Bukan Hanya Warga, Dokter Juga Minta Pelayanan Kesehatan Maksimal

23.00.00 wawaraji 3 Comments


Bicara soal pelayanan kesehatan, dari Puskesmas hingga Rumah Sakit, sampai pelayanan khusus di ICU sudah pernah saya  rasakan. Pengalaman mengurus bapak yang harus dirawat dan operasi hernia pada sekitar 2007, lalu berlanjut belasan tahun kemudian merawat almarhum anak saya yang setiap tahun harus dirawat di Rumah Sakit dengan beragam penyakitnya, hingga akhirnya meninggal di ruang ICU atas kehendak Tuhan.

Saya adalah orang yang sangat percaya perawatan medis, dibanding alternatif. Bagi saya, dokter adalah perantara maksimal yang bisa jadi ikhtiar warga saat sakit. Karena dokter punya ilmunya, belajar dalam proses panjang di sekolah kedokteran, dan punya kode etik profesi. Apalagi ada perkumpulan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang memonitor anggotanya.

Meski sangat percaya perawatan medis, saya juga kerap kritis dengan tenaga medis dari administrasi rumah sakit, dokter, dan perawat. Bagi saya, adalah tugas mereka melayani pasien yang wajar saja kadang pasien panik dengan kondisi apa pun yang dialaminya.
Keluhan, ocehan, dan kritik sampai sikap pasrah sudah pernah saya rasakan kalau urusan medis. Masalah kesehatan di Indonesia memang punya banyak catatan penting. Hanya saja, kadang kami, para pasien, memang mau tak mau harus pasrah karena awam. 
Kalaupun agak cerdas tetap saja tak punya pengetahuan utuh tentang pengobatan, perawatan dan apa pun terkait kondisi penyakitnya.

Rasanya sudah menjadi rahasia umum kalau warga berkeluh kesah atas pelayanan rumah sakit, dokter, perawat dan sebagainya. Namun pikiran saya mulai sedikit bergeser setelah mengikuti aksi damai IDI di Hari Dokter Nasional dan  perayaan HUT IDI ke-66 pada 24 Oktober 2016 lalu.

Melalui lini masa saya pantau aksinya. Lalu karena punya teman jurnalis, saya pun jadi punya akses informasi untuk mendapatkan keterangan lebih lengkap mengenai latar belakang aksi damai IDI ini.



Sebenarnya Aksi Damai IDI 24 Oktober 2016 menyuarakan reformasi kesehatan dan reformasi sistem pendidikan kedokteran  yang pro rakyat. Tujuan utamanya adalah melahirkan sistem pelayanan kesehatan yang pro rakyat, pro warga.

Membaca keterangan Pengurus Besar IDI lewat siaran berita, saya jadi berpikir ulang. Ternyata bukan hanya warga yang “protes” rendahnya pelayanan kesehatan. Kalangan dokter pun mengeluhkan hal yang sama. Hanya saja mereka tidak banyak bicara karena mungkin sudah sibuk harus menjadi perantara menyelamatkan nyawa. Hingga akhirnya momen HUT ke-66 yang bertepatan dengan Hari Dokter Nasional, menjadi cara menyuarakan isu di kalangan dokter dan kesehatan pada umumnya.



IDI Dukung Program JKN
Satu catatan penting yang saya soroti adalah PB IDI mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau sederhananya dokter dukung BPJS yang menjadi bagian Nawacita. Sesuai Peraturan Presiden No. 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) yang selanjutnya diterjemahkan secara teknis dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019.

Pernyataan ini menjawab kecurigaan saya sebelumnya bahwa dokter tidak mendukung BPJS karena sepertinya pelayanannya tidak maksimal kalau pasien datang dengan JKN atau awam biasanya sebut BPJS.

Ternyata, ada kondisi di kalangan dunia medis yang orang awam tidak selalu tahu atau paham barangkali. IDI menyebutkan ada situasi akut dan kritis antara lain:

  1. Krisis pelayanan kedokteran di era JKN
IDI punya beberapa catatan soal pelayanan kesehatan dengan JKN. Seperti alokasi pembiayaan obat bagi pasien terlalu kecil. Alokasi obat yang minim ini ternyata menyulitkan dokter memberikan obat dan penanganan terbaik bagi peserta BPJS dari kalangan rakyat miskin. Catatan lainnya, ternyata otonomi daerah juga punya andil terhadap penerapan JKN. Bahkan disebutkan IDI ada kendala terkait otonomi daerah yang berdampak terhadap penerapan JKN atau pelayanan kesehatan pasien BPJS. Hal lainnya adalah kurang sinkronnya aturan BPJS dengan standar profesi.
IDI juga mencatat masih minimnya fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) terutama obat dan alat kesehatan (alkes) yang sebenarnya dokter butuhkan untuk menegakkan diagnosis. Belum lagi pembiayaan kesehatan yang di bawah standar pembiayaan profesi untuk fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut (FKTRL).
Pajak tinggi atas alkes juga ternyata jadi isu sehingga beban biaya kesehatan jadi ikut tinggi. Ternyata banyak persoalan dunia medis yang pada akhirnya membuat masyarakat, warga biasa, orang awam yang tak paham urusan medis, merasa tidak mendapatkan pelayanan maksimal, apalagi pasien BPJS.

