Menyepi di Pusat Kota, “Staycation” Swiss-Belhotel Yogyakarta

22.59.00 wawaraji 3 Comments


Pusat kota identik dengan hiruk pikuk dengan berbagai kesibukan dan rutinitas warganya. Barangkali situasi macam itu bisa didapati di kota bisnis seperti Jakarta dan sekitarnya, tempat saya mencari nafkah. Tapi tidak dengan Yogyakarta di awal April 2017.

Meski berada di pusat kota selama 21 jam, saya merasa “adem ayem”. Kok bisa? Bisa, karena memang saya “melarikan diri”, menyepi ke Yogya bersama suami, di hari kerja. Barangkali semua pekerja sedang asik di kantornya. Siswa sekolah serius belajar di kelasnya. Mahasiswa dan dosen asik berdiskusi di kampusnya. Sementara saya dan suami, asik mendekam di Deluxe Room Swiss-Belhotel Yogyakarta, selain menelusuri berbagai fasilitas di hotel bintang empat di kota gudeg ini.

Berjarak kurang dari 10 menit dari stasiun Lempuyangan, hotel Swiss-Belhotel Yogyakarta menjadi destinasi pertama dan utama kami saat berkunjung kilat ke Yogya. Kami sengaja naik becak, ingin menikmati kota Yogya setelah hujan. Sejuk udaranya, dan saya seperti bernostalgia.

Selalu ada rasa tak biasa setiap kali saya berkunjung ke Yogya. Ah, saya gagal mengingat kapan terakhir ke Yogya, yang pasti saya masih menyimpan foto anakku (almarhumah), yang sempat berpose di depan stasiun Yogyakarta. Tapi saya ingat betul, ketika dulu, pertama kali berkunjung ke Yogya, semasa SMP, saat acara perpisahan siswa. Yogya membekas sekali, karena itulah perjalanan terjauh yang pernah saya jalani di usia remaja. Beberapa kali mengunjungi Yogya, selalu ada cerita, dan cerita “staycation” di Swiss-Belholtel Yogyakarta melengkapinya.

Nikmat Makan dan Bersantai



Tujuan saya dan suami, berduaan saja ke Yogyakarta memang untuk menyepi sementara. Bertemu langsung dengan kolega, Ang Tek Khun, menjadi agenda pertamanya. Obrolan panjang yang menghasilkan banyak ide segar, diakhiri dengan bersyukur dikelilingi orang baik.

Sungguh, kami memang butuh “refresh” sejenak saja setelah lelah dengan banyak urusan beberapa minggu belakangan. Silaturahim yang dituntaskan dengan ucapan hangat mas Khun, membekas di kepala, bikin saya punya memori menyenangkan di Yogya, lantaran saya merasa nyaman, dan beri waktu untuk diri sendiri, istirahat sejenak saja dan menikmatinya dengan senang dan tenang.

Rasa senang dan tenang memang punya banyak pengaruh ke diri sendiri. Saya jadi menikmati setiap menitnya, termasuk urusan makan makanan yang biasanya tak selera di lidah, tapi justru jadi nikmat rasanya.  Waktu yang sempit, hanya 21 jam, juga bisa dimaksimalkan tanpa terburu-buru. Tak perlu banyak rencana perjalanan, cukup mengunjungi dua tempat yang memang sangat ingin kami datangi, meski sekadar foto tanda sudah menginjakkan kaki.





Lokasi Swiss-Belhotel yang strategis dari berbagai destinasi pejalan juga memudahkan segalanya.Cukup berjalan kaki ke Universitas Gajah Mada misalnya, atau beberapa menit saja berkendara ke Jalan Malioboro. Sudah dua itu saja destinasi kami selama di Yogya. Selebihnya, kami habiskan bersantai di hotel dengan fasilitas serba ada.

Lounge Kahyangan adalah fasilitas hotel kedua, setelah restoran Swiss-Café yang kami datangi, selain kamar tentunya. Usai menyantap menu makan siang promo April, Geprek Sudirman, kami putuskan ke Lounge di lantai enam. Suasananya tenang, bisa pijat relaksasi dan menyepi membaca buku, dengan pilihan bacaan pribadi atau yang memang sudah tersedia.


Tak sabar menelurusi fasilitas lain,kami menuju lantai 10, rooftop yang menyediakan lima fasilitas sekaligus. Bar dan café lengkap dengan live music, spa, gym, dan kolam renang  dengan city view.

Senin malam waktunya live music di Chadis Café rooftop Swiss-Belhotel Yogyakarta. Lengkaplah staycation saya dan suami, liburan kilat di hari kerja dengan fasilitas yang serba mendukung. 

Rooftop Swiss-Belhotel Yogyakarta ini laris diincar warga Yogya yang ingin mendapatkan ambience kekinian dengan suasana hangat dan romantis, tergantung bagaimana mempergunakannya. Saat malam hari kami menikmati rooftop, sampai esok harinya menggunakan fasilitas kolam renang, selalu saja ada warga yang datang bertanya fasilitas tempat untuk berbagai kebutuhan acara. Kalau saja saya jadi warga Yogya, tempat ini bisa saya rekomendasikan kepada kolega yang ingin mengadakan kegiatan apa pun, seperti ulang tahun, pernikahan, pertunangan, reuni, family gathering juga acara apa pun rasanya bisa digelar di sini, dengan variasi dekorasi menyesuaikan kebutuhan.


