7 Hari Rekreasi di Bandung ala Duoraji

19.20.00 wawaraji 3 Comments


Bandung selalu punya tempat spesial di hatiku, entah bagaimana awalnya bisa begitu. Namun kuingat dulu sekali sewaktu kecil, aku beberapa kali diajak orangtua ke Bandung. Untuk apa? Aku tak ingin membahasnya sekarang nanti kalau siap mental kutuliskan ya. Bandung selalu penuh kenangan kehangatan persahabatan, sejak lulus SMA hingga usia matang. 

Dulu, kuingat betul, kuputuskan mengambil langkah berani, lepas jilbab padahal sebelumnya ngotot ingin pakai jilbab sejak SD hingga SMA. Keputusan masa galau ditemani sahabat yang mengerti tanpa menghakimi, Lidia Aryani namanya. Lidia punya tante di Bandung dan kami yang galau dengan perjalanan masing-masing, memutuskan liburan ke Bandung. Penuh cerita kala itu yang masih terekam sampai sekarang.

Begitu masa kuliah, aku juga pernah nekat ke Bandung bareng sahabatku Mila, mengejar impian menjadi pekerja media. Rekrutmen media yang dulu digawangi Wisnutama berlangsung di Bandung. Saat kuliah aku juga pernah ikut pelatihan jurnalistik di Bandung. Ah, banyak sekali cerita tentang Bandung yang makin berkesan setelah lulus putih abu-abu.




Kini, di usia matang, makin sering ke Bandung dan banyak teman bahkan sudah seperti keluarga di Bandung, berkat blogging dan komunitas Bloggercrony Community yang kudirikan sejak 2015. Bolak-balik Bandung urusan pekerjaan sampai dengan rehat ingin menyepi di tempat favorit, Warung Langit, Dago Pakar. 

Bahkan, dua tahun terakhir, liburan akhir tahun yang lebih awal sekitar November - Desember pertengahan, memilih destinasi Bandung.

Kalau 2017 kuajak serta BCN Squad, para pengurus inti BCC serta keluarga. Kini, 2018 kufokuskan bersama dengan para pengawas BCC dan keluarganya. Mereka orang penting dalam perjalanan BCC, Anwari Natari (bang Away) dan Bunda Intan Rosmadewi. 





Tujuh hari di Bandung menyisakan kehangatan di Bandung yang dingin. Enggak bisa move on dan bikin aku jadi punya resolusi 2019 yang baru dibuat, yakni hunting tempat ngopi enak di Jabodetabek. Kenapa? Karena di Bandung, selalu ada sudut cantik ciamik tempat ngopi sambil ngobrol juga kerja kreatif. Enggak heran kalau perjalanan blogging banyak kutemukan dari blogger di Bandung  juga penulis kreatif dari kota sejuk adem hijau yang jadi mood booster hasilkan karya. 

Jadi, ini loh yang #duoraji lakukan 7 hari di Bandung. Catatannya, punya banyak teman baik dan teman tulus yang jadi kayak keluarga. Tanpa teman tak mungkin 7 hari di Bandung bisa kulewati dengan irit berdua suami Satto Raji. Oya, ini pun dengan catatan, perjalanannya merangkap kerja dengan berbagai fasilitasnya seperti hotel dan sarapan.

Menyepi

Memilih destinasi perjalanan, aku tipikal yang lebih suka menyepi dari keramaian. Misal di Bali, alih-alih Kuta atau Seminyak, aku memilih ke Ubud. Lebih nyaman liburan atau rehat di suasana tenang, adem ayem hijau, sejuk segar udara, namun tetap banyak fasilitasnya. 


Desa Wisata Ciburial Dago Pakar Bandung


Di Bandung, aku pilih Dago Pakar. Tepatnya Desa Wisata Ciburial Bandung, lantaran punya teman baik yang seperti keluarga sendiri di Pesantren Al Quran Babussalam. Tebing Keraton jadi destinasi favorit di desa wisata ini, namun aku suka sekali ke Warung Langit melihat Bandung dari atas. Sejuk dingin dan sunyi menenangkan. 

Makanan (camilan) organik di Warung Langit bikin jadi nagih dan berasa makin sehatkan badan. Oksigen murni suasana menenangkan dan makanan organik, nikmat manalagi yang kau dustai? Gorengan pisang tetap ada dan kopi, tapi banyak juga minuman herbal yang bikin nyess hangatnya merasuki badan. 

