Cari Vaksinasi HPV Harga Terjangkau Cegah Kanker Serviks
Edukasi cegah kanker serviks harus terus digencarkan, makin efektif dengan dukungan figur publik yang merepresentasikan kampanye kesehatan reproduksi perempuan. Tak hanya itu, edukasi pun harus dibarengi dengan tumbuhnya kesadaran vaksinasi HPV untuk perempuan mulai usia 15 hingga 55 sebagai pencegahan.
Edukasi dan vaksinasi, dua pesan ini yang berulang disebut dan ditekankan pengisi acara Talk Show “Kenali Pencegahan Kanker Serviks”.
Talk Show ini rangkaian kegiatan kampanye publik #CegahKankerServiks, diadakan oleh KICKS (Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks) berkolaborasi dengan Yayasan Dunia Kasih Harapan “Bracelet of HOPE” dalam rangka Hari Kanker Sedunia, di Jakarta, pertengahan Februari lalu.
Hadir sebagai pembicara, Ob/Gyn Spesialis RS Siloam Semanggi, dr Adriansjah Dara, SpOG, MKes. Perbincangan makin menginspirasi dengan hadirnya penyintas kanker, Elly Mawati (50 th).
Hadir sebagai pembicara, Ob/Gyn Spesialis RS Siloam Semanggi, dr Adriansjah Dara, SpOG, MKes. Perbincangan makin menginspirasi dengan hadirnya penyintas kanker, Elly Mawati (50 th).
Sesuai dengan misi kampanye yang ingin menyebarluaskan pesan kesehatan dan pencegahan kanker melalui sosok berpengaruh, publik figur lintas usia pun dilibatkan. Tentunya Wulan Guritno selaku co-founder Bracelet of HOPE, sekaligus Duta Cegah Kanker Serviks hadir dan aktif berkegiatan di acara ini.
Pesohor muda, Syifa Hadju juga hadir dan mencontohkan langsung dengan mendapatkan vaksinasi HVP dari YKI DKI. Begitu pun Hannah Al Rasyid yang mendapatkan vaksinasi HPV dan menyebarkan pesan pentingnya deteksi dini dan preventif mencegah kanker serviks. Bagaimana menularkan kepedulian diri sendiri untuk vaksinasi kepada orang lain pun orang terdekat, itu menjadi tanggungjawab bersama.
Cegah dengan Vaksin
Kampanye cegah kanker serviks dengan menyerap ilmu dan pengalaman dr Dara, menambah lagi pengetahuan saya pribadi mengenai kanker. Apalagi dr Dara sempat mengungkap fakta bahwa angka kejadian kanker berkejaran di urutan pertama di Indonesia, kanker serviks dan kanker payudara. Semuanya mengincar perempuan yang berisiko terkena kanker.
Jadi, bagi saya, sebagai perempuan, mengedukasi diri menjadi penting. Selanjutnya lakukan vaksinasi sebagai cara preventif yang paling mungkin kita lakukan, semata sebagai ikhtiar. Sama seperti ikhtiar kita untuk optimalkan kesehatan anak dengan imunisasi.
Data dan fakta terus disampaikan dr Dara, membuat saya semakin yakin dan semangat menyebar pesan kepada perempuan, ayo vaksinasi!
Sekarang kita kenali dulu apa sih penyebab kanker serviks? Penjelasan gamblang dari dr Dara menyebutkan, penyebab kanker serviks 70-80 persen disebabkan oleh virus HPV yang ditularkan melalui aktivitas seksual. Penularan virus HPV utamanya terjadi secara seksual, melalui kontak genital.
Jadi bagi perempuan menikah atau yang aktif melakukan hubungan seksual, wajib untuk melakukan papsmear sebagai screening awal memastikan apakah serviks sehat atau bermasalah. Jika hasil papsmear tidak menunjukkan masalah, langkah selanjutnya adalah preventif dengan vaksinasi HPV.
