Film Chrisye: Inspirasi dari Musisi Visioner Pencari Tuhan
Dua kali menonton film Chrisye, saat Press Screening MNC
Pictures bersama Vito Global Visi, dan beli tiket nonton bareng sekaligus meet and greet
sehari sebelum tayang di bioskop, sukses membuat saya terbawa pergulatan emosi
Chrisye.
Hampir setahun lamanya menanti film Chrisye tayang di
bioskop tanah air. Perjalanan film ini sudah saya ikuti sejak Februari 2017 dan
tuntas maksimal di Desember 2017.
Berkat kak Cindy di MNC Pictures, saya dan blogger
dari komunitas BloggerCrony bangga jadi bagian dari perjalanan film drama biopic
ini. Bangga karena cerita dan pesan dari film Chrisye ini sungguh
menginspirasi, berhasil memainkan perasaan dari ceria, bahagia, haru hingga syahdu.
Bagaimana tidak syahdu, ketika pencarian musisi visioner
akan kebesaran Tuhan, berhasil membawa pesan akhirnya tentang kehidupan.
Inspirasi hidup penuh makna yang terwakili dari perjalanan musikus kenamaan
Indonesia, Chrisye.
Jujur saya bukan fans berat Chrisye, tapi saya menikmati karyanya.
Jadi menonton film Chrisye membuka pandangan sekaligus menyegarkan ingatan
tentang musisi bernama lengkap Chrismansyah Rahadi ini.
Semakin berkesan, karena sosok Chrisye diperankan maksimal
oleh aktor Vino G Bastian, diperkuat dengan
lakon aktris Velove Vexia yang sukses memerankan Damayanti Noor (istri Chrisye).
Saya menikmati film Chrisye, mengambil banyak inspirasi kaya
makna dari film dengan penulis skenario Alim Sudio berdasarkan sudut pandang
Damayanti Noor ini. Termasuk nostalgia dengan toko kaset yang masih saya alami
era 90-an, dan menikmati Jakarta tempo dulu.
Visioner
What’s next? Bagi saya kata-kata itulah yang mewakili sosok
Chrisye yang visioner. Perjalanan kariernya diceritakan mengalir dari awal film
garapan sutradara Rizal Mantovani ini. Musisi yang visioner tergambar jelas di
berbagai adegan, dalam percakapannya dengan istri tercinta, Damayanti Noor,
juga para koleganya.
Film Chrisye membawa banyak makna bagi penonton lintas
generasi. Bagi saya generasi yang besar di era 90-an, di era MTV, musik
Indonesia sudah menjadi teman yang menghibur dari radio dan televisi.
Namun saya tak banyak tahu tentang perjalanan sosok Chrisye.
Bahwa lagunya sangat hits di masanya, era 70-80-an, dan pernah menggelar konser
tunggal pada tahun 1994 di JCC dengan dukungan PH bersama koleganya, Erwin Gutawa dan
Jay Subiakto, Guruh Soekarno Putra dan kisah sukses lainnya.
Menonton film Chrisye, saya jadi kilas balik musik zaman
kakak dan orangtua. Pastinya, jadi lebih menghargai musikus dalam negeri,
dengan kiprah dan perjuangan tak mudah di eranya.
Dari Film Chrisye saya jadi mengenal sosok musisi tanah air
yang visioner. Seperti saya bilang di awal, “What’s Next” adalah dua kata yang
mewakili sisi visionernya. Setiap kali sukses menelorkan karya, Chrisye tak
terbuai dengan ketenarannya. Chrisye memikirkan karya apa lagi yang akan
dihasilkan ke depan, dengan siapa akan berkolaborasi.
Totalitas
Dalam berkarier, bekerja, bahkan dalam kehidupan pribadinya, totalitas
menjadi karakter kuat dari sosok Chrisye. Karakter yang layak ditiru. Totalitas
saat memutuskan bermusik setelah melewati penolakan ayahnya, hingga mendapat
restu keluarga. Totalitas dengan Gipsy Band sampai akhirnya solo karier dengan
dorongan dari kolega di Prambors.
Juga totalitas dalam berkarya, berkolaborasi bersama musisi lainnya yang berkualitas dan
mendukung musiknya seperti dengan Adie MS misalnya. Termasuk totalitas ketika memutuskan menjadi mualaf, atas
restu orangtuanya.
Spiritual
Film Chrisye bukan film religi, namun kaya dengan makna
mendalam perjalanan spiritual sosok Chrisye yang layak menjadi inspirasi. Film
ini berkisah pencariannya akan kebesaran Tuhan, untuk kembali pulang kepada
pemiliknya.
