CSR Mowilex Bukan Sekadar Revitalisasi Panti Tuna Ganda Netra Rawinala

17.16.00 wawaraji 0 Comments

TERIMA KASIH MOWILEX dan Karyawan yang peduli berbagi di RAWINALA #CSRMOWILEX


Setiap warna punya makna bahkan fungsi, termasuk sebagai mood booster. Itu sebab urusan cat rumah, selain pertimbangan selera, biasanya si empunya rumah butuh sentuhan warna tertentu dengan berbagai tujuannya.  Bahkan pemilihan warna yang tepat bisa membantu aktivitas lebih maksimal apalagi di panti tunanetra. 

Inilah yang diwujudkan produsen cat Mowilex Indonesia melalui program CSR di Rawinala School, sebuah Yayasan Pendidikan Dwituna di Kramat Jati, Jakarta. Rawinala mendidik 52 multisidisable children/dwituna/tuna ganda netra untuk membantu mereka mandiri. Panti yang ramah dan layak untuk penyandang dua catat atau lebih, harapannya bisa membantu siswa Rawinala dalam beraktivitas. Anak didik Rawinala sebagian besar memiliki gangguan penglihatan atau low vision.

CSR MOWILEX RAWINALA foto: www.sattoraji.com 


Melalui kegiatan ini saya jadi belajar bagaimana warna memiliki peran besar untuk penyandang tuna ganda netra dengan low vision. Awalnya saya pikir CSR Mowilex melalui pengecatan panti Rawinala sebatas mempercantik sekolah atau revitalisasi. Setelah mendengarkan langsung penjelasan Kepala CSR Mowilex Indonesia, Suratman bersama Kepala Yayasan Rawinala Dwihardjo Sutarto, juga Presiden Direktur Mowilex Indonesia, Niko Safavi, saya menemukan harapan penuh warna berarti.  


Itu sebab, kata Suratman, tema kegiatan CSR Mowilex yang berlangsung Sabtu, 20 Juli 2019 di Rawinala, berjudul "Mewarnai Harapan". Kegiatan sosial perusahaan ini melibatkan kepedulian dan kerelawanan karyawan Mowilex. Sebanyak 120 karyawan sukarela mengecat panti Rawinala. Sabtu pagi yang seharusnya mereka berlibur bersama keluarga, justru waktu dan tenaga mereka sumbangkan untuk membantu panti. 

Presiden Direktur Mowilex Indonesia, Niko Safavi


Dalam sambutannya, Presiden Direktur Mowilex, Niko ikut merasa terharu dan berterima kasih kepada karyawannya. Saya menyaksikan sendiri bagaimana para relawan ini bekerja sukacita penuh semangat. Iringan musik menemani mereka mengecat hampir seluruh dinding hingga pagar panti. Hebatnya, musik pengiring berupa live band dimainkan oleh para difabel dari Rawinala. Saya takjub dari sejak pembukaan acara, empat difabel bertalenta memainkan alat musik seperti drum, gitar, keyboard dan vokal yang luar biasa profesional.

CSR MOWILEX RAWINALA 


Soal warna cat yang dipilih atas permintaan Rawinala adalah krem, merah dan putih. Suratman mengatakan tiga warna tersebut disiapkan oleh Mowilex atas permintaan Rawinala untuk membantu para difabel bisa beraktivitas mandiri. Harapannya, warna-warna terang ini bukan hanya mempercantik panti tapi juga memberi terang siswa yang memiliki gangguan penglihatan.

Selayaknya program CSR, kegiatan sosial ini berkelanjutan bukan hanya sesaat saja. Ini bukan pertama kali Mowilex memberikan bantuan untuk panti dengan reputasi tinggi seperti Rawinala. Namun kali ini bantuan yang diberikan lebih dari sekadar donasi. Sebelumnya, dengan juga melibatkan karyawan, Mowilex memberikan donasi untuk kebutuhan operasional panti. Nah, kali ini bantuan yang diberikan selain 500 liter cat untuk 90 persen ruangan dari total area 4000 meter persegi, Mowilex juga memberikan total donasi Rp 28 juta, termasuk donasi dari para karyawannya. 


TUNA GANDA NETRA 
CSR MOWILEX Foto www.sattoraji.com 


Kegiatan CSR yang berkelanjutan menjadi komitmen Mowilex sebagai perusahaan yang usianya sudah sangat matang, hampir 50 tahun. Kegiatan pengecatan panti dan pemberian donasi berawal di Rawinala dan berlanjut di panti lain sampai dengan pertengahan Agustus 2019. Setelah Rawinala, kegiatan CSR ini akan berlangsung di empat panti lain yang mendidik multiple disable children di Malang, Semarang, Bali dan Jogja.