  1. Krisis pendidikan kedokteran
Persoalan pendidikan kedokteran untuk mencetak tenaga medis andal juga menjadi catatan penting IDI. Soal ini barangkali hanya mahasiswa kedokteran dan dokter-dokter yang sudah melampaui tahapan pendidikan itu yang paling paham.
IDI mencatat perjalanan panjang pendidikan kedokteran semakin lama dan makan biaya tinggi dengan adanya upaya pemerintah membuka program studi Dokter Layanan DLP. Menurut IDI, langkah pemerintah ini bentuk pemborosan dalam pendidikan kedokteran dan tidak tepat sasaran jika tujuannya meningkatkan pelayanan primer dalam rangka mendukun program JKN.

  1. Krisis penyebaran dokter tidak merata dan kurangnya dokter spesialis
Kalau pernah mempertanyakan kenapa dokter memilih bekerja di kota besar dan tidak menyebar di daerah, mungkin jawabannya beragam. Tapi IDI punya alasan, bahwa dokter tidak tersebar merata karena minimnya infrastruktur dan dukungan sarana prasarana untuk mencapai standar pelayanan maksimal. Ini berdampak pada mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia.

Dokter spesialis jumlahnya juga tidak banyak karena biaya pendidikan yang mahal dan keterbatasan kursi. Ini terjadi karena sistem pendidikan dokter spesialis di Indonesia menganut University Based bukan seperti negara maju Hospital Based.  Di luar negeri, dokter umum yang ingin menjadi spesialis tidak mengeluarkan biaya pendidikan tambahan tapi justru dibayar karena kerjanya selama proses pendidikan. Semestinya cara ini bisa menjadi pertimbangan di Indonesia demi melahirkan lebih banyak dokter spesialis yang dibutuhkan pasien.

Dengan berbagai catatan tersebut, IDI pun tegas menyatakan menolak Program Studi Dokter Layanan Primer lewat aksi damainya. Peningkatan kualitas dokter lewat pendidikan kedokteran yang lebih baik juga menjadi perhatian utama lainnya dari PB IDI.

Ternyata melihat masalah dunia medis dan kesehatan di Indonesia, memang harus dari berbagai sudut pandang. Bukan hanya warga yang mengeluh, dokter pun punya kendala. Kalau sudah begini kembali persoalan kepada pemerintah sebagai regulatornya, Kementerian Kesehatan bahkan Pemerintah Daerah pun punya andil. Kepada siapa  mereka berpihak? Warga/pasien/rakyat, atau siapa?



3 comments:

Hibur Diri Nonton “Me VS Mami” Sambil Nikmati Indahnya Padang

23.08.00 wawaraji 2 Comments

www.sattoraji.com



Sudah lebih dari tiga kali saya menonton film Indonesia produksi MNC Pictures setahun terakhir. Banyak sebenarnya catatan saya, sayang, kesulitan membagi waktu membuat saya tak menuliskan lengkap semuanya. Catatan utamanya, semakin saya nonton, semakin saya menikmati film-filmnya.

Film terbaru MNC Pictures yang tayang di bioskop sejak 20 Oktober 2016 lalu adalah “Me VS Mami”. Saya sudah mengetahui film ini jauh hari sejak awal tahun. Barangkali saat saya dengar informasi itu dari orang terpercaya, filmnya sedang dalam proses produksi. Ketika akhirnya film hadir di layar bioskop, saya pun jadi makin penasaran. Sayang tak bisa ikut nobar bersama BloggerCrony waktu itu. Akhirnya saya bisa menyaksikan sendiri persis tanggal 20, hari pertama film ini tayang di bioskop.

Saya sangat menikmati film tentang hubungan ibu dan anak perempuan remaja ini. Sederhana saja kisahnya, tentang ibu bekerja yang sukses dengan kariernya. Sukses karena dia bisa membeli apa saja yang dia mau apalagi untuk anak semata wayangnya. Bentuk perhatian orangtua yang sibuk bekerja demi anak katanya, meski kadang yang anak butuhkan cukup perhatian penuh dan utuh. Jadi sebenarnya ibu bekerja itu untuk siapa? Dirinya sendiri atau anaknya, keluarganya? Akhirnya pertanyaan itu muncul dengan mengikuti kisah ini.

