangat ingin kami datangi, meski sekadar foto tanda
sudah menginjakkan kaki.
Lokasi Swiss-Belhotel yang strategis dari berbagai destinasi
pejalan juga memudahkan segalanya.Cukup berjalan kaki ke Universitas Gajah Mada
misalnya, atau beberapa menit saja berkendara ke Jalan Malioboro. Sudah dua itu
saja destinasi kami selama di Yogya. Selebihnya, kami habiskan bersantai di
hotel dengan fasilitas serba ada.
Lounge Kahyangan adalah fasilitas hotel kedua, setelah
restoran Swiss-Café yang kami datangi, selain kamar tentunya. Usai menyantap menu
makan siang promo April, Geprek Sudirman, kami putuskan ke Lounge di lantai
enam. Suasananya tenang, bisa pijat relaksasi dan menyepi membaca buku, dengan
pilihan bacaan pribadi atau yang memang sudah tersedia.
Tak sabar menelurusi fasilitas lain,kami menuju lantai 10,
rooftop yang menyediakan lima fasilitas sekaligus. Bar dan café lengkap dengan
live music, spa, gym, dan kolam renang
dengan city view.
Senin malam waktunya live music di Chadis Café rooftop
Swiss-Belhotel Yogyakarta. Lengkaplah staycation saya dan suami, liburan kilat
di hari kerja dengan fasilitas yang serba mendukung.
Rooftop Swiss-Belhotel
Yogyakarta ini laris diincar warga Yogya yang ingin mendapatkan ambience kekinian
dengan suasana hangat dan romantis, tergantung bagaimana mempergunakannya. Saat
malam hari kami menikmati rooftop, sampai esok harinya menggunakan fasilitas
kolam renang, selalu saja ada warga yang datang bertanya fasilitas tempat untuk
berbagai kebutuhan acara. Kalau saja saya jadi warga Yogya, tempat ini bisa
saya rekomendasikan kepada kolega yang ingin mengadakan kegiatan apa pun,
seperti ulang tahun, pernikahan, pertunangan, reuni, family gathering juga
acara apa pun rasanya bisa digelar di sini, dengan variasi dekorasi
menyesuaikan kebutuhan.
Saat lelah, kamar Deluxe berukuran 26 meterpersegi jadi
tempat merebah. Lokasi hotel di kawasan strategis memang cocok untuk pebisnis
yang membutuhkan kamar untuk tinggal selama berada di pusat kota. Meja kerja
disediakan dengan fasilitas lengkap. Tak perlu membawa cadangan colokan, karena
hotel sudah menyediakan. Biasanya, saya selalu antisipasi dengan membawa
beragam tipe colokan supaya urusan pekerjaan yang kadang mendadak harus
dituntaskan segera, tak terkendala. Saya pun biasa membawa kabel ekstra supaya
bisa charging semua alat komunikasi. Rupanya segala antisipasi itu tak berlaku
di hotel ini, karena meja kerjanya sudah dilengkapi dengan semua fasilitas itu.
Di kamar hotel pun, saya bisa terhubung dengan segala bentuk
hiburan dan media sosial. Apa daya, seperti generasi milenial yang selalu
terhubung media sosial, kamar ini menyediakan juga dengan Smart TV yang memberi
akses ke Youtube, Twitter dan Facebook.
Rasanya baru sekali ini saya bisa menikmati fasilitas Smart TV. Gadget saya
bisa istirahat sejenak, dan saya masih bisa akses media sosial lewat Smart TV.
Jujur saja, saya merasa terhibur sekali dengan fasilitas ini. Lelah juga mata
kalau terus menerus menunduk ke ponsel dan laptop. Saya jadi ingin punya satu
di rumah, fasilitas yang satu ini.
Meski kamar hotel memang dirancang untuk pejalan yang
praktis, terutama pebisnis, kamar ini masih nyaman dihuni untuk liburan
keluarga. Masih cukup ruang untuk extra bed, dan banyak titip untuk selfie dan
wefie di kamar, bahkan cocok untuk foto keluarga seperti yang saya lakukan
bersama pasangan.
Layaknya fasilitas kamar premium, seperti yang pernah saya
dapati di Ubud, Bali, kamar Deluxe ini juga menyediakan refreshment di coffee
table, berupa buah segar. Senangnya, setibanya di kamar sudah disambut hidangan
sehat yang dinikmati sambil bersantai di sofa. Silakan pilih saja, mau
pemandangan tayangan Smart TV atau city view hanya dengan membuka jendela kamar
sambil membaca buku kesayangan.
Nikmat santai di kamar saya dapati juga di restoran saat
sarapan dan menemani suami berenang di rooftop. Saya hampir tak pernah makan
roti, termasuk saat staycation di hotel sekalipun. Pilihan saya selalu makanan
lain asal bukan aneka roti.
Entah kenapa, selera makan saya berubah di Swiss-Belhotel
Yogyakarta. Saya kok memilih sarapan dengan roti, dan menikmatinya. Meski begitu,
aneka hidangan tradisional termasuk gudeg, bubur sumsum, tetap saja menggoda
selera. Tak semua sempat saya cicipi, tapi yang pasti aneka makanan khas
nusantara dan western, tersedia. Soal rasa, saya sih cocok dengan masakan hotel
bintang empat ini. Meski masih terheran-heran, kenapa saya bisa begitu
menikmati makan roti.
Soal fasilitas yang memanjakan tamunya, hotel ini juga
menyediakan kolam renang dan spa. Untuk spa, baiknya reservasi begitu tiba,
karena spa berkapasitas dua kamar ini ternyata banyak peminatnya. Fasilitas jacuzzi di spa bikin pengunjung tambah betah sepertinya. Gagal spa
karena terlambat reservasi, saya masih bisa menikmati area rooftop dengan santai
di tepi kolam renang dengan banyak sudut menarik untuk berfoto.
Menurut saya, hotel ini memang dirancang untuk menjadi
tempat berfoto, lantaran begitu banyak detil diperhatikan. Saya suka sebuah
lorong di area meeting room, juga tangga yang dirancang dengan interior klasik.
Hotel ini memang identik dengan keramik dan gaya modern klasik, dilengkapi
unsur tradisi Jawa. Di lobby misalnya, ada piano klasik yang bisa dimainkan
tamu dengan leluasa, juga lampu kristal megah yang cantik dengan atap tinggi,
juga ada gamelan lengkap dengan pemusik pelestari tradisi.
Kesan tradisi lain yang menjadi perhatian saya adalah gaya
busana guest relations sejak pintu lobby hotel dibuka, front officer, dan
petugas di restoran. Baik perempuan dan laki-laki semua pakai baju seragam
dengan unsur batik, dan aksesori di kepala khas Jawa. Jadi, tepat sekali kami
datang untuk menyepi, di hari kerja, meski hanya 21 jam saja di Yogyakarta.
3 comments:
Aihhh.. Tempatnya kecee.. Patut dicoba nih kak kalo ke Jogja....
info aja kalau di Yogya, kali aja aku bisa kenalin #eh
Senang sekali bisa menikmati hari berdua alias menyepi sebentar dari kebisingan Jakarta ya mba :)
Tempatnya asyik banget. Wah waktu itu kita nggak ketemuan ya mba :)
Posting Komentar