Merekam Keajaiban "Momazing Moment" yang Takkan Tergantikan
Dok. Raji Photography |
Anak itu anugerah yang ajaib. Super ajaib. Setiap pasangan menikah pasti punya cerita ajaib untuk menjadi orangtua. Kedatangan anak dalam keluarga membawa kenikmatan yang takkan sama rasanya. Bagi saya dan suami, kehadiran seorang putri yang kami beri nama Dahayu Hadiya Raji, adalah anugerah yang ajaib. Sesuai nama tengahnya, Hadiya, yang artinya pembimbing, Day datang dengan sejuta keajaiban lewat berbagai tanda yang saya dan suami maknai sebagai bimbingannya.
Semua #Momazing itu tercatat dan terekam lewat buku, tulisan, foto, video pribadi kami. Karena murni untuk konsumsi pribadi, jadi hanya beberapa yang bisa kami bagi di sini. Selebihnya, biarlah kami, orangtuanya yang menikmati momen-momen ajaib itu, menjadi bahan cerita untuk kami bertiga nantinya.
Dahayu
Putri mungil yang lahir 28 Februari 2013 kami beri nama depan Dahayu. Berasal dari bahasa sansekerta, Dahayu artinya cantik. Nama ini mewakilinya sebagai perempuan yang punya darah Jawa dari ayahnya, juga kesukaan ibunya dengan budaya. Kata orang, namanya unik dan otentik. Setelah muncul ke muka bumi, alhamdulillah, parasnya secantik namanya.
Sejak dalam kandungan, Dahayu menjadi pebimbing untuk ayah ibunya. Karenanya, tepat saat ayahnya memilihkan nama tengah, Hadiya, bahasa arab yang artinya pebimbing. Harapannya semoga Dahayu menjadi pebimbing minimal untuk diri dan keluarganya.
Di balik nama Hadiya inilah muncul banyak momen yang kami maknai sebagai bimbingan. Momen ajaib yang selalu kami rekam saking tak ingin kehilangan kesempatan itu.
Hadiya
Momen ajaib sudah datang sejak hamil. Day aktif bergerak seakan tak sabar ingin bertemu ayah ibunya. Kami pun tak sabar ingin jumpa, namun harapan bertemu setelah sembilan bulan mematangkan diri dalam kandungan, harus kandas.
Lewat bimbingannya, Day seakan meminta kami, orangtuanya untuk memeriksakan diri ke dokter ahli kandungan di sebuah klinik di Harmoni. Maksud hati ingin USG 4D, tapi yang terjadi adalah diagnosa lain. Saya hamil dengan kondisi berisiko tinggi. Plasenta Previa. Yang membuat saya harus dirawat dua hari di usia kehamilan 34 minggu. Belum genap dua hari dalam perawatan, Day lahir, dengan sebelumnya saya harus mengalami pendarahan hebat. Day, lahir dengan risiko tinggi. Bukan hanya prematur namun banyak kehilangan oksigen selama 3 jam ibunya pendarahan. Beruntung, Day lahir selamat.
Momen ajaib ini hanya bisa saya ingat dan tuliskan di buku catatan pribadi, juga di sini. Saya rekam betul momen ajaib itu, kelahiran antara hidup dan mati. Kami berdua selamat. Alhamdulillah. Kami masih dipercaya untuk menikmati kehidupan yang sungguh ajaib.
Day lahir prematur dengan suara tangis keras. Saya ingat betul, saya kecup ujung bibirnya saat Day didekatkan dokter ke wajah saya. Kami tak bertemu beberapa hari karena Day butuh perawatan ekstra, saya pun sungguh lemah tak berdaya.
Momen ajaib yang sangat saya rekam dalam ingatan adalah saat bidan akhirnya mengijinkan saya bertemu Day untuk sekadar menyentuh kulitnya, berbisik kepadanya, sekadar berbagi semangat, bahwa Ibu dan Day akan pulang dengan sehat. Ini terjadi dua hari setelah melahirkan, setelah kondisi saya juga pulih setelah pendarahan hebat yang ternyata membuat fisik saya lemah selemah-lemahnya.