Sederhana kan ide ceritanya? Tentang cerita ibu dan anak yang kerap ditemui di dunia nyata. Banyak, saya bilang banyak sekali cerita seperti ini dalam kehidupan nyata. Termasuk cerita tentang ibu modern yang protektif dengan anaknya, dan akhirnya cenderung “berisik” dengan omelan tiada hentinya.

Official Trailer https://www.youtube.com/watch?v=m-BZd60DJd8


Saya sebenarnya agak terganggu dengan ceriwisnya si ibu, dan omelan yang bawel dari sosok ibu yang diperankan dengan sempurna oleh Cut Mini. Cut Mini memang cocok sekali memerankannya, Bukan karena karakternya sama, saya yakin aslinya Cut Mini tidaklah demikian, tapi memang karena Cut Mini adalah pemeran watak yang berkualitas.

Setelah sebelumnya menonton film lain “Athirah” dengan Cut Mini sebagai pemeran utama, sosok ibu yang kuat, tangguh, tegas, cekatan, perempuan yang elegan mengutamakan keluarga di atas segalanya. Lalu melihat Cut Mini berperan ibunya Mira (diperankan Irish Bella), sosok ibu masa kini sukses karier dan berusaha menyeimbangkan peran ganda. Saya melihat Cut Mini semestinya sih bisa menang penghargaan FFI nanti untuk aktris wanita.

Terlepas dari kehebatan peran Cut  Mini, yang juga jago improvisasi. Film Me VS Mami, dengan cerita yang umum ditemui di dunia nyata, terasa berbeda dan lebih kaya. Film drama komedi ini ringan dan menghibur, setidaknya berhasil menghibur saya, membuat saya tertawa saat menyaksikannya langsung di bioskop. Meski sebenarnya ibu dan anak di film ini tidak sedang melawak, namun bagaimana mereka membawakan cerita dan konflik ibu anak masa kini, mengundang banyak tawa.

Ringan dan menghibur, itu kesimpulan saya. Dan yang paling saya apresiasi adalah, MNC Pictures tak banyak memainkan adegan-adegan bersponsor yang kerap menganggu nikmatnya menonton film Indonesia, seperti yang sudah saya temui sebelumnya.
Pemilihan lokasi syuting dan setting di Padang menurut saya langkah cerdas untuk memperkaya“rasa” pada film dengan isu sederhana ini.

Cerita film ini jadi lebih kuat dan mengena, dengan situasi perjalanan ke Padang. Untuk apa mereka ke Padang, Anda harus nonton sendiri. Yang pasti akhir film ini menuntaskan tujuan mereka ke Padang, dengan kejutan di ujung ceritanya. Kejutan yang bikin saya merasa mengganjal, kurang jelas akhir ceritanya. Meski saya sadar memang sengaja penulis cerita membuatnya menggantung. Barangkali akan ada Me VS Mami II atau dilanjutkan lagi lewat FTV barangkali sesuai asal muasal film yang memang berawal dari FTV dengan judul sama. Entahlah, barangkali akhir cerita film bisa lebih mengena jika dibuat lebih dramatis. Nonton sendiri saja yaaa untuk menilainya.

Sumber: Official Trailer https://www.youtube.com/watch?v=m-BZd60DJd8

Menikmati Padang
Saya selalu percaya perjalanan akan membongkar karakter seseorang, atau bisa memberikan pelajaran berharga bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Itulah juga yang didapatkan dari perjalanan ibu dan anak perempuan dalam film ini, ke Padang.
Keduanya jadi punya cerita yang mengubah hubungan, bahkan membuat hubungannya lebih baik lagi dari sebelumnya. Tentu ada konflik ada perselisihan ada amarah juga ada komedi. Itulah serunya perjalanan.

Perjalanan semakin seru dengan latar alam Padang. Indahnya. Saya paling suka cerita film yang mengeksploitasi alam Indonesia dalam makna positif. Membuat saya menerawang jauh, ingin menjelajah Padang, mengarungi Indonesia.

Bukankah film semestinya memang memunculkan gairah kecintaan pada negeri sendiri? Entah tentang isi filmnya atau latar lokasi syutingnya. Saya jadi ingin mewujudkan impian ke Padang, kota di Indonesia yang memang belum pernah saya singgahi.

Bagi yang kampung halamannya di Padang, film garapan sutradata Ody C Harahap ini rasanya akan mengobati rindu, nostalgia, atau mungkin bikin sedih karena entah sudah berapa lama belum kembali ke sana.