Bicara kanker serviks, memang penyebab utamanya adalah karena penularan virus HPV secara seksual. Antara lain dari aktivitas seksual seperti senggama, bahkan menempelkan dan meraba alat genital pun berisiko menularkan virus HPV.
Dari beberapa kali mengikuti diskusi kesehatan seputar serviks dan kesehatan reproduksi perempuan, saya makin menyadari pentingnya peka terhadap diri sendiri. Jika pun kita sudah merasa higienis secara seksual, pemeriksaan tetap diperlukan untuk memastikan apakah serviks kita sehat atau tidak. Karena risiko luka saat bersenggama misalnya bisa saja terjadi. Luka di area serviks jika kronis dan berulang bisa menimbulkan risiko kesehatan serviks dari radang hingga kanker. Karenanya screening awal berupa papsmear untuk kita yang dekat dengan fasilitas kesehatan di kota besar, menjadi penting. Pastikan dulu sejauhmana kesehatan serviks kita.
Menunggu hasil papsmear memang bikin pikiran meradang. Jika hasilnya baik jangan juga cepat puas, segera lanjutkan preventif dengan vaksinasi HPV. Inilah yang saya lakukan setelah pernah mendapatkan diagnosa radang serviks setelah melakukan tes IVA dengan bidan.
Tak mudah percaya, saya cari informasi bahkan layanan papsmear murah. Rejeki, saya dipertemukan dengan RS Siloam Karawaci Tangerang yang sedang menyediakan paket Papsmear dengan dokter kandungan, hanya dengan membayar Rp 150.000 (sudah termasuk dokter dan alat kesehatan), dan Vaksinasi HPV Rp 800.000 sekali suntik.
Hasil papsmear baik, maka tindakan berikutnya adalah vaksinasi HPV. Sudah dua kali suntik sesuai jadwal dokter kandungan, dan tanggal 7 Maret 2018 adalah vaksinasi ketiga atau terakhir. Saya merasa sudah memenuhi hak tubuh untuk sehat, dan setidaknya sudah melakukan ikhtiar untuk serviks yang sehat.
Lalu apakah saya berhenti sampai di situ? Ternyata saya masih belum puas. Edukasi menjadi penting untuk terus update informasi kesehatan. Melalui kampanye KICKSxHOPE #CegahKankerServiks, saya mendapatkan lagi informasi baru (buat saya).
Informasi penting buat saya dari dr Dara adalah virus HPV selain menyebar lewat seksual (70-80%), juga bisa menyebar secara nonseksual (20%).
Menurut dr Dara, perempuan yang berisiko terkena penyebaran virus HPV secara nonseksual antara lain:
- Menikah di usia muda di bawah 16 tahun. Kenapa bisa berisiko? Karena sel serviks belum bagus, jika terjadi luka di serviks, dan kronis berulang, bisa berubah jadi kanker.
- Banyak anak, melahirkan normal, 7-8 anak, jika serviks sering luka akibat melahirkan anak banyak ini juga faktor risiko terjadinya penularan virus HPV nonseksual.
- Perempuan yang sering terkena penyakit kelamin.
- Perempuan perokok. Merokok menyebabkan daya tahan tubuhnya menurun. Jika mengalami luka serviks, kronis dan berulang, sel serviks bisa menjadi kanker.
Lantas bagaimana dengan perempuan yang memiliki kebiasaan kurang higienis? Misalnya jarang ganti celana dalam, atau beberapa kebiasaan lain yang kerap dianggap berisiko seperti penggunaan celana ketat, penggunaan celana dalam bukan berbahan katun, tidak rajin mengganti pembalut wanita saat haid, menggunakan toilet duduk, dr Dara menjelaskan semua itu tidak menjadi cara penularan virus HPV. Beberapa kebiasaan seperti jarang ganti celana dalam bisa berisiko menimbulkan keputihan.