Kubacakan Al-Fatihah, ku transfer semangat kepada Day yang masih harus diselang oksigen di dalam inkubator yang menghangatkannya. Suster kepala membolehkan saya berkomunikasi dengannya bahkan belajar memandikan bayi prematur. Wejangan-wejangan juga suster kepala berikan agar saya semangat dan memberi perhatian penuh cinta tulus kepada anak prematur. Hanya kasih tulus dan sentuhan ibu yang mendukung tumbuh kembang bayi prematur. Pelajaran berharga dengan momen istimewa.
Saya tak pernah siap menghadapi situasi seperti ini. Merawat bayi prematur dengan kondisi kekurangan oksigen. Khawatir dan semangat bercampur satu. Khawatir Day tak terawat dengan baik saat kembali ke rumah. Semangat Day dan saya juga ayahnya bisa menjalani takdir ini. Semua bercampur jadi satu. Kekhawatiran yang membuat saya rela meninggalkan Day dirawat sempurna di RS, dan saya pulang lebih dahulu ke rumah orangtua, tanpa menggendong bayi mungil yang cantik berambut lebat itu.
Sebelum berpisah, Day belajar menyusu. Saya belajar memerah. Sungguh bukan hal yang mudah karena kondisi kami berbeda. Day kesulitan menghisap. Saya pun kesulitan memberi ASI melimpah. Sungguh tak mudah namun indah. Saya bisa berpelukan, skin to skin, bersama Day. Ajaib dan indah.
Di rumah, memerah ASI yang tak banyak keluar saya lakukan sembari melihat foto Day. Sungguh situasi yang tak pernah saya bayangkan akan terjadi. Namun saya harus kuat, tak bersedih demi Day yang sedang dalam perawatan ahli. Saya percaya, semangat positif saya sebagai ibu akan mengalir ke Day yang terpisah jarak selama seminggu.
Beberapa hari memulihkan diri, saya memaksa datang ke RS memantau Day, mengusir rasa iri kepada suami yang bisa berjumpa dengan Day. Meski tak bisa berbuat apa-apa, momen pertemuan dengan Day yang masing lebih sering memejamkan mata takkan tergantikan.
Akhirnya, kami menjadi keluarga utuh. Pulang dari RS, membawa seorang bayi perempuan, ke rumah setelah seminggu terpisah. Momen-momen ajaib pun berdatangan.
Day, harus tidur dengan ruangan yang dihangatkan lampu 100watt. Buat saya itu sudah panas luar biasa. Buat Day, justru itu yang dibutuhkan, kehangatan. Tak cukup selimut untuk menghangatkan tubuh mungilnya. Setelah satu bulan dalam "kehangatan" Day pun siap menyesuaikan suhu ruangan. Sejak itulah semakin banyak momen tak tergantikan.
Day yang kalau dijemur di bawah sinar matahari pukul 7-8 selalu berpose. Day yang kalau mandi tak pernah takut air dan senang luar biasa tak pernah menangis. Day yang mulai jalan-jalan ke rumah mbah. Day yang mulai digendong nenek. Day yang beratnya mulai bertambah.
Satu per satu keunikan muncul. Meski mungkin Day terlambat mengalaminya dibandingkan anak lain seusianya, ibu tetap bangga dan takjub melihat keajaiban-keajaiban yang Day punya. Mulai bisa memegang benda dan digigitnya. Mulai makan MPASI dari pepaya, brokoli, wortel lalu beranjak ke bubur, nasi tim, dan makanan padat lainnya. Juga mulai ngoceh dengan bahasanya. Semua momen itu begitu berarti tak sudi dilewati dan ibu menjadii saksi matanya.
Sayang hingga usia delapan bulan Day belum bisa tengkurap. Apalagi duduk dan berdiri. Khawatir namun solusi harus dicari, yakni fisioterapi untuk melatih motorik kasar. Semua ahli sepakat, Day punya kognitif yang baik. Hanya motorik kasar yang bermasalah. Belakangan melihat perlembangan terapi, diketahui motorik halus juga baik. Day perlu kesabaran untuk bisa mengejutkan ibu dn ayah dengan momen ajaibnya, yakni berdiri dan berjalan.
Tak apa, karena banyak momen yang membahagiakan. Seperti Day pertama kali bilang "Ayah" sebagai kata pertamanya.
Bicara bagi Day mungkin bukan hal asing. Ayah dan ibu kerap membacakan buku atau mengajaknya bercakap-cakap. Day pun menyerap. Meski bukan ibu, kata pertamanya. Mendengar langsung kata "Ayah" dari Day sunggu keajaiban. Beruntung, ibu menjadi saksinya. Indah, ajaib, bahagianya.
Lalu satu persatu kata muncul dan itu selalu menjadi momen menakjubkan. Yang paling ajaib adalah saat Day bisa melanjutkan nyanyian. Saya dan suami memang suka bernyanyi untuk Day, lagu anak-anak hingga lagu perjuangan, semua lagu Indonesia.
"Cicak-cicak di dinding diam-diam merayap. Datang seekor nyamuk"
"Hap", kata Day yang tiba-tiba melanjutkan.
Beruntung, saya pun menjadi saksi momen menakjubkan ini. Sekecil apa pun momen itu, akan terasa indah saat kita mengalaminya sendiri bersama anak. Terkejut, tersenyum, tertawa menyaksikan semua keajaiban. Saat Tuhan belum memberikan waktunya bagi anak saya untuk berdiri dan berjalan, terlalu banyak momen menakjubkan yang saya dan Day bisa nikmati bersama. Keadilan memang hanya milik-Nya. Beruntung, saya, ibu bekerja selalu punya kesempatan menyaksikan langsung momen ajaib itu.
Hadiya, sesuai namanya, Day memang menjadi pembimbing. Membimbing ibunya untuk selalu bersyukur atas setiap momen yang dibaginya langsung.
Kini, saya hanya perlu bersabar untuk menanti momen istimewa lainnya. Saya sudah sering memimpikan Day berjalan. Hanya saja mungkin sekarang belum waktunya. Pada masanya yang indah, Day akan menunjukkan kemampuannya. Sekarang, putri saya tengah membimbing untuk selalu mensyukuri yang ada dan mengajak bersabar untuk menanti momen ajaib lainnya. Sambil berdoa, berusaha, berharap dengan bersemangat, akan indah pada waktunya nanti.
Seperti nama terakhirnya, Raji, yang artinya harapan. Day yang cantik sedang membimbing orangtuanya, kakek neneknya, mbah, om dan tantenya untuk bersabar, bersyukur dan tak henti berharap untuk nanti menyaksikannya berjalan dengan sempurna, pada waktunya. Harapannnya, semoga itu terjadi sebelum Day harus mulai sekolah.
Dahayu Hadiya Raji, si cantik yang membimbing penuh harapan, adalah anak istimewa yang Tuhan gariskan untuk saya dan suami, supaya menjadi pribadi yang jauh lebih baik, lebih dekat denganNya, dengan cara yang unik. Karena setiap anak unik, perjalanan kami pun unik dan ajaib. Tak ada kata lain selain bersyukur. Memiliki Dahayu dan menyaksikan setiap tahapan tumbuh kembangnya dengan sejuta momen menakjubkan bersamanya.
Ayah, Ibu....selamat menikmati momen menakjubkan bersama si kecil. Semoga kita menjadi orangtua yang beruntung, diberkati dengan keajaiban-keajaiban putra putri yang tumbuh dan berkembang, dan kita menyaksikan langsung berbagai momen ajaib itu. Selamat menikmati momen indah yang takkan tergantikan apalagi berulang. Karena 1-2 tahun ke depan, anak kita bak busur panah yang siap meluncur berkelana dengan dunianya.
Enjoy and let's share the moment to inspire others #Momazing
2 comments:
menjadi ibu dengan anak2 yang insyaAllah akan tumbuh dalam kebahagiaan memang serupa nikmat yang tiada tara ya mbak.
sypun mengalami masa di mana di masa awal kelahiran anak ke 3 dek Paksi harus berpisah dulu hampir 1 bulan krn paksi hrs dirawat intensif di rumah sakit.
mengikuti tumbuh kembangnya hingga hari ini seperti melihat keajaiban. subahanaAlah alhamdulillah
namanya keren dan unik.
salam sayang buat Day
Hi mbak...makasiiih salam balik dari Day
waah 1 bulan berpisah mbak, ibu yg hebat aku seminggu aja rasanya udah gak karuan....sama2 mendoakan yaaa utk anak2 kita sehat2 tumbuh berkembang sesuai harapan
Posting Komentar