Salut, pada akhirnya saya bilang, film ini bisa mengangkat Indonesia lewat kisah ibu dan anak yang berusaha mencari makna hubungan mereka. Lewat komedi, lewat omelan ibu, lewat keluhan anaknya, lewat kisah remaja yang jatuh hati, lewat perempuan masa kini yang selalu berkutat dengan peran gandanya, juga single mom yang harus berjuang untuk anaknya.

Official Trailer https://www.youtube.com/watch?v=m-BZd60DJd8


Menarik untuk ditonton. Segera beli tiket ke bioskop sebelum film Indonesia tergusur film lain. Semoga sih umurnya lebih panjang dan itu bergantung kita, orang Indonesia, seberapa besar apresiasi kita terhadap karya negeri sendiri.

Kalau ditanya skor film, bukan kebiasaan saya memberi nilai film, saya hanya penikmat bukan juri film Indonesia. Saya hanya berbagi rasa saja lewat tulisan yang entah bisa disebut review film atau bukan. Silakan datang ke bioskop kalau memang mau mendukung Film Indonesia, buktikan sendiri, rasakan sendiri, nilai sendiri, berkomentarlah kemudian dari pengalaman pribadi bukan sekadar dari bacaan atau pun kata orang.

Happy Watching! Saya sih happy karena merasa terhibur setelah menonton film yang juga  dibintangi oleh Dimas Aditya, Mike Lucock, Piere Gruno, Gading Marten ini.

www.sattoraji.com

2 comments:

Bersihkan Makam Ganti Bunga Segar Sungguh Jadi Terapi

00.02.00 wawaraji 47 Comments


Sejak Agustus 2016, saya punya kebiasaan baru. Kebiasaan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Tak ada satu pun ibu mau bertukar tempat dengan saya. Kebiasaan datang ke makam, bersihkan makam, menyapu, mengganti bunga segar di pot kecil, menabur bunga, berkomunikasi.

Saya menerima dan menjalani ketentuan Allah dengan terus belajar ikhlas yang tak selamanya mudah. Ya, 6 Agustus 2016, anakku Dahayu dimakamkan di tanah pemakaman keluarga besar ibuku, neneknya, di sebuah jalan bernama Jl. Pemuda, Kreo Selatan, Larangan, Tangerang, Banten, Indonesia. Saya mau cerita soal makam ini dulu sebelum cerita kebiasaan baru itu. 

Dahayu, anakku, usianya 3,5 tahun barangkali jadi yang termuda di makam bersemanyam dari 10 pendahulunya. Area makam itu sudah ada sejak saya kecil barangkali. Tanah keluarga ibuku. Investasi masa depan keluarga kami. Ada kakekku, ayah ibuku, sepuh dan tokoh di kampung kami, kampung Betawi Kreo. Ada nenekku, pamanku, bibiku, semua dari garis keluarga ibuku. Ada juga sepupu tertua kami yang sangat kami segani. Dari garis keluarga terdekat, ada dua anak kecil dimakamkan di sana, kakak Dika, anak sepupuku, meninggal di usia lima tahun setelah berjuang dengan Cerebral Palsy. Lalu menyusul anakku, Dahayu Hadiya Raji meninggal atas kehendak Allah melalui penyakit Syok Septik (sepsis). 

Masih ada beberapa tempat, semoga tersisa untukku, disamping Dahayu nanti. Ini bukan pesimisme atau bukan bentuk tak bersyukur atas karunia hidup. Tapi kita semua menunggu waktu pulang bukan? Aku hanya berharap tempat itu tersisa untukku, di samping Dahayu agar kubisa memeluknya di bumi dan di langit nanti.

Kebiasaan yang Jadi Terapi Diri
Pemakaman keluarga itu biasanya hanya kudatangi setahun dua kali, Idul Fitri dan Idul Adha. Kami rutin berziarah ke kakek nenek bersama seluruh saudara, cucu dan cicitnya. Kebiasaan atau tradisi barangkali yang selalu kami jalani.

Berdoa memang bisa di mana saja, namun datang ke makam sebenarnya mengingatkan kita yang masih diberi hidup untuk berbuat baik di dunia. Sebagai pengingat bahwa semua dari kita akan mati, terkubur di sana, tak berdaya, dan kembali urusan pribadi mempertanggungjawabkan semua ucapan, perbuatan, niatan kita. Allah Maha Tahu, tak ada yang bisa saling menghakimi siapa lebih berat pahalanya dari siapa. Hanya Tuhan yang tahu semoga kita tidak masuk dalam golongan orang sok tahu yang saling menuding, merasa paling tahu paling benar bahwa dirinya yang diberkati Tuhan. Tak ada yang tahu sebenarnya, semoga kita bisa menjaga diri untuk tidak menilai sesama karena penilaian hanya milik Allah semata.

