Fakta Gangguan Kesehatan Mental Remaja
image by canva |
PBB bahkan menunjuk boyband BTS asal Korea untuk aktif mengkampanyekan pesan positif #LoveMySelf. Kim Nam Joon anggota BTS mewakili pesan ini di PBB dan mendapat kesempatan berpidato di forum internasional PBB, mengajak anak muda mencintai diri sendiri. Mencintai diri bukan soal narsisme, tapi melakukan hal positif termasuk berbahagia, mengakui kelemahan diri namun fokus pada kekuatan.
Setiap tahun, Hari Kesehatan Jiwa Sedunia diperingati setiap 10 Oktober, Kemenkes RI ikut aktif mensosialisasikan pentingnya mengenali dan mengatasi masalah kesehatan mental. Baik mengenali depresi dan mengatasinya, juga pada 2018 yang fokus pada kesehatan mental remaja.
Kesehatan Jiwa menurut UU No.18 2014 adalah kondisi di mana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Pada peringatan HKJS 2018 fokusnya adalah kalangan remaja. Butuh keterlibatan banyak pihak, termasuk kita, para orangtua dan orang dewasa, untuk lebih peduli dan memahami secara tepat cara mengatasi gangguan kesehatan mental remaja.
Berikut fakta seputar kesehatan mental kalangan remaja yang semakin memprihatinkan, bersumber dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Ditjen P2P 2018 dan Eka Viora, Ketua Umum Perhimpinan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia.
Depresi Usia 15-19 Waspada perilaku remaja pada usia 15-19 tahun karena secara global bunuh diri menjadi penyebab kematian ketiga terbesar pada kematian usia ini. Depresi merupakan salah satu penyebab penyakit dan disabilitas pada remaja. Depresi yang tak teratasi dengan tepat mengarah kepada usaha bunuh diri bahkan hingga mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Faktanya, separuh dari kondisi kesehatan jiwa dimulai pada usia 14 tahun. Namun sebagian besar kasus tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan pengobatan.
Tidak Terdeteksi Diperkirakan 10-20 persen remaja di seluruh dunia pernah mengalami masalah kesehatan jiwa, namun tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan pengobatan. Selain kurang pengetahuan, masalah kesehatan jiwa pada remaja juga memburuk karena kurangnya kesadaran di kalangan tenaga kesehatan dan stigma di kalangan remaja untuk mencari pertolongan.
Kurang Pendampingan Kalangan milenial semakin sering terpapar dunia maya. Hal ini bisa berdampak pada kesehatan mental lantaran lebih berisiko mengalami kejahatan siber. Cyber bullying hingga video game bertema kekerasan yang tidak disadari berdampak pada kesehatan mental. Terutama jika remaja tidak mendapatkan pendampingan tepat oleh keluarga dalam hal ini orangtua sebagai orang terdekatnya.
Jika keluarga tidak memahami kondisi ini, gagal memberikan pendampingan yang proporsional kepada remaja, menyebabkan remaja tersebut gagal menghadapi tantangan zaman now.
Kalau remaja tak mampu menghadapi tantangan era milenial sangat memungkinkan mengalami masalah kesehatan jiwa. Nah, jika masalah kesehatan jiwa tidak terdeteksi dini dan tidak ditangani, risikonya timbuh gangguan jiwa. Akibatnya, angka percobaan bunuh diri dan penggunakan napza meningkat.
Gangguan Mental Emosional Gangguan mental emosional penduduk Indonesia terjadi pada usia 15 tahun ke bawah. Gangguan mental emosional pada remaja Indonesia berupa masalah pikiran, perasaan, perilaku yang membuat kesulitan menjalani peran dan kehidupan sehari-hari seperti sulit tidur, ketegangan sebagian besar tubuh, kurang semangat, kurang berenergi, kurang minat. Masalah terkesan tidak berat namun bisa memburuk jika ada pemberatan gejala. Gejala harus disadari sedari dini dan dikelola dengan tepat agar tidak menjadi lebih berat.
0 comments:
Posting Komentar