Koleksi 1 Mainan Stimulasi 3 Keterampilan Anak, Caranya?
Mainan anak bukan sekadar hiburan atau “senjata” orangtua
untuk bikin anteng anaknya. Mainan
anak, semestinya sih punya fungsi yang dapat membantu merangsang keterampilan
anak, baik motorik halus, motorik kasar, koordinasi, bahkan kemampuan
sosialisasi. Kok bisa? Ya bisa, kalau orangtua mau aktif kreatif bersama anak, dan berkenan“berinvestasi”
dengan mainan anak untuk dukung tumbuh kembang buah hati.
Investasi mainan? Ya, mainan sebagai investasi. Layaknya
investasi, memang butuh modal lebih banyak untuk mendapatkan hasil maksimal di
kemudian hari. Artinya, membeli koleksi mainan anak yang harganya lebih tinggi,
tapi lebih tahan lama, bernilai lebih, dan yang paling penting bisa mendukung
tumbuh kembang si kecil lebih maksimal.
Saya cukup bawel soal mainan anak. Dulu, saya kadang
suka beda pendapat dengan suami yang lebih ingin berhemat. Kalau sudah begitu,
ya akhirnya saya mencari cara supaya bisa mengoleksi mainan sebagai “investasi”
tadi. Sisihkan rejeki tak terduga atau cari momen diskon.
Bisa membeli koleksi mainan yang membantu stimulasi tumbuh
kembang anak bagi saya adalah hadiah istimewa. Karena saya merasa memberikan
maksimal untuk si kecil, kala itu. Ya kala itu, di tiga tahun pertama anak
saya, yang kini sudah bahagia di surga (amin).
Nah kalau soal berkreasi, mainan yang makin banyak pilihannya
akhirnya pun menuntut orangtua untuk aktif berkreasi bahkan bergairah supaya
anak-anak pun bisa mendapatkan manfaat lebih dari mainannya. Sebenarnya mainan
dengan harga murah sampai tertinggi sekali pun, pada akhirnya kembali ke
orangtua yang memaksimalkan fungsinya. Bagaimana orangtua berkreasi dengan mainan
itu supaya anak bisa terbantu proses stimulasi tumbuh kembang. Akhirnya,
persoalan mainan dan stimulasi tumbuh kembang ini kembali ke peran orangtua
yang mau tak mau ikut aktif memikirkan caranya.
Bagaimana caranya?
Ketika sudah menjadi orangtua, pastinya banyak perubahan
kebiasaan karena ada peran baru mengasuh anak agak pertumbuhan dan
perkembangannya maksimal. Setidaknya kita jadi sibuk memastikan tumbuh kembang
anak sesuai dengan usianya. Kalau dalam kursus parenting, biasanya sering
disebut-sebut Milestones Tumbuh Kembang Anak.
Seperti saya bilang sebelumnya, saya cukup cerewet soal mainan anak, karena memang saya juga bawel urusan tumbuh kembang. Bisa
dibilang saya mungkin kebanjiran informasi mengenai pengasuhan anak dan tumbuh
kembang.
Dengan terbukanya wawasan dari berbagai workshop parenting, saya jadi
semakin jeli memperhatikan persoalan tumbuh kembang. Saya memang sangat memperhatikan
perkembangan kemampuan anak saya kala itu. Usia berapa harusnya anak bisa apa.
Barangkali terkesan ribet atau terlalu
serius memikirkan segalanya. Tapi justru dari kebiasaan baru saya sebagai
orangtua, saya bisa mengetahui ada keterlambatan tumbuh kembang pada Dahayu
(almarhum) sejak usianya enam bulan kala itu.
Soal keterlambatan saya sudah pernah menyinggungnya di
tulisan saya sebelumnya. Di sini saya mau cerita soal bagaimana caranya
orangtua bisa memaksimalkan tumbuh kembang lewat mainan, dengan mengetahui
milestone tumbuh kembang anak.
Saya mengutip dari sebuah jurnal Tracking Your Child’s
Developmental Milestones dari Centers for Diseases Control and Prevention Act
Early Campaign. Inilah yang dimaksud dengan milestone tumbuh kembang anak.
Orangtua perlu jeli mengetahui kemampuan motorik halus
hingga kasar seperti apa yang anak biasanya sudah kuasai di usia tertentu.
Memang setiap anak berbeda, tidak lantas panduan milestone ini menjadi baku dan
kaku. Setiap anak punya proses tumbuh kembang yang tak sama, saya percaya itu.
Namun dengan memahami milestones orangtua bisa mengoptimalkan tumbuh kembang
anak.