Kembali ke kebiasaan baru. Datang ke makam anakku. Saya tidak melakukannya setiap hari. Alhamdulillah Allah alirkan kekuatan kepada saya dan Satto Raji, suamiku. Kami saling menguatkan. Allah izinkan energi kebaikan mengalir ke dalam diri kami. Kami kuat menerima ketentuan kami masih diberikan kekuatan mengatasi kesedihan, kepiluan kami lebih tepatnya. Berpisah, bukan kehilangan, dengan anak kami semata wayang. Anak yang kami tunggu dengan sabar kehadirannya, sekitar empat tahun dari pernikahan kami. 

Kami masih kuat untuk mengatasi rindu dengan berbagai cara. Datang ke makam salah satunya. Cara lain beribadah di rumah, berkumpul keluarga, bersilaturahim dengan teman dan kerabat yang tak hentinya memberikan dukungan sampai seminggu masa berduka.




Saya selalu ajak suami 2-3 hari sekali ke makam. Tanahnya masih basah. Kami hanya ingin "bertemu" saja. Mengganti bunga segar yang kadang memang hanya tahan 2-3 hari saja. Bunga sedap malam kesukaaan saya wajib beli. Ditambah bunga segar lain yang indah warnanya. Lalu bunga tabur yang menghiasi makam kecil itu.

Menghias makam mengatasi sedihku. Selain kami berdoa. Saya hampir jarang menangis di makam. Saya malu menangis di depan umum. Namun jangan tanya kalau saya sedang sendiri, di kamar, atau di kamar mandi, tangisan pilu takkan bisa tergambarkan lewat tulisan apa pun.

Saya jadi punya kebiasaan bersih-bersih makam. Menyapu makam dari sampah daun kering. Saya jadi punya pandangan lain tentang makam. Saya melihat pemakaman sebagai tempat yang sejuk. Tempat yang mengingatkan kita akan waktunya saat kita tak berdaya dan Allah lah penguasa jiwa.

Sampai 14 hari kebiasaan itu terus saya jalani. Keluarga mungkin maklum, saya masih rindu. Bahkan tempatku berbagi nun jauh di sana, Bunda Intan Rosmadewi di Bandung, yang punya pengalaman mirip tapi tak sama dengan saya, mengatakan, "Kalau memang itu bisa membantu tak apa" kalau tidak salah waktu itu sedang bercerita tentang kebiasaan mengganti bunga segar di makam anakku.

Sekitar 40 hari aktivitas di luar rumah makin tinggi. Saya mulai mengisi hari dengan aktivitas bekerja karena terlalu lama di rumah, membuat saya yang aktif, mulai merasa tak nyaman. Kebiasaan ke makam makin berkurang seminggu sekali. Saya mencari bunga yang tahan seminggu. Langganan saya seorang nenek penjual bunga di TPU Joglo. Dia baik, suka memberi saya bonus sedap malam. Tak pernah bertanya untuk siapa tak pernah bertanya makam siapa. Sepertinya dia memahami kepedihan hati saya.

Saya makin sibuk, menyibukkan diri, dengan pekerjaan yang sebenarnya pengalih perhatian. Sampai akhirnya lebih dari seminggu tidak ziarah makam. Ditambah lagi sakit tak berdaya, 12 hari lamanya, tak sanggup membawa badan kecuali hanya bolak balik kamar dan toilet saja.

Sakit fisik yang saya yakin ditambah psikis. Rindu Dahayu seperti tak tertahankan. Entah bagaimana menggambarkannya. Yang pasti saya kerap tak bisa menahan tangis kadang tangisan itu meledak dan tak bisa berhenti. Entah di mana akal sehat. Hanya doa dan ingat Allah yang menyebuhkan meski tak hilang  pedih hati.

Sehari setelah merasa lebih baik, sehari setelah pulang dari Rumah Sakit, saya ke makam, sendirian. Sengaja tak mengajak suami yang harus menuntaskan pekerjaan tertunda. Saya beli bunga sendiri, bunga tabur,  kalau bunga pot saya menggantinya dengan bunga imitasi karena tahu akan meninggalkan makam lebih dari seminggu. 

Benar saja, sampah daun kering menutupi makam anakku. Aku juga beli sapu di pasar. Senang melihat makam bersih, rapi, dengan taburan bunga segar. Kali ini saya menangis. Saya menangis di makam sambil membersihkan daun kering. Tapi saya merasa nyaman dekat keluarga di makam itu. Kembali saya teringat, semua akan sama nasibnya, takdirnya, kembali ke pemilik jiwa, hanya perlu sabar menunggu waktunya.

