Bagaimana Malaysia Mendukung Desainer Muda Pemula

11.32.00 wawaraji 6 Comments




Malaysia Fashion Week #MFW2016 membawa banyak cerita bagi saya. Untuk kali pertama saya ke Malaysia, setelah sebelumnya (sewaktu masih menjadi pewarta) kebagian liputan luar negeri bolak balik Singapura. Datang ke negeri orang bagi saya memperkaya pengalaman, apalagi jika memang ada misi khusus ke sana, membawa pulang banyak cerita. Selain, karena saya hobi banget networking, bergaul dan berbaur dengan teman-teman lintas bangsa sungguh mengesankan, jadi banyak belajar dan menambah lagi level toleransi.

Meliput pekan mode bukan hal baru karena memang dulu saya bekerja sebagai wartawan media online, khusus Lifestyle. Kompas Female sebuah kanal di Kompas.com membuka begitu banyak kesempatan dan pencapaian.

Beragam pekan mode di Indonesia sudah saya telusuri, bahkan merasa menjadi bagian darinya, terutama Indonesia Fashion Week (IFW). Bersama teman-teman baik dari kalangan wartawan, desainer, fotografer, pelaku UKM, meliput pekan mode di Indonesia menjadi kesenangan baru dan fashion muslim kemudian menjadi perhatian khusus saya. Beruntung bisa punya teman yang sudah eksis di ranah internasional Franka Soeria, juga teman-teman yang kini aktif di IFC Lisa Fitria dan rekan.

Kesempatan kemudian datang dari Malaysia Fashion Week, yang diadakan oleh Matrade, berlangsung 2-5 November 2016.  Matrade (Agensi Perdagangan dan Promosi Malaysia) berada di bawah koordinasi Kementerian Perdagangan Internasional dan Industri Malaysia atau MITI. Bekerja sama dengan Stylo Internasional, didukung oleh Mercedes-Benz, Matrade menggelar MFW 2016 untuk kali ketiga berlokasi di Matrade Exhibition & Convention Centre (MECC), berlokasi di Jalan Sultan Haji Ahmad Shah, Kuala Lumpur.


Soal bagaimana bisa mendapatkan kesempatan ini, akan saya kupas di artikel terpisah nanti yaaaa. Kali ini saya mau membahas mengenai satu fakta yang saya telusuri bersama tiga blogger lainnya, Suci Santy Risalah, Zata Ligouw, Yayat di MFW2016.


Dukungan kepada Desainer Muda
Modest wear atau busana santun, termasuk di dalamnya busana muslim yang serba tertutup, menjadi perhatian khusus Malaysia Fashion Week 2016. Artikel saya sebelumnya mengupas soal keseriusan mereka menggarap sektor ini: Cara Malaysia Garap Serius Modest Wear Lewat MalaysiaFashion Week 2016 

Malaysia gerak cepat melihat besarnya potensi modest wear, seiring bertumbuhnya komunitas muslim mancanegara. Selain Indonesia yang memang sudah menjadi mitra, China juga menjadi sasaran Malaysia berikutnya melihat modest wear juga mulai tumbuh di sana.


Modest wear dan potensi muda kemudian menjadi andalan Malaysia mendongkrak sektor fashion dan industri kreatif negerinya. Di panggung mode Malaysia Fashion Week, banyak potensi muda negeri Jiran yang mendapatkan tempat berpromosi, dengan dukungan penuh pemerintah Malaysia.

Saya menyaksikan sendiri koleksi desainer muda Malaysia, terutama Modest Wear, di hari kedua MFW 3 November 2016. Dari runway, saya menikmati koleksi dua desainer yang menurut saya memiliki konsep desain yang matang, cutting busana yang rapi dan kekinian, dengan motif yang juga modern. Meski sama-sama membuat koleksi ready to wear,mereka berbeda gaya, kalau Salina Sulzaily (21 tahun)  lebih kepada rancangan urban look dengan menonjolkan koleksi jaket, Tuhfah (25 tahun) lebih ke terusan yang juga bisa difungsikan seperti gamis, gaya etnik.

Saya  pun sempat berbincang langsung dengan desainer berbakat Salina. Menurut Salina, Matrade banyak memberikan dukungan untuknya. MFW 2016 adalah kali pertamanya mengenalkan koleksi buatannya sendiri. Sebagai pendatang baru, Salina merasa mendapatkan dukungan penuh dari slot show hingga booth yang diberikan gratis.


Menurut Salina ada sekitar 30 desiner muda yang diberikan booth gratis dan dikumpulkan dalam satu area khusus. Salina mendapatkan booth berdampingan dengan Tuhfah.
Booth di pameran menjadi penting karena setelah calon buyer atau penggemar mode melihat koleksinya di fashion show, mereka bisa langsung bertransaksi atau setidaknya berkenalan dengan desainer di booth.



Benar saja, booth yang didapatinya membuka kesempatan bertemu buyers. Lantaran koleksinya masih terbatas, dan made by order, maka potensi transaksi datang dari kalangan startup yang daya belinya juga tidak sebesar departemen store misalnya. Selain juga karena startup biasanya mencari koleksi yang beda dan unik, tidak pasaran, punya karakter, dan koleksi Salina memenuhi kebutuhan itu. Di samping juga harga yang berkisar antara 300 RM dan di bawah 1000 RM.

Salina pun berharap bisa mendapatkan kesempatan lebih luas ke depan. Termasuk tampil di ajang fashion luar negeri. Ketika ditanya mengenai fashion week di Indonesia. Salina mengaku belum pernah datang melihat langsung dan berharap akan datang kesempatan untuknya saling belajar dari negara lain.

You Might Also Like

6 comments:

tati hidayat mengatakan...

Wahhh kereeen yaaah mba Wawa masih muda sudah berprestasi, ikut bangga

wawaraji mengatakan...

iya 21 tahun udah dpt kesempatan gitu yaah semoga desainer muda Indonesia juga diberikan banyak peluang

Dina Mardiana mengatakan...

Aku baru tau Malaysia juga punya event fashion week secara rutin. Lebih gedean mana Mba skalanya dengan JFW?

Satto Raji mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
wawaraji mengatakan...

Hai mbak Dina...makasih dah mampir. Iya baru ketiga kok mbak, mereka masih terbilang baru jadi beda sih sm JFW. Tapi bedanya juga, pameran dagangnya aktif di MFW, desainer berkesempatan ketemu buyer, itu jg penting jd dagangan laku gak sekadar fashion show.

Gena Lysistrata mengatakan...

Wahhh mba, koleksi designer muda sana juga ciamik2 ya..dan saya salut bgt sih sama upaya supportif dari pemerintah malaysia..sampe ngasih booth gratis ya..padahal mungkin kalau di indo, untuk masuk atau punya booth di acara bergengsi, harus rogoh kocek dalam2 atau harus sudah punya nama besar..hmm..bisa ditiru yg positifnya..thanks for sharing mba wawa