Film Preman Pensiun Lucu dengan "Ending" Tak Terduga

21.13.00 wawaraji 7 Comments


Serial televisi Preman Pensiun difilmkan, beneran. Saya saksinya dengan menonton langsung film Preman Pensiun saat press screening. Beruntung, masuk dalam barisan awal penonton film Indonesia sebelum Gala Premier dan tayang untuk umum di bioskop mulai 17 Januari 2019.

Meski tidak mengikuti serial televisi Preman Pensiun, saya familiar dan kerap mendengar pamornya. Ketika akhirnya Preman Pensiun tayang di layar lebar, saya sengaja memposisikan diri sebagai penonton yang tidak terpapar latar dan cerita versi serial TV. Saya pun menikmati sebagai penonton film Preman Pensiun bersama mereka fans setia serialnya. 


Tak sulit bagi saya mengikuti alur ceritanya bahkan termasuk ikut tertawa mengikuti dialog, peran kocak para tokohnya, dan bahkan terbawa suasana dengan pesan dan latar cerita preman di Bandung yang "katanya" pensiun dari bisnis hitam sebelumnya. Meski sedikit agak sulit menyesuaikan para fans setia serial TV yang ikut menonton filmnya, karena sepertinya mereka sudah sangat menyelami bahkan sangat terhibur dengan lakon para tokoh Preman Pensiun yang memang mengundang tawa. Tertawa para fans lebih kencang dan penuh makna sepertinya. 

Film produksi MNC Pictures dengan produser Miftha S Yahya dan Reggi Djundjunan ini melibatkan penuh orang kreatif dan pemeran versi serialnya. Sutradara dan penulis naskah Aris Nugraha jelas terlibat penuh dengan tantangan berbeda tentunya, menghadirkan serial menjadi film layar lebar. 




Tokoh utama Preman Pensiun, Muslihat diperankan epik oleh Epy Kusnandar membuat film ini kuat tanpa meninggalkan sosok penting yang telah tiada, di serial juga kehidupan nyata, almarhum Didi Petet (Kang Bahar). 

Epy Kusnandar yang saya ketahui adalah pemain teater tak perlu diragukan lagi kemampuan aktingnya. Saya tak bisa membandingkan dengan versi serial. Namun menyaksikan kang Muslihat diperankan Epy Kusnandar, saya bisa memahami beratnya peran Muslihat yang membawa amanat dari Kang Bahar untuk mempensiunkan preman Bandung yang pernah berjaya dahulu kala. Juga beratnya menjalani kehidupan baru preman yang sudah pensiun, dengan menjaga anak buah juga ikut "bersabar" dengan dunia barunya.

Mengubah mindset dan mengganti pekerjaan demi menjalankan pesan Kang  Bahar untuk pensiun jadi preman bukan perkara mudah. Muslihat sebagai pemimpin Preman Bandung dihadapkan pada tantangan besar menjaga amanah. Menjaga anak buahnya sanggup menjalani kehidupan baru, berniaga atau bekerja, dengan meninggalkan kekuasaan lamanya sebagai preman di Bandung. 


Ujian kepemimpinan Muslihat teruji saat muncul dendam dan keluarga preman mulai terusik dengan berbagai masalah. Kesetiaan teruji dan nostalgia masa kejayaan preman mulai menggoda. 




Film Preman Pensiun bagi saya membawa pesan yang tak menggurui namun bermakna. Sepanjang film banyak sekali adegan yang memancing tawa. 


Film ini terbilang ringan dan bagi yang ingin mencari hiburan, cocok menontonnya bersama keluarga. Namun saran saya ajak anak di atas 13 tahun jangan balita. Juga mulai komunikasikan berbagai persoalan sosial. Judulnya saja Preman, beberapa karakter preman dengan berbagai simbolismenya seperti tato, tindikan, rasanya bisa jadi bahan obrolan di keluarga tanpa labelisasi negatif. Lebih seru lagi kalau nonton film Preman Pensiun bareng komunitas, bisa ketawa bareng seperti bareng Bloggercrony Community nih.





Bagi saya film Preman Pensiun menunjukkan sisi humanis kehidupan mantan preman pun "kekuatan" yang terbentuk dalam dirinya. Sebagai manusia, ketika menghadapi kematian dalam keluarga, akan teruji batas kesabarannya. Pun ketika keluarga mulai terusik dengan kehadiran orang lain yang dianggap mengancam, "kekuatan preman" bisa disalahgunakan bahkan dijadikan cara mengatasi masalah yang membawa masalah baru.

