Ada Kok Cara Legal Dukung Film Indonesia Selain Nonton di Bioskop

17.39.00 wawaraji 4 Comments



Saya dan suami, belakang saya branding kami berdua dengan sebutan #DuoRaji adalah penggemar dan pendukung film Indonesia. Maklum deh kami berlatar pecinta seni teater dan suami punya angan-angan jadi kru film bahkan sutradara. 

Namun memang tidak semua film Indonesia kami tonton, tetap ada seleksi. Film horor vulgar, film yang mengeksploitasi kekerasan, eksploitasi tubuh perempuan apalagi ada konten pornografi sudah kami coret dari daftar tontonan kami, buang waktu. Biasanya #DuoRaji seleksi tontonan bioskop dari siapa sutradara dan rumah produksinya. Seleksi khusus kalau kami bayar sendiri loh ya, kalau nobar gratisan sih hayuk aja sekaligus untuk belajar perbandingan film satu dengan lainnya asalkan bukan film vulgar seks dan kekerasan.

#DuoRaji tak punya anggaran khusus untuk nonton film Indonesia di bioskop tapi kami rela dan memprioritaskan bahkan mengalihkan dana lain-lain untuk dukung film Indonesia.

Nah, kadang, sering barangkali ada saja film Indonesia yang sudah turun layar dan tidak sempat kami tonton. Sedih tapi mau bagaimana, banyak faktornya. Bisa jadi saat film diputar di bioskop kami sedang tak punya budget nonton. Atau mirisnya lagi, film Indonesia memang hanya sebentar aja nangkring di layar bioskop, tergeser dengan film asing atau film lain yang mungkin lebih “menguntungkan” berbagai pihak. Bagaimana pun dunia film adalah juga dunia bisnis hiburan. Mana yang lebih membawa banyak profit film itu lah yang punya usia tayang lebih panjang.

Kecuali, tentu ada kecuali, pada film Indonesia tertentu yang fenomenal, yang memang mendapat dukungan murni dari penonton sehingga bisa berusia panjang. Pengelola bioskop tentu akan dengan senang hati memperpanjang usia tayang karena memang penonton selalu membludak tak ada habisnya.
Itulah yang terjadi pada film Indonesia karya Mira Lesmana dengan sutradara Riri Reza, film fenomenal Ada Apa dengan Cinta atau AADC2.

AADC2 memang fenomenal dan penuh nostalgia, saya menilainya nostalgia seperti di tulisan saya sebelumnya ini.

AADC 1 lahir saat perfilman Indonesia sedang bangkit dan apresiasi publik tinggi dengan karya anak bangsa. Ceritanya pun ringan dan berkesan sehingga ketika muncul 14 tahun kemudian, seri keduanya, banyak yang bernostalgia. Bahkan generasi Y pun ikutan terbawa suasana dan ikut menyaksikan meski tak tahu versi awalnya.

#DuoRaji sempat ke bioskop, beli tiket dan nonton AADC2 bahkan saya pun menuliskannya di blog tanpa siapa pun yang meminta sebagai bentuk dukungan terhadap film anak negeri.

Namun ada beberapa film Indonesia yang saya pribadi ingin saksikan langsung di bioskop namun kadung turun layar. Kalau sudah begitu, pilihannya menunggu tayang di televisi atau jujur kalau memang sangat penasaran ya beli DVD bajakan yang murah meriah. Selain berusaha juga cari info ke rumah produksi dan berharap bisa kolaborasi dengan komunitas untuk membuat nobar. Tapi usaha yang terakhir itu belum tentu mendapatkan jalan yang lancar. Akhirnya DVD bajakan lah jalan pintasnya.

Saya sadar apa pun yang berbau “bajakan” dari produk kreatif orang Indonesia adalah salah. Tapi mau bagaimana kalau memang semua serba ada dan tersedia, dekat dengan kita. Jujur saja ini sudah menjadi rahasia umum. Meski pun tentunya kita perlu mengerem keinginan menikmati segala produk kreatif dengan mental gratisan dan instan.

Aplikasi untuk Pendukung Film Indonesia

Datang memenuhi undangan  media gathering aplikasi Hooq di Anomali Coffee Menteng, 26 Juli 2016, merupakan keberuntungan dan kehormatan buat saya, sebagai blogger. Sayang saya tak bisa mengajak teman-teman komunitas blogger, tapi tak apa, saya pun bertemu beberapa blogger beruntung lainnya di sana.