Arahan sang sutradara Rizal Mantovani dengan Vino sebagai pemeran utama,
berhasil membawa penonton terbawa pergulatan spiritual Chrisye.
Banyak adegan berisi perjalanan spiritual, namun puncaknya
terjadi saat penciptaan lagu “Ketika Tangan dan Kaki Berkata”, ditulis oleh
penyair Taufik Ismail. Lirik lagu yang diserap dari surat Yasin ayat 65,
mewakili pencarian Chrisye akan kebesaran Tuhan.
Sungguh mendalam maknanya, bagi saya, karena saya paham rasanya
ketika Tuhan berkehendak mengambil apa yang menjadi miliknya. Sungguh itulah
kebesaran Tuhan, yang takkan sanggup kita ucapkan sekalipun.
Kaku dan kelu
ketika kita bisa merasakan kebesaran Tuhan, sekelu bibir Chrisye yang tak bisa
mengucap sebait pun lirik lagu itu. Drama spiritual sungguh menggugah tak berlebihan di bagian
cerita ini. Pesannya sangat mendalam, tentang manusia yang tiada daya.
Teladan Keluarga
Film Chrisye bercerita keteladanan sosok
Chrisye sebagai ayah dan suami. Pembagian kerja rumah
tangga yang setara tergambar jelas dalam kehidupan Chrisye dalam sebuah film.
Bagaimana Chrisye, meski sudah menjadi pemusik ternama, masih sudi membersihkan
kamar mandi. Keharmonisan rumah tangga, dan ikhtiar Chrisye untuk memberikan
yang terbaik untuk anak istri, tergambarkan dengan romantis, harmonis, layak menjadi teladan keluarga
Indonesia.
Rendah Hati
Tak silau dengan ketenaran, masih mau makan di pinggir
jalan, masih mengerjakan pekerjaan rumah tangga berbagi peran dengan istri,
adalah beberapa karakter rendah hati Chrisye, yang terceritakan di film ini.
Banyak lagi kerendahan hati Chrisye yang terekam di film
ini. Puncaknya adalah kutipan Chrisye yang menyatakan, "Saya ingin menorehkan setitik tinta di sejarah musik Indonesia untuk diteruskan oleh generasi muda ...."
Bagi saya, "setitik tinta" adalah pernyataan paling rendah hati dari seorang musisi
legendaris kebanggaan Indonesia. Bukan sekadar kata, karena terasa nyawa dari
Chrisye dari kalimat itu, tentang sosok kreatif yang produktif, namun tak silau
dunia.
Kerendahan hati juga lah yang membuat banyak sahabat Chrisye terus berada di dekatnya dulu, dan mengenangnya kini.
Catatan:
Tonton Film Chrisye di Bioskop! Dukung film Indonesia mulai
7 Desember. Jangan lupa bawa tisu atau sapu tangan karena air mata bisa menetes
begitu saja. Orangtua boleh ajak anak di atas usia 13 tahun. Ada beberapa
adegan merokok di film ini, yang perlu jadi catatan bimbingan orangtua jika
ingin mengajak anak-anaknya ikut menonton. Satu-satunya adegan yang menurut
saya semestinya bisa dipotong. Meski mungkin ada kaitannya, di prolog film
dijelaskan Chrisye meninggal karena kanker paru. Sukses Film Chrisye semoga
bisa tembus angka satu juta penonton, dan tayang lama di layar bioskop
Indonesia, bersanding dengan film asing.
5 comments:
Masya Allah alm. Chrisye sangat low profile ya. Saya suka beberapa lagu mendiang meski waktu itu masih Remaja. Makin kagum membaca ulasan Mbak Wawa tentang sisi lain Chrisye.
Sosok legend ya mba ternyata meski seorang star tetap injak bumi. Mau bersihin kamar mandi, pasti sayang sama anak2 yaa almarhum. Moga filmnya bisa jadi bermanfaat dan contoh yg baik ��
Rencana besok mau nonton film ini. Sbnrnya lbh krn aku fans berat vino nya, bukan crisye nya :D. Tp hrs aku akuin jg, lagu2 crisye itu bagus dan ga prnh bosen didengerin bhkan zaman skr
Lagunya juga masih enak dinikmati. Asli keren. 😊 film yang asyik banget
Aku ya mewek juga meski udah nonton 2 kali. Vino berhasil memerankan sosok sang visioner ya...
Posting Komentar