Menjadi Guru Virtual di Tengah Pandemi

12.37.00 wawaraji 0 Comments




Hari ini, Jumat 23 September 2021, istimewa dan membuat hati bahagia. Jiwa terisi penuh seakan semesta memberi tiada henti, apa yang saya cita-citakan dan usahakan dengan segala ikhtiar lahir batin. Selesai sudah tugas dua hari, mentoring 3 kelas 4-6, lebih dari 200 siswa SD Embun Pagi Islamic School. Kelas menulis Jurnal Pribadi dalam Festival Literasi. Semesta raya menjawab ucapan baik semasa kecil, ingin menjadi guru. 

Mengucap dan menyimpan rapi cita-cita jadi guru sejak usia belia. Perjalanan hidup membawa saya, Wardah Fajri dipanggil Wawa (tanpa N ya), justru menggali penggalaman literasi dari berbagai cara. Bisa jadi itu cara semesta mempersiapkan diri sampai waktunya tiba, menjadi guru/pengajar/pendidik/mentor/fasilitator kelas virtual era pandemi. 

Butuh waktu dan perjalanan panjangnya nikmat sekali, suka dan duka, semua dijalani dengan menyeimbangkan sekuatnya ikhtiar lahir dan batin, ilmu dan pengalaman, praktisi dan kepakaran. 

Pelajaran penting yang saya tanamkan dari perjalanan panjang itu adalah jangan pernah mendahului takdir, dan percayalah kesabaran berproses akan membawa hasil yang sungguh nikmat. Biarlah semesta bekerja, lihatlah bagaiamana semesta mendukung dan memberi segala yang selama ini terpelihara dalam jiwa, dengan segala lika liku menyertainya.

Kebahagiaan hari Jumat ini datang dariNYA melalui perantara teman sebaya yang baik hatinya, Ririn Rosaline. Kami, tanpa banyak bicara memiliki misi tak terucap yang sama,  bahagia ketika kami bisa menularkan pengalaman literasi sejak dini. Kalau kak Ririn usia SD sudah menulis dan mempublikasikan tulisannya di media lokal. Saya SD masih sebatas menulis di buku diary (yang bergembok dan yang gak dikunci), sampai akhirnya SMP/MTs mewakili sekolah MTsN 13 ikut lomba mengarang tentang menabung, mewakili sekolah meraih juara dua, tingkat MTs se-DKI Jakarta dibawah naungan Departemen Agama kala itu. Sungkem saya untuk ibu guru Suamah guru Bahasa Indonesia.

Sejak kecil saya ternyata sudah merintis jadi penulis. Ketika dewasa muda dengan kegalauannya saya seperti diberi hidayah arah dengan memilih kuliah komunikasi.  Perjalanan profesi sejatinya dimulai dari sarjana ilmu Jurnistik IISIP Jakarta. Ikhtiar berlanjut dengan pekerjaan reporter menjadi wartawan yang tidaklah mudah dan butuh waktu mewujudkannya. 

Profesi wartawan yang harus dijalani dari nol. Bekerja di perusahaan penerbitan yang sedang merangkak, belum juga bisa lancar berjalan, namun membawa pengalaman berharga bahwa segala sesuatu memang harus dilatih dengan kerja keras. Tidak mudah jalan saya menjadi wartawan. Mulai merintis dari reporter majalah hobi dan seluler, naik kelas menjadi wartawan ekonomi di surat kabar berbahasa Inggris, dan mencapai karier tertinggi (buat saya) menjadi jurnalis media online di Kompas Group. 

Pilihan pribadi menjadi pekerja kreatif mandiri membawa saya beralih menjadi pegiat literasi digital mulai dari blogger, pegiat medsos, sampai saat ini berani menyebut diri Praktisi Komunikasi Digital sebagai profesi. Lain waktu saya cerita lagi ya soal literasi digital, Komunitas Bloggercrony Indonesia dan saya sebagai praktisi di dunia digital. 

Semoga sedikit ilmu dan pengalaman ini bisa menjadi warisan pengetahuan yang ada manfaatnya. Karena hidup sejatinya hanya menyiapkan bekal pulang, meninggalkan pengetahuan yang sudah sempat saya bagikan, Alhamdulillah. 

Kalau dulu di Lembata, NTT sempat mengajar menulis siswa SMP.  Bertahun-tahun kemudian mendapat kabar salah satu murid berada di Jakarta menjadi pekerja media TV namanya Jefri Kevin dan sekarang aktif sebagai youtuber. Semoga kali ini, di kelas Festival Literasi EPIA, muncul bakat belia  yang nantinya menjadi penulis hebat di bidangnya. Amin. 

Saya belum (lagi) melahirkan anak biologis, namun hadirnya anak-anak ini dalam Cerita Duoraji, mengobati rindu dan memberi bahagia, doa anak-anak terhadap gurunya semoga mengalir, kini dan nanti. 

Salam bahagia dari guru virtual tanpa gelar M.Pd yg Insya Allah dimampukan meraih gelar M.Ikom.

Selamat menikmati hari ini, mari seruput kopi. 




You Might Also Like

0 comments: