Buka Lahan Baru (Lagi) Saja

09.11.00 wawaraji 4 Comments


Sejak memutuskan menjadi pekerja mandiri/independent worker akhir 2015, saya sudah bersiap dengan berbagai rencana. Membuka lahan baru dengan bekal pengetahuan, pengalaman, jejaring,  dan reputasi/personal branding positif serta tentunya restu orangtua dan pasangan hidup. 

Banyak yang bilang saya ini perfeksionis.  Barangkali saya tak sadar karena kadang tak merasa demikian.  Barangkali karena saya pernah punya pengalaman yang bisa menjadi pembanding, ada orang yang lebih perfeksionis daripada saya.  

Satu hal yang selalu saya pegang dalam bekerja adalah tanggungjawab.  Bahwa saya harus menuntaskan tanggungjawab sebaiknya.

Tanggungjawab adalah amanah. Salah satu cara bertanggungjawab adalah menjaga kepercayaan.  Menjaga kepercayaan berdampak pada reputasi diri.  Karakter yang selalu saya pegang meneladani baginda nabi: shiddiq, amanah, tabligh, fathonah. 


Bertanggungjawab bagi saya adalah memaksimalkan kerja, menjalani proses sebaik baiknya.  Niscaya hasilnya baik dan membawa manfaat kebaikan. Soal apresiasi jangan jadi tujuan.  Karena betapa pun kita berbuat sebaiknya belum tentu berbuah apresiasi. Yang terpenting apa yang kita kerjakan sebaik baiknya bisa memudahkan orang lain yang membutuhkan tenaga/pikiran kita,  dan membawa kebaikan untuk sebanyak mungkin orang. 

Barangkali, karena begitu cara berpikir saya,  lantas banyak orang bilang saya perfeksionis. 

Baiklah,  tak ada salahnya berpendapat demikian.  Saya bisa salah.  Kamu juga bisa salah.  Jadi silakan berpendapat asal tak merasa paling benar sendiri saja. 

Nahhh,  berbekal karakter yang memegang tanggungjawab itu lah saya memulai perjalanan sebagai pekerja mandiri. Pertimbangan matang dan berserah menjadi langkah awal bekerja mandiri.  Self employed/independent worker/freelanceer apa pun sebutannya yang pasti saya berdiri di atas kaki sendiri, namun bukan untuk diri sendiri. 

Tentu bukan keputusan mudah untuk meninggalkan zona nyaman bekerja di perusahaan ternama dengan gaji cukup. 

Namun kebebasan waktu, finansial, pengambilan keputusan,  mengembangkan ide dan kreativitas menurut saya sudah bisa menandingi zona nyaman itu. 

Benar saja,  saya bahagia.  Bahagia menjadi pekerja mandiri yang semoga diberkahi jalannya karena tujuannya bukan untuk memperkaya diri.  

Ya!  Sejak awal bekerja mandiri,  mengawali dengan community development,  lalu pekerjaan kreatif lainnya terkait penulisan, blogging,  social media, content creator,  creative digital content,  digital ads juga digital marketing,  semua dijalankan dengan prinsip kesejahteraan bersama. 

Bekerja dengan berpikir bagaimana caranya semakin banyak orang/talenta menikmati kesempatan berpenghasilan dari dunia digital tak berbatas. Tentu saja dengan prinsip bekerja penuh tanggungjawab dan kehati hatian serta memegang teguh etiket. Bekerja dengan attitude positif, bekerja berakhlak. 

Kalau saja saya memikirkan diri sendiri,  bisa saja. Pekerjaan semuanya saya lakukan sendiri.  Penghasilan semua masuk ke pundi pribadi.  Tapi bukan itu tujuan saya bekerja mengawali perjalanan kemandirian ekonomi. 

Kalau bisa bergerak dan bertumbuh bersama kenapa tidak?  

Dua tahun berjalan, misi kebersamaan ini berjalan baik-baik saja.  Sampai akhirnya datang suatu keadaan. 

Keadaan di mana apa yang kita tanam belum tentu kita tuai.  Keadaan di mana lahan yang sudah dibuka dan digarap untuk kepentingan bersama,  ternyata menggoda pihak lain yang ingin menggarapnya.  

Barangkali muncul juga persepsi bahwa ketika saya memutuskan membiarkan lahan digarap bersama, dengan prinsip sejahtera merata sesuai porsi kerjanya,  rupanya dipersepsikan bahwa saya tidak bisa menggarap lahan. 

Keputusan untuk menggarap bersama,  mengajak mereka yang memang punya kompetensi,  mengatur dan mengarahkan,  untuk akhirnya semua kalangan dari pemula sampai pakarnya,  bisa menggarap lahan bersama,  tentu sesuai porsi,  adalah keputusan dengan penuh pertimbangan. 

Pertimbangan bahwa hidup saya bukan tentang diri sendiri tapi tentang kesejahteraan bersama.  Membagi kesempatan seluasnya.  Itulah prinsip community development,  community entrepreneurship,  social entrepreneurship, versi saya, di ranah digital. 

Sejahtera merata. Mirip prinsip koperasi tapi bedanya ini tidak ada iuran dan pembagian dividen.  Namun hasil kerja menggarap lahan bersama dibagi merata sesuai porsi dan kompetensi. 

Membagi pekerjaan kepada banyak orang bukan lantas menunjukkan ketidakmampuan saya bekerja. Saya profesional yang punya kemampuan/kompetensi,  dan saya bukan makelar. 

Keadaan yang bisa muncul kapan saja ini ternyata datang di tengah kesibukan.  Tuhan seperti sedang menegur untuk rehat sejenak di akhir tahun.  Pikir ulang bahkan mungkin juga mengajak saya memikirkan diri sendiri saja.  Pikirkan kesehatan mental dengan rehat dan piknik barangkali. 

Tapi akal saya tak bisa diajak berhenti berpikir.  Rehat sudah pasti karena saya sedang merencakan perjalanan wisata jiwa. Namun tentu ide kreatif dan semangat baru takkan bisa terbendung.

Waktunya berpikir menggarap lahan baru lagi. Lahan lain yang belum banyak tersentuh. 

Bukankah manusia dilengkapi akal untuk berpikir? Berpikir membuka lahan yang lebih menantang. 

Ah jadi ingat kisah ibuku puluhan tahun silam tentang lahan tanah di kampung halaman. Ibuku pernah mendapatkan lahan luas untuknya.  Lalu dengan penuh suka cita digarapnya lahan itu.  Dibuatnya menjadi lahan produktif.  Cantik katanya.  Sudah bagus dan potensial.  Susah payah mengurusnya.  Lalu tetiba saja lahan itu dijual tanpa sepengetahuannya.

Ibuku sudah membekaliku cerita tentang pedihnya bersusah payah menggarap lahan namun tak bisa menikmati hasilnya.  Bekal hidup keikhlasan dan keberserahan untuk kemudian melanjutkan hidup tanpa melihat ke belakang. 

Sekarang hanya ibuku yang masih memiliki utuh sisa lahan miliknya di kampung halaman itu. Selebihnya lahan sudah berpindah tangan ke pendatang. Hanya ibu dan ayahku yang bertahan eksis dengan keberserahan dan kerja kerasnya. 

Ibuku sudah membekaliku.  Serahkan semua urusan hanya kepada sang pemilik kuasa.  Serahkan DIA mengaliri kekuatannya kepada kita untuk bertahan dan menjadi lebih baik tanpa ambisi, berhasil membawa manfaat tanpa berusaha adu kuat apalagi dengan niat unjuk diri atau mengalahkan pihak lain.  

Baiklah,  jelang pergantian tahun,  barangkali waktunya buka lahan (lagi). 

You Might Also Like

4 comments:

Tia mengatakan...

wah.. hebat mba, berani mengambil keputusan untuk bekerja mandiri.

wawaraji mengatakan...

Keputusan yg prosesnya panjang kakaaak.

mira utami mengatakan...

Wahhh pengalaman Ibu dan doa ibu semoga menghasilkan keberkahan untuk anak-anaknya

wawaraji mengatakan...

Amiiin kak Mira Miut ... doa ibu bikin berkah