#TravelerCilik Bersama Ayah Temani Ibu Telusuri Karawang

09.45.00 wawaraji 3 Comments

Day 1 tahun bersama Ayah dalam perjalanan ke Karawang 


Traveler Cilik adalah sebutan yang saya dan suami buat sendiri untuk si kecil, anak kedua kami yang Alhamdulillah diberikan kesempatan hidup setelah kami  berjuang dalam proses persalinan berisiko tinggi akibat pendarahan karena plasenta previa di usia kehamilan delapan bulan, anak perempuan kami yang hidup setelah dua tahun sebelumnya kehilangan kakaknya saat masih dalam kandungan. Dahayu Hadiya Raji namanya, semoga arti namanya menjadi doa yang diijabah, yakni si cantik pebimbing harapan kami. Panggilannya Day atau Dayu, asal jangan pernah memanggilnya Ayu. Semoga sebutan TravelerCilik dan tulisan-tulisan ibunya tentang perjalanan sejak bayi hingga kanak-kanak menjadi catatan dan kenangan baik bukan sesuatu yang tak menyenangkan baginya.


Traveling dan menemani ibu bekerja di beberapa kota menjadi kebiasaan Day sejak usianya satu tahun. Day menjadi pejalan sebenarnya karena ibunya tak pernah tega meninggalkannya di rumah bersama pengasuh. 


Kebersamaan dan Day selalu dalam pantauan dan pelukan menjadi kebutuhan yang selalu berusaha dipenuhi. Pasalnya, sehari-harinya saat ibunya masih bekerja kantoran Day terpaksa ditinggalkan bersama pengasuh 10-12 jam. Jadi, saat tidak ada urusan kantor sebisa mungkin Day bersama orangtuanya, Ayah dan Ibu atau salah satu. Atau kalau pun ada pekerjaan kantor yang dilakukan di tempat lain, bahkan di luar kota, Day dan Ayah sebagai pendamping wajib ikut, demi kebersamaan.


Nah, Februari 2014, Day berkesempatan jalan-jalan, pertama kalinya melakukan perjalanan jauh, ke Karawang.  Ini bukan pekerjaan kantor, bukan pula liburan. Ini adalah satu kisah dari perjalanan perdana #TravelerCilik, satu dari enam kota yang sudah ditelusurinya dua tahun terakhir.


Ibu mendapatkan kesempatan menulis sebuah buku biografi tokoh terhormat dan menjadi teladan lintas agama dan ormas di Karawang. Kesempatan yang membuka banyak sekali wawasan dan ilmu pengetahuan. Banyak ilmu didapat bukan hanya sekadar menulis buku sebagai ghost writer dan mendapatkan penghasilan tambahan. Ibu mencari ilmu lewat menulis buku, dan ada Day dan Ayah yang menemani, sungguh rejeki berlipat ganda namanya.


Beberapa kali harus ke Karawang mewawancarai narasumber dari keluarga, teman, kolega dari tokoh tersebut, Day ikut. Pekerjaan menulis memungkinkan membawa anak dalam perjalanan dalam pengumpulan data. Day pun manis sekali, tidak rewel dan senang jalan-jalan. Naik kendaraan sewaan dengan berbagai kebutuhan dan perlengkapannya tersedia di dalam mobil, ada Ibu dan Ayah di dekatnya, perjalanan makin menyenangkan.


Khawatir Day kelelahan menemani ibu bekerja, namun Alhamdulillah kekhawatiran yang diatasi dengan berdoa tak terjadi apa-apa. Day memang hebat. Dia senang traveling bersama ayah ibunya, hanya itu yang dia tau, jalan-jalan sambil sesekali ibu dan ayahnya bercerita untuk apa kami ke Karawang, sekadar berbagi cerita dengannya.


Waktunya tidur, Day terlelap di mobil juga di rumah keluarga di Karawang tempat kami singgah. Perjalanan yang memungkinkan dilakukan karena memang project buku ini berasal dari keluarga di Karawang. 


Dengan makan dan istirahat cukup, perjalanan pun semakin menyenangkan. Saat tidak sedang bekerja mengumpulkan data, sela waktu Day bersenda gurau dengan Ayah Ibu. 


Ah, senangnya, usia satu tahun Day sudah menjelajah salah satu kota di Indonesia. Dan dia menikmatinya dengan selalu berpose saat difoto juga dengan adem ayem sepanjang perjalanan, kalau pun sesekali menangis masih wajar saja selayaknya anak bayi yang menangis kalau mengantuk, lapar, tak nyaman karena popoknya basah atau sekadar ingin dipeluk orangtuanya. 


Kami menikmati kota yang bertumbuh tak seberapa jauh dari Ibukota Jakarta, dengan fasilitas yang terus bertambah namun masih banyak pemandangan sawah tak jauh dari pusat kota Karawang. Karena kami datang ke Karawang untuk mengangkat kisah tokoh agama, maka perjalanan pun terasa mengisi spiritual kami dan Karawang pun berkesan oleh kami sebagai kota yang memiliki sejarah keragaman organisasi keagamaan dan kemasyarakatan. Kota yang juga bersejarah dan tercatat dalam rekam jejak perjuangan NKRI. Sayang kami tak sempat menjelajah kuliner dan destinasi wisatanya, namun berkeliling mengunjungi beberapa kediaman kolega di sana membuat kami menikmati suasana berbeda dari sibuknya ibukota dengan lokasi yang hanya berjarak tempuh kurang lebih tiga jam dari Jakarta.


#TravelerCilik kami pun menikmati Karawang. Beberapa kali bolak-balik Karawang, Day beberapa kali ikut menginap di rumah keluarga. Day nyaman-nyaman saja, tak kesulitan tidur dan berbaur dengan orang baru yang jarang ditemuinya sehari-hari. Ah, anak ini memang suka menjadi pejalan rupanya. Belajar menyesuaikan diri dengan berbagai tempat dan kondisi. Mungkin, kehadiran dan keberadaan Ayah Ibunya yang membuatnya nyaman, selama ada Ayah Ibu  di mana pun itu, nikmati saja, barangkali begitu pikirnya. Day menyenangkan dalam perjalanan Karawang ini. 

Day dan Ayah di di Rest Area  menuju Karawang. Rest Area milik salah satu pengusaha dan pemilik yayasan pendidikan di Karawang

Terima kasih Day! Juga terima kasih tak terhingga dukungan Ayah.  Semoga terekam kenangan indah bernilai untuk Day dari perjalanan mencari ilmu menambah wawasan  di Karawang tentang sebuah kota yang terus berkembang, tentang keluarga yang mempertahankan gerakan sosialnya, tentang seorang tokoh yang menjadi teladan toleransi dan perilaku mencontoh nabi akhir jaman, Muhammad SAW.  


Perjalanan spiritual yang indah, apalagi ada Day #TravelerCilik yang menikmati setiap momennya. 


Tangerang 

WAF/2016   

You Might Also Like

3 comments:

traveler cilik keren deh, lucu sekali mba anaknya.
Ngomongin tentang Karawang, sudah lama tidak main kesana neh.

Kanianingsih mengatakan...

Keren kecil2 udah jd traveller:)

wawaraji mengatakan...

thanks tante Lis dan tante Kania..he he he ikutin ibunya kerja jadilah travelercilik akhirnya he he he...tggu kisah lainnya yaaaaa salam sama kakak2 Day yaaa di sana...he he