Susah jadi orangtua? Enggak juga menurut saya apalagi dengan banjirnya informasi di
internet juga dengan bantuan pihak luar yang peduli urusan keluarga, terutama
anak dan orangtua.
Siapa sih pihak luar? Banyak. Bisa komunitas atau lembaga
psikologi yang rajin mengadakan workshop parenting, juga brand. Nah soal brand,
saya dulu punya hiburan khusus, di waktu tertentu mencari kesenangan di toko.
Bagi yang suka jalan-jalan ke mal dan pernah belanja baju dan mainan anak di Mothercare dan ELC pasti tahu maksud saya. Biasanya saya rajin cuci mata di musim diskon. Umumnya jelang Hari Raya, atau akhir tahun. Nah, kalau ada penawaran khusus, cepat-cepat deh cek anggaran belanja untuk membeli beberapa saja koleksinya, dari pakaian sampai mainan. Bagi saya, datang ke toko belanja baju dan mainan anak itu hiburan tak tergantikan. Saat menjadi orangtua saya hampir tak pernah memanjakan diri belanja baju dan sepatu untuk diri sendiri, bahkan ke salon pun sudah tak menarik lagi. Tapi datang ke toko mainan dan baju anak, jadi kesenangan yang menghibur hati.
Nah ketika saya mendapatkan undangan khusus untuk
mendapatkan informasi terbaru soal rekomendasi mainan anak dari ELC Indonesia
(Kanmo Retail Group yang juga mengelola Mothercare) saya senang meski sedih
juga sih karena tak ada lagi anak yang bisa saya manjakan dengan mainan. Tapi,
saya sih tetap merasa terhibur karena informasi terkini soal rekomendasi mainan
bisa saya bagi ke keluarga dan teman yang punya anak balita.
Bertemu langsung dengan pihak ELC bikin saya makin melek
info. Saat media/blogger gathering di Resident’s Lounge Morissey Hotel, saya
serasa masuk ke rumah teman yang nyaman. Teman yang mau bagi-bagi hadiah mainan
anak, sekaligus mau sharing pengetahuan soal pentingnya memilih mainan sesuai
kebutuhan anak (usia dan tumbuh kembangnya).
Saya melihat banyak mainan ELC yang biasa saya lihat di toko
di dalam mal ternama di Jakarta. Katanya sih mainan ELC sudah tersebar di 38 toko
di Indonesia. Saya belum pernah kunjungi toko ELC di kota lain kecuali Jakarta.
Jadi percaya saja sewaktu tuan rumah mengatakan demikian.
Tidak banyak yang baru dari mainan ELC yang dipajang saat
itu. Jadi sebenarnya ELC tidak sedang mengenalkan mainan baru. Tapi saya jadi
punya banyak wawasan baru.
Jelang Natal dan liburan akhir tahun, ELC atas persetujuan
kantor pusatnya di London, merekomendasikan 52 mainan anak. termasuk di
dalamnya mainan yang dijual dengan harga khusus, diskon sampai 50 persen, dari
harga normal mulai Rp 200.000 sampai 1
juta rupiah per mainannya.
Mahal? Boleh saja kalau bilang begitu, karena memang mainan
ini fungsinya memperhitungkan aspek tumbuh kembang anak. Seperti saya bilang di
awal soal investasi orangtua untuk anaknya, bisa dibilang mainan rekomendasi
skala global ini sebagai bentuk investasi.
Saya dapat informasinya langsung dari Moch Sihabuddin,
Marketing Manager Kanmo Retail Grup, bahwa satu mainan bisa menstimulasi
minimal tiga keterampilan anak, seperti social skill, motorik (halus dan
kasar), dan koordinasi.
Tentunya mainan harus menyesuaikan usia anak. Anak berusia
di bawah tiga tahun tentunya punya kebutuhan stimulasi motorik kasar dan halus
yang berbeda dengan anak usia 4-5. Akhirnya kembalikan lagi rumus dasarnya
kepada milestone tumbuh kembang.
Dari obrolan santai bersama ELC ini saya jadi tahu, soal
social skill, ada satu mainan yang bisa dimainkan maksimal empat anak. Dengan
begitu, anak-anak bisa belajar bermain bersama, kalau menurut milestone tumbuh
kembang anak, usia tiga tahun anak-anak sudah mulai bermain bersama teman.
Mainan bisa menjadi wadah anak bermain sekaligus mengikuti proses tumbuh
kembang sesuai usianya. Bagaimana anak bisa bermain bersama temanya,
menggunakan satu mainan seru, menurut saya sih membantu orangtua atau bahkan
meringankan tugas orangtua karena aspek sosialisasi anak bisa terpenuhi dengan
bantuan mainan tersebut.