Bagi saya, Rawinala dan empat panti lainnya yang tersebar di berbagai kota adalah penyelamat anak tunanetra dengan disabilitas lainnya. Tanpa keberadaan sekolah atau panti seperti ini, penyandang tunanetra akan sulit untuk bisa hidup mandiri. 


Sekolah seperti Rawinala ini mendidik tuna ganda netra sampai dengan usia 20, sebagai bekal untuk mandiri di kehidupan yang tentunya tak mudah untuk difabel. Bagaimana Rawinala yang bertahan untuk memberikan harapan hidup maksimal bagi tunanetra sejak 45 tahun silam, bagi saya, adalah anugerah.

Kepala Yayasan Rawinala, Dwihardjo menyebutkan dari 300 multidisable children di Indonesia, hanya satu persen yang bersekolah. Dari lima panti dwituna di Indonesia, hanya Rawinala yang bisa menampung 52 orang usia 2 sd 20 tahun, juga asrama tambahan untuk 11 alumni. Lokasi asrama alumni terpisah dari sekolah Rawinala karena daya tampung tak lagi mencukupi. Empat panti dwituna lainnya di berbagai kota baru bisa menampung 4-9 anak didik. Kalau di Rawinala ada puluhan anak didik dengan 14 guru dan 17 pendamping asrama.

Rawinala mengasuh 20 anak di asrama dengan pendamping yang bekerja 24 jam dengan pembagian shift. Sementara untuk anak didik lainnya yang tidak menginap di asrama, datang ke sekolah pukul 07:00 sd 13:00 Senin sampai Jumat. Anak didik di Rawinala yang berasal dari Jadobodetabek, fokus belajar bina diri, melatih kemandirian, keterampilan termasuk bermusik. 

Keterbatasan daya tampung dan pengajar membuat Rawinala terpaksa harus membuat daftar tunggu untuk anak didik. Para difabel yang masuk dalam daftar tunggu harus bersabar menunggu giliran masuk sekolah. Anak didik yang sudah mencapai usia 20 tahun dianggap sudah bisa mandiri dan selesai bersekolah. Jika ada anak didik yang keluar, difabel yang masuk dalam daftar tunggu bisa bersekolah di Rawinala.

Sampai di sini saya merasa perhatian besar dari perusahaan besar sungguh berarti. Saya mengamini kata Presdir Mowilex yang mengatakan bahwa tak mudah memang untuk mempertemukan semua kepentingan dalam program seperti ini. Menurutnya CSR Mowilex menjadi momen yang mempertemukan semua kepentingan baik konsumen, karyawan dan para pemegang saham. Karyawan bangga bisa berkontribusi, konsumen senang dengan aktivitas sosial, dan perusahaan senang karena keterikatan dengan komunitas menjadi lebih kuat. Lebih senang lagi karena amanat para pendiri perusahaan tersampaikan, yakni menjalankan aksi sosial yang sudah menjadi tradisi sejak Mowilex berdiri 1970. 

CSR MOWILEX RAWINALA


Saya yang bukan siapa-siapa pun bersyukur menjadi bagian dari kegiatan ini. Bukan perkara mudah membantu difabel untuk memaksimalkan hidupnya dengan kemandirian. Ketika bantuan datang, sungguh ini menjadi perjalanan yayasan dan anak didiknya menjadi lebih berwarna. Terlebih lagi untuk penyandang Multiple Disability with Visual impairment (MDVI).

Berdasarkan referensi yang saya dapati, MDVI adalah mereka yang memiliki hambatan penglihatan disertai dengan hambatan lain baik pendengaran, intelektiial, fisik, emosi dan lain sebagainya. Dampak dari disabilitas ini antara lain kesulitan menerima informasi yang kemudian berdampak pada perkembangan di beberapa area utama, yaitu komunikasi, gerak, kognitif, sosial dan emosi, konsep dan citra diri. Butuh intervensi khusus untuk mengembangakan konsep, komunikasi dan gerakan pada anak dengan MDVI, misalnya tunanetra dan disabilitas intelektual, tunanetra dan hambatan konsentrasi, tunanetra dan hambatan perilaku, dan sebagainya. Mereka seumur hidup butuh pendampingan dari keluarga dan lingkungan. 

Rawinala dan empat panti lainnya di Indonesia, beserta guru dan pendamping sudah memberikan darmanya untuk membantu mereka yang terlahir sebagai difabel. Semoga selalu ada jalan bagi kita meninggalkan kebaikan untuk membantu sesama, seperti mereka. 





You Might Also Like

0 comments: