Komedi Cerdas Ernest Prakasa Bikin Film “Cek Toko Sebelah” Bertahan Sebulan

11.00.00 wawaraji 2 Comments

Official Trailer CTS

Film komedi Indonesia sedang naik daun. Coba saja perhatikan layar bioskop sejak Desember 2016 hingga awal 2017, pilihan film komedi Indonesia begitu beragam. Penggemar film Indonesia jadi punya banyak pilihan film komedi sesuai selera pribadi.

Saya dan suami penggemar setia film Indonesia senang dengan penuhnya layar bioskop dengan film Indonesia. Tak usah panjang lebar membahas soal kualitas ya, setidaknya banyaknya pilihan film Indonesia menunjukkan semangat dan antusiasme atas film Indonesia.

Saya justru prihatin dengan orang Indonesia yang mempertanyakan kualitas film dalam negeri tanpa mau sekali pun membuktikan nonton, datang sendiri ke bioskop. Alangkah lebih baik jika tonton saja dulu filmnya, silakan kritisi, dan berikan komentar di media sosial atau blog barangkali, sebagai bentuk dukungan atas kreasi insan film Indonesia.

Kembali ke film komedi. Saya melewatkan beberapa film yang tak sempat ditonton langsung di bioskop. Namun, saya beruntung bisa sempat menyaksikan film komedi yang penulis dan sutradaranya adalah komedian, Ernest Prakasa.

Film “Cek Toko Sebelah” sudah tayang di bioskop sejak 28 Desember 2016. Saya tidak ikuti premiere-nya, tidak juga ikut nobar, tapi justru beli tiket di bioskop, nonton bareng suami, di akhir Januari 2017.

Sebulan usia film ini “nangkring” di layar lebar. Pencapaian hebat Ernest Prakasa. Sepengetahuan saya, tak mudah sebuah film Indonesia bisa bertahan lama di bioskop.  Target Ernest dan kru film untuk menembus angka 2,5 juta penonton rasanya bisa terwujud kalau durasi tayangnya bisa mencapai sebulan lamanya.

Kata suami, yang mengikuti berita tentang film ini, Ernest bernazar akan plontos kalau filmnya mencapai angka 2,5 juta penonton. Sudah ada kah yang melihat Ernest plontos?
Lalu, apa sebab film “Cek Toko Sebelah” bisa bertahan lama? Menurut saya, kekuatan storytelling ala komedian Ernest Prakasa, dan humor yang cerdas membuat film layar lebar ini sukses menggaet apresiasi penonton (meski tetap saja ada humor dengan unsur seksi sedikit eksploitasi tubuh perempuan).

Official Trailer CTS

Tidak Menyangka
Penasaran dengan bagaimana pendapat Ernest Prakasa dengan kesuksesan filmnya, saya telusuri berita online tentangnya. 

Saya kutip hasil wawancara Pikiran Rakyat berikut ini:
“Jujur saya nggak nyangka kalau film Cek Toko Sebelah sampai 2 juta penonton . Ternyata 2 juta, respons penonton pun senang. Kami mau berterima kasih untuk yang meluangkan uang dan tenaga untuk menonton film ini," kata Ernest di Hong Kong Kafe, Jakarta Pusat, Senin, 16 Januari 2017.

Jujur, saya sebagai penonton juga tak menyangka film ini jadi tontonan seru. Awalnya saya tidak menggubris ketika suami mengajak nonton film ini. Kami santai saja ke bioskop, beli tiket, tunggu satu jam dan akhirnya duduk santai menikmati film.
Saya memang menikmati film produksi Starvision yang melibatkan 20 komika ternama dengan komedi segarnya.

Kecerdasan Ernest Prakasa yang saya akui muncul di film ini terletak pada ceritanya. Kekuatan  storytelling terasa sekali dari awal sampai akhir film komedi ini. Alur cerita juga penokohan disampaikan dengan apik, tanpa harus menjelaskan satu persatu secara runut. Meski disampaikan secara acak, penokohan begitu kuat dan penonton bisa memahami lewat cerita yang mengalir.

Official Trailer CTS

Saya selalu mengapresiasi film Indonesia dengan kekuatan cerita dan pesan di baliknya. Jelas, film “Cek Toko Sebelah” punya banyak pesan, banyak konflik keluarga, juga sosial disampaikan dengan sederhana penuh humor cerdas. Para pemeran film ini tidak sedang melawak tapi senyum simpul sampai gelak tawa muncul dengan sendirinya lewat dialog, lewat cerita, lewat humor khas komika.

Official Trailer CTS

Cerdasnya lagi, pesan sponsor yang muncul dalam beberapa adegan disampaikan dengan sangat halus, bahkan tak terasa. Natural saja ketika merek kopi dimunculkan dalam konteks tepat, saat terjadi transaksi jual beli di sebuah toko kelontong. Beberapa kali adegan yang memunculkan kalimat “masuk angin” juga dalam penilaian kami sih ada maksudnya. Usai menonton “Cek Toko Sebelah” saat pulang ke rumah dan menyetel TV, muncul iklan Ernest Prakasa di kursi sutradara untuk sebuah iklan jamu masuk angin. 
“Work Smart” ala Ernest Prakasa, pikir saya. Ah, tapi jangan terlalu dipercaya soal analisis “masuk angin” ini, saya dan suami hanya iseng saja menilai, belum lihat juga sih di daftar sponsor film ini apakah merek jamu itu ada dalam daftar pengiklan.

Pesan sosial juga banyak disampaikan di “Cek Toko Sebelah” terutama tentang bagaimana hubungan orangtua dan anak, juga bagaimana jaman berubah, dan anak muda punya banyak cara menuju sukses, orang tua pun harus menghadapi perubahan jaman.

Awalnya saya pikir “Cek Toko Sebelah” ini berkisah tentang persaingan toko. Ternyata yang saya dapat lebih bahkan jauh dari itu. Banyak cerita, konflik pribadi dan sosial, yang dimunculkan. Film yang kaya akan cerita, dan cerita tersebut masuk dalam pikiran dengan ringannya, tidak membuat penonton terlalu lama mencerna. Pada akhirnya film yang sejatinya adalah hiburan, benar-benar bisa menghibur setidaknya bagi saya. Eh, saya juga terharu dengan beberapa bagian cerita, dan bahkan menitikkan air mata. Sebuah film komedi yang bikin saya menangis pada beberapa adegan dan dialog.

Bagaimana seorang ayah meminta maaf kepada anaknya di makam ibu, juga konflik batin seorang anak yang hidup dengan rasa bersalah, tentang cinta tulus seorang istri kepada suami yang dianggap sebagai anak gagal menghidupi diri, tentang ambisi, banyak sekali cerita.


Official Trailer CTS



























Official Trailer CTS
























Kalau penasaran, silakan datang sendiri ke bioskop, beli tiketnya. Saya cek di bioskop kawasan Bintaro, film ini masih tayang berdampingan dengan film Indonesia terbaru lainnya. Terkesima saya dibuatnya, karena “Cek Toko Sebelah” berhasil bertahan sebulan di bioskop.

Official Trailer CTS



Sekarang tantangan untuk Ernest Prakasa mencipta film berikutnya. Seorang komedian, dari komika lalu menjadi juri komik, kemudian menjadi sutradara film, dan melibatkan banyak rekan komikanya, bagi saya adalah pencapaian lain yang layak mendapatkan apresiasi. Komika memang punya ciri khas, karakter, potensi besar yang berhubungan dengan dunia seni peran. Film "Cek Toko Sebelah" sudah membuktikan potensi itu. 

Official Trailer CTS




You Might Also Like

2 comments:

Maya Siswadi mengatakan...

Aku lom nonton film ini, kalau sengaja nonton sendiri kayaknya iseng ya, soalnya suami susah diajak ke bioskop :). Kalau ajak anak, aman ga mba?

wawaraji mengatakan...

Anak mulai 13th kayakna deh mbak aku lupa ijin LSI nya... Kalau tontonan sih kyk standup comedy jd sesuaikan ajah