Setahu saya, keputihan jika tidak dirawat dengan baik, bisa menimbulkan risiko kesehatan organ reproduksi. Jadi tak ada salahnya merawat diri dengan resik supaya berbagai faktor risiko ini makin bisa diminimalisasi.
Pasalnya, menurut data, 3 dari 4 kasus infeksi HPV pada perempuan terjadi pada usia 15-24 tahun. Artinya faktor risiko infeksi HPV semakin menjangkiti perempuan muda.
Itulah sebabnya, dr Dara mendorong perempuan usia 15 sampai 55 tahun untuk melakukan vaksinasi HPV. Bagi perempuan aktif seksual atau perempuan menikah, papsmear wajib dilakukan sebagai screening. Untuk perempuan di atas usia 55 tahun cukup lakukan papsmear setiap 1-2 tahun sekali tidak lagi butuh vaksinasi HPV. Sementara untuk ibu pascamelahirkan, papsmear bisa dilakukan enam bulan setelah melahirkan. Artinya setelah dua bulan masa nifas, empat bulan kemudian bisa melakukan papsmear.
Jika tinggal di daerah yang minim faskes, sulit untuk papsmear, bisa lakukan tes IVA di bidan. Jika menemukan tanda khusus, bidan akan merujuk ke dokter kandungan untuk tindakan lanjutan.
Papsmear dan vaksinasi HPV mahal? Memang demikian faktanya. Pemerintah belum mampu memberikan fasilitas vaksinasi HPV secara nasional. Meski begitu, banyak rumah sakit swasta saat ini bahkan YKI DKI di Sunter Jakarta, memberikan fasilitas vaksinasi HPV dengan harga terjangkau.
Yang perlu perempuan lakukan adalah menyisihkan dana, semaksimalnya, untuk memastikan serviks kita sehat. Harga promosi vaksinasi HPV, seperti pengalaman saya sebelumnya adalah minimal 2,4 juta rupiah untuk tiga kali suntik. Ada jeda waktu hitungan bulanan dari suntik pertama hingga suntikan ketiga.
Di kartu jadwal suntik HPV RS Siloam Karawaci yang saya punya, idealnya bulan ke-0, ke-2 dan ke-6 dalam periode satu tahun. Interval antara dosis pertama ke dosis kedua minimal 1 bulan maksimal 3 bulan. Sedangkan interval antara dosis ke-2 dan dosis ke-3 adalah minimal 3 bulan dan maksimal 6 bulan. Tenang saja, dokter kandungan akan memberikan jadwal suntik vaksin HPV kepada pasiennya. Tugas kita cukup mengingatkan jadwal suntik jangan sampai terlewat.
Jadi, segera hunting vaksinasi HPV yang terdekat dari rumah. Kalau dekat kawasan Sunter, bisa ke YKI DKI yang menyediakan layanan dengan biaya 2,3 juta rupiah untuk 3x Vaksinasi HPV.
Syifa Hadju yang remaja sudah vaksinasi, saya perempuan dewasa menikah juga hampir selesai vaksinasi akhir, kamu kapan? Yuk jaga serviks tetap sehat.
3 comments:
Setuju Mba, di beberapa poin meskipun nggak beresiko kanker untuk kebersihan reproduksi memang perlu dijaga banget. Semangat terus kaum perempuan!!
Iya memang tdk berefek lgs ya tp kalau serng keputihan apalagi sampai infeksi bs bahaya jg ke serviks. Thanks sdh mampir.
Radang serviks biasanya karena sering infeksi saluran kemih atau keputihan, harus dijaga ya mbak wa perempuan mah harus bersih banget miss vnya, perhatikan air dan celana dalam harus tetap kering gak lembab saat kita bepergiaan atau pakai toilet umum, pengen papmers juga jadinya sialnya thn 2013 ama awal 2018 ini kena keputihan juga
Posting Komentar