Aplikasi yang menyediakan fasilitas streaming online/offline menonton film lokal dan asing ini bagi saya solusi. Sekaligus bentuk dukungan untuk sineas Indonesia. Bukan sok nasionalis, tapi memang faktanya ada pihak yang merugi, orang-orang kreatif yang memproduksi hasil karya seni lalu produknya bisa dijual bebas dengan harga murah tanpa ada imbal balik kepada mereka. Kalau mereka sudah cukup berhasil mengembalikan modal produksi dan membiayai seluruh kru mungkin bukan jadi soal, tapi bagaimana yang masih pas-pasan? Miris juga sebenarnya.

Hooq, aplikasi nonton film yang bisa diakses dengan smartphone berjaringan internet atau smart TV yang terkoneksi  smartphone dengan alat khusus, lalu membayar langganan Rp 49.500 per bulan, flat untuk seluruh konten yang ada, sebenarnya sih solusi hemat. Tentunya bagi yang memang penggemar film. Atau yang mengaku pendukung film Indonesia.

Guntur Siboro, Country Head of Hooq Indonesia mengatakan ada sekitar 3.500 judul film dan serial TV dan lebih dari 35.000 jam film Hollywood dan program lokal populer, tersedia di aplikasi Hooq. 

Hooq sebagai layanan video-on-demand adalah perusahaan joint-venture antara Singtel, Warner Bros Entertainment, dan Sony Picture Television. Jadi bisa diprediksi sendiri, film seperti apa yang bisa ditonton lewat aplikasi ini.

Belum lama, Hooq juga menerima penghargaan Best Mobile App kategori Media, Film,TV, Video dalam Global Mobile (GLOMO) Awards 2016 di Barcelona. Pengakuan taraf internasional ini tentunya bisa meyakinkan penggunanya.

Kalau penasaran silakan coba sendiri unduh Hooq untuk pengguna iOS dan Android. Kalau sudah langganan, pembayaran bulanan bisa melalui lima provider Hutchison 3G, Indosat Ooredoo, Smartfren Telecom, Telkomsel, XL Axiata dan kartu kredit.





Nah, penggemar AADC terutama AADC2 bisa melanjutkan nostalgianya melalui Hooq ini. Karena Hooq secara resmi sudah berkolaborasi dengan Mira Lesmana.

Mira Lesmana pun merespons positif inovasi teknologi ini karena memang terbukti bisa mendukung rumah produksi dan membuka jalan untuk memperpanjang usia film. Pada akhirnya film Indonesia lebih banyak meraup apresiasi masyarakat luas. Bahkan masyarakat yang tak terakses atau minim akses bioskop tapi punya smartphone dan koneksi internet.

Logis juga, karena coba deh teliti, di kampung dekat gunung saja sudah bisa terakses internet dengan teknologi 4G. Saya merasakan sendiri saat pulang kampung ke ujung Jawa Timur Lebaran lalu. Jadi kalau warga punya smartphone dan koneksi internet, aplikasi ini memudahkan warga menyaksikan film karya anak bangsa. Sementara bioskop, perlu perjalanan minimal satu jam dari kampung ke kota misalnya, belum lagi ongkos bensin, makan minum , di luar tiket nonton.

Selain mempermudah akses menonton film bioskop, aplikasi ini juga memfasilitasi penggemar setia film, lokal atau asing. Kalau Nicholas Saputra mengaku bisa memperhatikan detil film dan  menggali lebih dalam setiap adegan film dengan menonton ulang film lewat streaming. Kalau Dian Sastrowardoyo bilang nonton ulang film Indonesia lewat aplikasi streaming bisa jadi hiburan di jalan menembus kemacetan kota besar.

Kalau saya sih, alternatif kalau ketinggalan nonton di bioskop atau mau nostalgia dengan film lama. Kalau kamu apa?

#DukungFilmIndonesia

You Might Also Like

4 comments:

Intan Rosmadewi mengatakan...

Butir2 pemikiran ini penting di share.
Bunda share di grup film Bandung biar tambah banyak yang faham

Didik mengatakan...

Info menarik. Langsung unduh aplikasi HOOQ soalnya mau mencari film lokal yang belum sempat nonton beberapa waktu lalu.

wawaraji mengatakan...

@Bunda sekadar laporan pandangan mata bund

mas Didik thx alhamdulillah kalau bermanfaat kapan kopdar lagi?

wawaraji mengatakan...

@Bunda sekadar laporan pandangan mata bund

mas Didik thx alhamdulillah kalau bermanfaat kapan kopdar lagi?