Lalu untuk melatih motorik halus pada anak usia tiga tahun seperti
kemampuan menuang air dari teko bisa juga dilatih lewat mainan alat masak
misalnya. Sedangkan melatih motorik kasar untuk bayi 10-12 bulan, yang sedang
belajar berjalan, bisa dengan mainan yang membantu menstimulasi tumbuh
kembangnya di usia itu.
Artinya, beda usia beda juga mainan dan bagaimana mainan itu
bisa membantu anak memaksimalkan proses perkembangannya. Nah, menariknya, ada
juga mainan yang bisa dimainkan lintas
usia, hanya perlu kreativitas orangtua saja untuk memaksimalkan fungsi mainan.
Misalnya menggunakan mainan bayi dengan banyak warna untuk mengajarkan anak
batita bicara dan mengenal warna. Akhirnya, secanggih apa pun mainan kembali
kepada perhatian dan kreativitas orangtua untuk bisa memaksimalkan mainan
tersebut sehingga value dan fungsinya bertambah.
Mainan bahkan bisa punya nilai lebih dari sekadar stimulasi
tumbuh kembang dasar, tapi juga membangun kebersamaan. Ya, kebersamaan anak dan
orangtua, termasuk mengurangi penggunaan gadget pada anak, dengan lebih banyak
waktu bermain bersama dengan aneka mainan “pintar”.
Jika mau tahu mainan apa yang sesuai dengan kebutuhan si
kecil, datang saja sendiri ke ELC, karena mulai 23 November 2016 puluhan mainan
rekomendasi bakal tersedia di toko. Bagi yang merayakan Natal, bisa juga
menelusuri serunya liburan dengan ragam aktivitas di toko ELC mulai 12-25
November 2016. Atau bisa jadi momen belanja untuk kado akhir tahun juga.
Oya, bicara soal mainan sebagai investasi, barangkali
informasi ini bisa lebih meyakinkan. Kata Moch Sihabuddin, ELC jarang produksi
mainan baru. Dalam enam bulan, hanya akan ada 1-2 produk baru. Kenapa? Karena
proses penciptaan mainan memang makan waktu dengan riset mendalam menyesuaikan
kebutuhan anak sesuai usia. Investasi dalam menciptakan mainan juga enggak
tanggung-tanggung, Rp 2 miliar dalan 2 tahun prioduksi 1 mainan.
Bisa dibayangkan bagaimana seriusnya produk ini mencipta
mainan dengan nilai dan fungsi yang dipikirkan mendalam. Selain itu, jika
mainan rusak pun bisa reparasi di toko, syaratnya bawa struk. Jadi meski sudah
berbulan-bulan usia mainan, selama masih simpan struk pembelian, maka bawa saja
ke toko dan mainan bisa diperbaiki karena memang komponen mainannya tersedia.
Mengoleksi 52 mainan rekomendasi ELC rasanya sih memang tidak
mungkin dilakukan dalam satu waktu ya, tapi kalau bisa mengoleksi satu atau
dua, rasanya untuk anak tercinta, ada kepuasan tersendiri bagi orangtua atau
bagi tante ke keponakannya. Ah, saya jadi ingin beli kado untuk sahabat yang
akan merayakan Natal sebentar lagi. Sekadar berbagi kebersamaan dan kesenangan,
boleh kan?
4 comments:
Saya dan suami sepakat beli mainan yg mahal buat anak. Sebab mainan ini selain bisa diwariskan, bahannya nggak luntur juga awet. Jd bisa dimainkan trus. Ga papa mahal yg penting ga kebuang. Drpd murah kebuang2 dan rusak ini lbh buang2 duit kayaknya hehe
Saya termasuk yg suka sama kualitas mainan elc.. Saya udh membuktikanya sendiri.. Beli mainan masak2an udh skitar 6thn an masih bagus walau mahal yg penting bisa jdi dimainkan turun ke adik adiknya jadi cukup worth it lahbdi banding beli mainan murah yg umurnya cuma bentaran ajah
iya mbak Amanda...soal pewarna i tu jg penting yah. tar ada zat bahaya malah bikin anak sakit. biaya kesehatan lbh mahal yah . tx dah mampir yah
mainan masak2an awet 6 th mbak Nike? hebaaat.iyaah jd beli sekali bs utk kakak adik ya. kalau sy beli kado biasanya...worth it bgts...
Posting Komentar