Ya, kalau saya, untuk kondisi saya saat ini, saya memilih kata sabar menunggu waktu saking inginnya bertemu Dahayu. Meski tak ada jaminan saya bisa segera bertemu, saya  belum tentu pantas menuju surga tempat anakku berada. Siapa lah saya bisa menikmati surga dengan mudahnya.

Makam itu membuat saya kembali dekat dengan Tuhan. Bacaan di buku panduan ziarah kembali mengingatkan. Ziarah makam sebenarnya memang itu tujuannya, tiada lain kecuali membuat kita merunduk malu, apa yang sudah kita perbuat, sudah siapkah ketika waktunya datang, maka berbuatlah baik, bicaralah baik, bersikaplah baik, karena waktu itu rahasia Tuhan yang tak ada satupun dari kita tahu.

Sungguh, kebiasaan ini menjadi terapi ampuh. Saya bisa melepas sedikit saja kepedihan yang beberapa hari belakangan begitu menguasai diri. Mengingat pemilik jiwa dan sudah menjadi haknya mengambil miliknya, dengan datang ke makam, sungguh menjadi terapi. 

Dan kebiasaan lain saya adalah membaca dua doa ini:

Doa Waktu Mendapat Musibah Kematian

Innaalillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Allahumma 'indaka ahtasibu mushiibatii fa-ajurnii fiiha wa abdiinii minhaa khairan.

Sesungguhnya kita ini adalah kepunyaan Allah dan sesungguhnya kita akan kembali kepadaNYA. Ya Allah,, di hadapan Tuhan lah aku memperhitungkan musibahku, maka berilah aku pahala karena musibah tadi dan berikan pula sesuatu lebih baik sebagai gantinya.

Doa Ziarah Kubur

Yang artinya
Keselamatan semoga atas saudara saudara semua wahai ahli (penghuni) perumahan kubur dari golongan orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, dan beragama Islam, semoga Allah memberikan rahmat kepada orang-orang yang meninggal terdahulu dan terbelakang dan sesungguhnya kami In Sya Allah pasti akan menyusul saudara-saudara. Aku mohon kepada Allah keselamatan untuk kami (yang hidup) dan untuk saudara-saudara kalian telah mendahului kami dan kami pasti akan mengikuti kalian. Ya Allah janganlah engkau menghalangi pahala mereka pada kami dan jangan pula Engkau menyesatkan kami sepeninggal mereka.




Saya mencerna begitu banyak ilmu dari dua doa itu tentang penyerahan diri, tentang keimanan, tentang bersyukur, tentang harapan, tentang pertolongan Allah kepada orang yang ditinggalkan agar ikhlas menjalani ketentuanNYA tidak "tersesat" menjadi orang-orang yang menjauh dari Tuhan, tidak "tersesat" menjadi orang yang hidup bukan atas kemauan Tuhan. Sekaligus menjadi pengingat bahwa saya, dengan kepedihan hati, harus terus menyemangati diri untuk bisa berjalan atas kehendak Allah, mencari berkahnya, supaya semakin mulus jalan menuju keabadian yang nikmat bertemu anakku suatu waktu.












47 comments:

Cegah Infeksi Area V dengan Kebiasaan Bersih Saat Haid

13.48.00 wawaraji 6 Comments



Perempuan, diciptakan dengan berbagai kekhasan yang pasti ada tujuan. Usai sharing session dengan pakar dan praktisi, tentang higienitas organ kewanitaan, saya jadi belajar ulang dan diingatkan kembali tentang urusan perempuan. Tentang vagina dan cara membersihkan yang kadang sepele tapi berdampak besar, bahkan sampai ke urusan keturunan.

Urusan yang kadang sepele dan kerap diabaikan, sampai akhirnya risiko penyakit mulai berdatangan termasuk penyakit di area vagina. Kalau vagina sudah tak sehat, risikonya bukan hanya kepada si perempuan, tapi bisa menjangkiti janin atau anaknya. Sepele penyebabnya, mulai membersihkan tapi asal-asalan, sampai salah kaprah berbusana saja bisa berisiko. Satu hal yang bikin tambah mengerti sekarang, kenapa perempuan tidak dianjurkan atau sebagian bahkan melarang perempuan pakai celana panjang apalagi celana ketat, ya karena memang ada dampaknya ke kesehatan vagina. Pantas ya, perempuan memang lebih cantik pakai terusan/dress atau rok atau setidaknya celana longgar seperti rok karena lebih “sehat” untuk organ perempuan.