Saat lelah, kamar Deluxe berukuran 26 meterpersegi jadi tempat merebah. Lokasi hotel di kawasan strategis memang cocok untuk pebisnis yang membutuhkan kamar untuk tinggal selama berada di pusat kota. Meja kerja disediakan dengan fasilitas lengkap. Tak perlu membawa cadangan colokan, karena hotel sudah menyediakan. Biasanya, saya selalu antisipasi dengan membawa beragam tipe colokan supaya urusan pekerjaan yang kadang mendadak harus dituntaskan segera, tak terkendala. Saya pun biasa membawa kabel ekstra supaya bisa charging semua alat komunikasi. Rupanya segala antisipasi itu tak berlaku di hotel ini, karena meja kerjanya sudah dilengkapi dengan semua fasilitas itu.

Di kamar hotel pun, saya bisa terhubung dengan segala bentuk hiburan dan media sosial. Apa daya, seperti generasi milenial yang selalu terhubung media sosial, kamar ini menyediakan juga dengan Smart TV yang memberi akses ke  Youtube, Twitter dan Facebook. Rasanya baru sekali ini saya bisa menikmati fasilitas Smart TV. Gadget saya bisa istirahat sejenak, dan saya masih bisa akses media sosial lewat Smart TV. Jujur saja, saya merasa terhibur sekali dengan fasilitas ini. Lelah juga mata kalau terus menerus menunduk ke ponsel dan laptop. Saya jadi ingin punya satu di rumah, fasilitas yang satu ini.

Meski kamar hotel memang dirancang untuk pejalan yang praktis, terutama pebisnis, kamar ini masih nyaman dihuni untuk liburan keluarga. Masih cukup ruang untuk extra bed, dan banyak titip untuk selfie dan wefie di kamar, bahkan cocok untuk foto keluarga seperti yang saya lakukan bersama pasangan.

Layaknya fasilitas kamar premium, seperti yang pernah saya dapati di Ubud, Bali, kamar Deluxe ini juga menyediakan refreshment di coffee table, berupa buah segar. Senangnya, setibanya di kamar sudah disambut hidangan sehat yang dinikmati sambil bersantai di sofa. Silakan pilih saja, mau pemandangan tayangan Smart TV atau city view hanya dengan membuka jendela kamar sambil membaca buku kesayangan.


Nikmat santai di kamar saya dapati juga di restoran saat sarapan dan menemani suami berenang di rooftop. Saya hampir tak pernah makan roti, termasuk saat staycation di hotel sekalipun. Pilihan saya selalu makanan lain asal bukan aneka roti.

Entah kenapa, selera makan saya berubah di Swiss-Belhotel Yogyakarta. Saya kok memilih sarapan dengan roti, dan menikmatinya. Meski begitu, aneka hidangan tradisional termasuk gudeg, bubur sumsum, tetap saja menggoda selera. Tak semua sempat saya cicipi, tapi yang pasti aneka makanan khas nusantara dan western, tersedia. Soal rasa, saya sih cocok dengan masakan hotel bintang empat ini. Meski masih terheran-heran, kenapa saya bisa begitu menikmati makan roti.




Soal fasilitas yang memanjakan tamunya, hotel ini juga menyediakan kolam renang dan spa. Untuk spa, baiknya reservasi begitu tiba, karena spa berkapasitas dua kamar ini ternyata banyak peminatnya. Fasilitas jacuzzi di spa bikin pengunjung tambah betah sepertinya. Gagal spa karena terlambat reservasi, saya masih bisa menikmati area rooftop dengan santai di tepi kolam renang dengan banyak sudut menarik untuk berfoto.



Menurut saya, hotel ini memang dirancang untuk menjadi tempat berfoto, lantaran begitu banyak detil diperhatikan. Saya suka sebuah lorong di area meeting room, juga tangga yang dirancang dengan interior klasik. Hotel ini memang identik dengan keramik dan gaya modern klasik, dilengkapi unsur tradisi Jawa. Di lobby misalnya, ada piano klasik yang bisa dimainkan tamu dengan leluasa, juga lampu kristal megah yang cantik dengan atap tinggi, juga ada gamelan lengkap dengan pemusik pelestari tradisi.

Kesan tradisi lain yang menjadi perhatian saya adalah gaya busana guest relations sejak pintu lobby hotel dibuka, front officer, dan petugas di restoran. Baik perempuan dan laki-laki semua pakai baju seragam dengan unsur batik, dan aksesori di kepala khas Jawa. Jadi, tepat sekali kami datang untuk menyepi, di hari kerja, meski hanya 21 jam saja di Yogyakarta.









You Might Also Like

3 comments:

Uwan Urwan mengatakan...

Aihhh.. Tempatnya kecee.. Patut dicoba nih kak kalo ke Jogja....

wardah fajri mengatakan...

info aja kalau di Yogya, kali aja aku bisa kenalin #eh

Senang sekali bisa menikmati hari berdua alias menyepi sebentar dari kebisingan Jakarta ya mba :)
Tempatnya asyik banget. Wah waktu itu kita nggak ketemuan ya mba :)