Banyak lagi tempat menyepi sebenarnya. Di Jalan Cibengang, masih di Ciburial, banyak villa disewakan. Ada Sosis Kraton lengkap dengan kolam renang, yang sebenarnya enggak berani nyebur juga karena bisa beku badan. Juga rumah penginapan khusus tamu pesantren Babussalam yang uang sewanya untuk infaq. Salut dan berdoa untuk si empunya rumah dengan segala kebaikan hatinya. Rumahnya cantik dan ditata apik dengan sentuhan arsitek. Seperti menginap di rumah pohon karena tingginya hampir menyamai tinggi pohon di area perbukitan ini. 




Ada juga penginapan Bupati 91 yang pernah kami sewa untuk BCN Family Squad gathering akhir tahun 2017. Hijau rimbun pohon besar dengan udara dingin. Bikin enak tidur dan makan serta hangat karena inginnya kumpul bersama duduk dalam lingkaran. 

Ah banyak lagi tempat menyepi yang belum sempat kutelusuri satu per satu di Dago Pakar tepatnya Desa Ciburial. Butuh sebulan lamanya tinggal di sana barangkali untuk jelajah satu per satu.

Hangout Hunting Photo Spot 
Kumpul bareng teman, sambil ngopi, ngobrol dan foto-foto tentunya juga kesibukan lain yang enggak pernah membosankan di Bandung. Selalu ada tempat ciamik untuk hangout sekaligus hunting photo spot. 




Baik di Kabupaten sampai Kota Bandung, selalu ada spot menarik. Dari Ciburial di atas perbukitan sampai juga ke atas lagi di Punclut tepatnya Lereng Anteng, berlanjut di Jalan Braga jantung kota Bandung di Asia Afrika. 


Lereng Anteng - Dago Bakery Punclut 


Kopi Djawa yang hits di Braga jadi tempat bertemunya millenial. Kalau mau cari spot yang lebih cocok usia matang banyak pilihannya. Kemarin sih sempat ke Noah Barn dan menyenangkan suasananya, hangout elegan. 


Starbucks tetap jadi destinasi dengan bangunan tua khas Bandung yang terpelihara. Jadi, ada suasana beda meski merek ini sangat lazim di berbagai kota. 




Sepanjang mata memandang selalu ada cafe resto yang nyaman dan bikin ingin mampir. Kata suami, "Bandung beruntung karena udara mendukung, bikin tempat ngopi dan makan jadi rame karena butuh minum hangat atau makan enak".

Alhasil, begitu pulang ke Tangerang (tepatnya perbatasan Tangsel Bintaro BSD dan sekitarnya dengan JakSel dan JakBar), aku jadi keranjingan hunting tempat ngopi ala Bandung.  Ketemu beberapa tapi tetap tak bisa menyamai Bandung. 

Hiburan Seru
Banyak juga destinasi huburan seru di Bandung. Salah satunya Trans Studio Bandung yang enggak pernah membosankan. Sudah tiga kali aku ke sana dan selalu menemukan serunya liburan. Padahal permainan tak banyak yang baru namun konsep dan suasananya selalu seru. Makin seru karena masuk dengan tiket traktiran dari teteh jelita Nchie Hannie. 




Tiga kali ke TSB memang difasilitasi oleh beda orang, Alhamdulillah. Kenangan berkesan dengan anakku almarhum Dahayu bikin kadang melow, tapi segera klik tombol waras supaya gak bablas sedihnya.

Untuk liburan seru di kawasan Trans Mall bisa siapkan anggaran mulai Rp 500.000 per orang, untuk tiket masuk TSB dan makan juga jajan di kawasan ini. 












Destinasi lain bisa melipir ke Lembang dengan Floating Market. Bisa berperahu dan coba aktivitas seru di sana dan banyak tempat lain yang tak sempat kudatangi. Selalu bisa hibur diri di Bandung dengan banyak pilihan destinasi sesuai kata hati. Untuk makan kenyang dan belanja suvenir clutch unik bisa siapkan anggaran mulai Rp 150.000 berdua.

Kalau mau hiburan seru dan murah, jalan kaki telusuri Asia Afrika atau Braga, itu juga menyenangkan. Atau ke Taman Hutan Rakyat bisa jalan kaki sehat dengan biaya hemat.


Makan Enak Nikmat

Nah, ini entah karena faktor udara dingin yang bikin lapar atau memang makanan yang kutemui di Bandung selalu enak. Berkali-kali ke Bandung selalu mampir ke Bancakan di Gedung Sate meski kemarin tak sempat. Berkat teteh jelita Nchie Hannie dan Erry Andriyati, jadi cobain makanan Korea di Bandung, tepatnya di Fat Oppa. Enak dan segar, hangat karena masak ala BBQ. Cocok untuk Bandung yang dingin. 


Fat Oppa Kota Bandung



Floating Market Lembang






Kuliner di Floating Market Lembang juga enak. Banyak pilihan termasuk makanan khas Bandung seperti seblak dan cilok. Aku akhirnya menemukan cilok enak di Floating Market Lembang. 








Soal harga, semua makanan itu bisa dinikmati tanpa rasa menyesal kuras kantong. Selain harganya sesuai, dengan segala kenikmatan ya masakan dan suasana, urusan makan jadi menyenangkan.


Hangatnya Sahabat





Nah, tanpa teman sahabat yang tulus hati, liburan di Bandung barangkali akan standar saja. Bantuan teman yang menemani beri rekomendasi tempat juga tebengan memudahkan segalanya.

Oya, aku dan suami sengaja enggak bawa kendaraan pribadi ke Bandung karena enggak ingin bikin tambah macet. Kami berangkat naik travel dari Bintaro dan pulang naik kereta ke Gambir. Selama di Bandung pilihannya kalau enggak Gojek, Grab Car, Go Car dan tebengan teman baik teteh Nchie Hannie bersama kakak jelita Alaika Abdullah. Hemat dan hangat. 





Selain semua keseruan itu, tujuh hari di Bandung jadi bermakna karena bisa berbagi bersama para guru pesantren. Dua agenda fasilitator pelatihan menulis bersama Kemenkes RI dan BloggerHangout30 bersama Pesantren Al Quran Babussalam, membuat perjalanan jadi tambah bermakna.









Oya, Bandung juga bisa jadi destinasi perawatan diri. Kusempatkan mengunjungi pusat treatment yang berhubungan dengan personal care dan terapi. Salon kecantikan juga terapi sampai meditasi di satu klinik kolaboratif para dokter dan ahli di Lineation kawasan Pasteur. Hanya ada di Bandung meditasi ala bars difasilitasi klinik one stop service.

Kalau di Ciburial, kusempatkan perawatan badan teknik bekam. Juga sempatkan pesan madu langsung dari peternakan lebah. Madu dan bekam, dua cara menyehatkan diri yang diyakini berasal dari ajaran nabi.

Lengkap sudah tujuh hari di Bandung dan pulang dengan hati bahagia. Rasanya ingin hijrah saja ke bumi Parahyangan. Entah kapan, yang pasti ke Bandung aku akan kembali, lagi dan lagi. 


Sambil menunggu waktunya tiba, sudah bisa kupastikan resolusi 2019 aku salah satunya adalah menelusuri cafe asik tempat kerja kreatif yang setidaknya mendekati nyamannya hangout di Bandung. Hari 1-2/365 di 2019 sudah tiga cafe dan coffee shop yang aku dapati dengan suami. Takkan bisa menggantikan Bandung tapi setidaknya aku terhibur, sampai nanti kembali ke kota kesayangan di bumi Parahyangan.




You Might Also Like

3 comments:

Nchie Hanie mengatakan...

Ahaa, halo perempuan usia matang, jelitaaa..
Seneng banget liburannya berfaedah pake banget ya, alhamdulillah ada kesempatan bisa menemani di sela2 waktu senggang. Makasih banyak ya duo raji, senang banget.
And you know persahabatan maya itu nyata adanya, laaaf pokona mah.

Hayu, pan kapan ke Orchid Forest ngadem di sana, kemaren kesoreaaan nyangkot di FML..

wardah fajri mengatakan...

iyaaah OF dan Cartil konon katanya bagus juga. Yang enggak ada di JKT tuh yahh tempat ngupi ijo adem sejuk gitu looohhhhhh. aku merindu.

Fanny F Nila mengatakan...

kalo ke bandung aku selalunya lbh milih lembang, dan jrg turun ke bawah :D. pengen menyepi dr ramenya jakarta :). ga bosen sih kalo ke bandung, tp skr ini memang udh agak lama ga kesana sejak cikampek macet mulu hahahaha..