Semua pengetahuan ini saya dapatkan karena beruntung bisa menghadiri undangan dari teman dan teman lama, di sharing session bersama Betadine Feminine. Tunggu dulu, baca dulu paragraf berikutnya, saya tidak akan berpromosi soal Betadine Feminine khasiatnya apa tapi lebih kepada kenapa kita harus membersihkan area kewanitaan dengan antiseptik, dan kapan sebenarnya waktu terbaik membersihkan vagina agar mengurangi risiko infeksi?




Bersih Saat Haid

Jangan mudah terpedaya produk kecantikan. Jadi perempuan memang harus cerdas pilih produk perawatan tubuh apalagi organ intim. Soal menjaga higienitas organ kewanitaan, apa yang Anda lakukan coba? Kalau saya, beberapa kali coba produk pembersih area vagina yang katanya bisa menjaga PH atau kebersihan area sensitif itu. Atau ada juga yang bisa membuat area V terjaga keharumannya.

Untungnya saya tak berlama-lama sebagai pengguna, bukan loyalis. Menggunakan produk pembersih area V kalau ingat saja. Lantas untuk menjaga kebersihan vagina bagaimana? Sering bersihkan saja dan dijaga kelembabannya, jangan terlalu lembab berusaha kering. Itu pun masih suka keputihan dan pernah terkena infeksi. Selain kurang higienis pada area kewanitaan, area vagina yang kurang “bernafas” karena penggunaan celana ketat, bisa menimbulkan risiko kesehatan area kewanitaan. 

Datang di sesi sharing ini saya jadi mereview kembali kebiasaan kecil saya merawat organ kewanitaan. Bisa jadi ada cara yang keliru atau belum tepat dilakukan.

Saya jadi tahu, ternyata memilih pembersih wanita harus tepat. Iya, saya memang mau bilang pilih Betadine Feminine, tapi bukan untuk pemakaian harian. Ternyata, membersihkan organ kewanitaan itu tak harus setiap hari pemakaian dengan pembersih yang pastinya ada unsur kimiawi yang berdampak pada area super sensitif itu. Cukup gunakan pembersih, dengan benar-benar ada unsur antiseptik di dalamnya, untuk merawat dan mengurangi risiko infeksi, pada waktu khusus sesuai kebutuhan.

Nah, bertemu dengan Merry Sulastri, Educator dan Trainer Mundhipharma, saya mendapatkan pencerahan. Pembersih wanita tak semuanya mengandung antiseptik yang dapat mengurangi jumlah bakteri buruk atau menjaga flora normal (mikroorganisme/bakteri baik)  di area kewanitaan. Pembersih yang mengandung antiseptik adalah pembersih yang mengandung zat disebut Povidone – Iodine. Menurutnya, Betadine Feminine Hygiene mengandung 10 persen Povidone – Iodine.

Kesimpulan saya, pastikan dulu sebelum membeli, produk perawatan area kewanitaan mengandung berapa persen antiseptik. Jika tujuannya adalah membersihkan dan mengurangi risiko infeksi semestinya pembersih wanita mengandung zat tersebut bukan sekadar wangi atau bikin wangi vagina.

Itu pun, kata Merry, penggunaan pembersih wanita dengan kandungan antiseptik hanya BILA PERLU. Jadi bukan setiap hari, lumayan irit kan ya. Hanya saat haid, ketika risiko infeksi lebih besar . Untuk produk yang satu ini, pemakaiannya 2x sehari selama 7 hari jika tujuan pencegahan untuk menurunkan risiko infeksi saat haid. Kalau terjadi iritasi ringan, gatal, keputihan, jamur, bisa 2x sehari selama 5 hari, jika tujuannya pengobatan. Formulanya, 1 tutup botol (8ml) dicampur 1 liter air bersih. Basuh pada area kewanitaan, biarkan 1 menit, basuh kembali dengan air bersih.

Kenali Risiko Kesehatan Organ Intim
Penjelasan dr Liva Wijaya, SPOG yang hadir dalam temu blogger Betadine Feminine Hygiene sebenarnya bikin “nyeri”. Anatomi genetal perempuan, fisiologi vagina, sampai ekosistem vagina sehat dan bagaimana kondisi flora vagina yang sehat dijelaskan dengan gamblang lengkap dengan gambar. Sebenarnya edukasi yaa jika gambar diperlihatkan di sini, tapi agak mengerikan.

Saking mengerikan, saya pun jadi makin peduli dengan kebersihan vagina yang tujuannya menjaga kesehatan organ kewanitaan. Ternyata banyak hal kecil, kebiasaan bersih, atau mencegah beberapa hal yang bisa menyehatkan vagina.

Sebelum membahas apa saja kebiasaan kecil itu, perlu tahu dulu apa risikonya kalau kesehatan vagina tak terpelihara dengan baik. Pentingnya menjaga kesehatan kewanitaan sebenarnya adalah untuk mencegah terjadinya infeksi berulang, karena kalau berulang, ini risikonya: Infeksi panggul, infeksi saluran kencing, infertilitas, kanker serviks, vulva vagina, kerusakan sistem imun tubuh, infeksi menyeluruh (sepsis).