Film Preman Pensiun membawa pesan bahwa dendam dan main hakim sendiri hanya akan membawa masalah baru. Niat baik ingin mengubah hidup meninggalkan dunia kelam kalau tak dibarengi kesabaran dan keteguhan hati untuk meninggalkan "kekuatan preman", takkan membawa hasil baik, atau tidaknya sesuai amanah yang ditinggalkan di pundak Muslihat oleh Kang Bahar.

Bagaimana konflik berakhir di lingkaran mantan preman yang "katanya" pensiun ini sungguh tak terduga. Umumnya film Indonesia berakhir bahagia tapi tidak untuk film Preman Pensium yang akhirnya tanda tanya bagi saya. Saya tidak bilang akhir film ini tidak bahagia. Saya justru jadi bertanya-tanya, akan kah ada kelanjutan film ini dengan kisah lebih dramatis lagi.


Berlanjut atau tidak, di ujung film Preman Pensiun saya tangkap pesannya. Tak mudah memang menjaga amanah pun menjalaninya. Niat baik tak selalu disambut baik atau diterima baik. Film Preman Pensiun sungguh hidup dan mewakili hidup sesungguhnya. Pada akhirnya manusia hanya bisa menerima menjalaninya tanpa selalu bisa sesuai harapan dan rencana. 

Di balik pesan dan karakter kuat dari setiap pelakon film Preman Pensiun, latar lokasi di Bandung menjadi daya tarik lain film ini. Bandung dengan kehangatan juga kesantunan budaya punya sisi lain yang sangar tapi unik dari kehadiran para Preman Pensiun ini. Rasanya di dunia nyata pun begitu, selalu ada sisi gahar dari seorang yang terlihat lembut. Saya sih jadi makin kangen Bandung saat menonton film ini.

Bagi saya, para pemeran Preman Pensiun memiliki kekuatan masing-masing. Baik dari yang paling garang Gobang (Dedi Moch Jamasari), Bohim (Kris Tato), Dikdik (Andra Manihot), juga kocak seperti Ujang (M Fajar Hiyatullah), Pipit (Ica Naga) dan Murad (Deny Firdaus) tetap kuat menonjol sesuai porsi, tidak tenggelam dan mengimbangi bahkan bisa memposisikan sosok Muslihat yang kerempeng tetap kuat berwibawa sebagai pimpinan. 


Peran perempuan, Esih (Vina Ferina), Kinanti (Tya Arifin), Imas (Soraya Rasyid), di film ini juga muncul seimbang bukan sekadar pemanis. Bagaimana kekeluargaan yang dijaga di kalangan para istri mantan preman membuat film ini makin hangat. 

Jadi, kalau penasaran bagaimana bisa tertawa kecil sampai terbahak-bahak, juga hangatnya keluarga para mantan preman, sampai ending yang tak terduga, beli tiket bioskop mulai 17 Januari 2019, nonton film Preman Pensiun. Dukung terus film Indonesia. 












You Might Also Like

7 comments:

Sugi Siswiyanti mengatakan...

Saya pernah nonton serialnya. Pertama kali nonton, logat-logat Sundanya kok terasa ganatural gitu. Tapi lama kelamaan terbiasa juga sih.hehe.. Hari ini pemutaran perdana untuk umum ya,Mbak? Ajak keluarga nonton ah..

wawaraji mengatakan...

Iya tayang perdana cocok utk tontonan keluarga. Cuss.beli tiket

wawaraji mengatakan...

Iya tayang perdana cocok utk tontonan keluarga. Cuss.beli tiket

Intan Rosmadewi mengatakan...

Bunda pengen nonton lagi. Ndak tahu ada waktunya koq rasanya jumpalitan

Nurul dwi larasati mengatakan...

Senangnya film ini bisa dapat jumlah penonton luar biasa di awal hari tayangnya. Nonton filmnya kayak flashback serial sinetronnya. Cuma nggak ada kang Komar di film ini. Padahal dia bakal bikin ngakak abis aktingnya.

Wawa mengatakan...

Eh jd penasaran dah sampe brp penonton yaaa terakhir

Lisa mengatakan...

Saya nggak pernah bosan nonton serialnya di tv meskipun sudah diulang berkali kali. Sebagai hiburan saat tak ada tayangan lainnya yang memghibur dan bagus