Banyak infeksi lain yang disebutkan dr Liva dalam paparannya yang sangat medis. Beberapa hal penting yang perempuan wajib tahu adalah Neisseria Gonorrhoeae atau GO.Perempuan yang terkena GO biasanya merasakan pinggang sakit terutama saat haid, nyeri saat berhubungan seks, pendarahan saat berhubungan, bahkan berisiko susah punya anak karena terinfeksi.

Risiko kesehatan organ kewanitaan lainnya yang umum terjadi adalah keputihan, namun berbahaya kalau sudah keputihan patologis. Keputihan patologis disebabkan hygiene buruk, nutrisi dan kesehatan menurun, unsave sex, praktik hygiene daerah kewanitaan yang salah. Nah, bagian terakhir ini penting karena salah treatment yang terkait dengan vagina, bisa-bisa menimbulkan risiko.

Usai sharing saya sempat bertanya ke dr Liva, bagaimana dengan perawatan area kewanitaan di pusat kecantikan misalnya? Menurutnya, ada risiko yang bisa saja terjadi karena ada area sensitif yang terkena perawatan tadi dan bisa mengubah kondisi normal area vagina. Jadi, hati-hati juga dengan perawatan vagina. Bahkan, kata dr Liva, memasukkan sesuatu ke vagina untuk tujuan “memuaskan suami” saja bisa berisiko.



Rekomendasi

Lalu caranya bagaimana melindungi vagina dan menjaga kesehatannya demi tubuh perempuan sehat, terhindar dari berbagai risiko penyakit?

Dr Liva menyarankan beberapa hal ini:

  1. Cuci daerah vulva dengan air bersih dan sabun yang tidak menimbulkan iritasi
  2. Tidak melakukan praktik douching atau internal cleaning secara mandiri
  3. Cuci cebok dari arah depan ke belakang, dikeringkan dengan handuk/tisu lembut, dengan arah yang sama dan tidak berulang
  4. Gunakan handuk atau tisu sekali pakai
  5. Pakaian dalam yang nyaman dari katun, menyerap keringat, tidak terlalu ketat.
  6. Jaga kelembaban, sering ganti pakaian dalam
  7. Ganti pembalut atau pantyliners secara berkala maksimal 3-4 jam sekali
  8. Tidak menggunakan bahan-bahan/lotion/cairan tanpa anjuran dokter
  9. Tidak memberi bedak/minyak pada area vagina
  10. Cuci tangan dengan sabun sebelum cebok
  11. Cuci pakaian dalam yang baru dibeli sebelum dipakai
  12. Tidak saling menukar handuk atau pakaian dalam
  13. “Save sex” (setia dengan pasangan dan tidak memasukkan sesuatu untuk alasan kepuasan yang mengundang risiko) 
  14. Tidur cukup, olahraga, nutrisi baik, hindari rokok dan alkohol
  15. Jika mendapati keluhan vulva-vagina segera cek ke dokter
  16. Perempuan yang sudah berhubungan seksual, lakukan pengecekan genitelia interna dan papsmear secara berkala. Setahun sekali untuk papsmear dan USG rahim dan saluran telur per tiga tahun.


Andra Alodita, bloggers, yang turut hadir juga berbagi kebiasaannya. Alodita yang mulai lebih peduli dengan kesehatan organ kewanitaan setelah didapati mengalami perlengketan rahim, dan mengharuskan tuba falopinya diangkat sehingga tak bisa hamil dan memiliki anak dengan bayi tabung, jadi makin hati-hati dengan kesehatan tubuhnya. Infeksi bisa terjadi dan berisiko terhadap kesehatan wanita kalau salah kaprah menjaga kebersihan tubuh terutama organ intim. Kebiasaan bersih Alodita, boleh juga ditiru:


  1. Membawa cadangan pembalut dan celana dalam saat sedang haid, ketika beraktivitas di luar rumah.
  2. Dalam sehari bisa 3-4 kali ganti pembalut dan celana dalam saat haid.
  3. Memastikan area kewanitaan tidak lembab saat buang air kecil sekalipun
  4. Mengganti handuk 1-2 dua kali seminggu demi menjaga kebersihan

Jadi, sudah seberapa bersihkan organ kewanitaan kita? Yuk mulai lebih peduli agar risiko infeksi semakin kecil. Dan yang paling penting untuk perempuan menikah, lakukan pemeriksaan berkala, papsmear setidaknya setahun sekali. Yuk, ah ke dokter kandungan.






6 comments: