Anak 3 Tahun yang Bikin Ibunya Kepo Sama Raisa

12.00.00 wawaraji 3 Comments

Instagram raisa6690, Lirik Lagu Jatuh Hati


Jelang tiga tahun usia anak perempuanku, Dahayu, makin banyak kepintaran kognitifnya dan kejutan seru menyenangkan dari perilakunya. Salah satunya kesukaannya dengan musik.


Saya, ibunya, suka dan penikmat musik meski bukan penggila musik yang punya satu sosok pemusik dan mengejar konsernya di mana pun berada. Kalau ayahnya bukan hanya penikmat musik namun bisa memainkan alat musik dari bass, gitar, drum namun hobinya itu tak tersalurkan karena tak kebagian waktu lantaran sibuk sehari-harinya menafkahi keluarga.


Anak kami pun suka musik dari bayi. Mulai dinyanyikan shalawat sejak lahir hingga kini sangat menggemari lagu anak-anak seperti Balonku, Naik Delman, Potong Bebek Angsa, Ondel-Ondel, Ampar-Ampar Pisang, Abang Tukang Bakso. Namun ada satu lagu orang dewasa yang masih aman didengar anak-anak, yang disukainya, lagu Teka-Teki Raisa.


Ya, Raisa. Video Clip Official Teka-Teki Raisa pun kami download dari Youtube, masuk dalam jajaran playlist wajib yang didengar hampir setiap hari.

Playlist Musik Dahayu - Dok Pri

Awalnya, ada tante Tyas, adik ayahnya yang menginap di rumah. Maklum, anak kuliahan masa kini kerjaannya kalau liburan adalah buka-buka Youtube, cari video musik yang seru. Kesukaan tante Tyas dengan musik dan memang dia bisa menyanyi dengan suara tak tidak fals macam saya, menular juga ke Day. Ditinggal berduaan rupanya mereka menikmati lagu Raisa ini. Alhasil, Day pun suka. Entah karena si cantik Raisa yang membuatnya terpana, lagunya yang memang ringan dan menyenangkan, atau karena kata "teka-teki" yang bagi Day itu kata baru, unik, menyenangkan dan kadang membuatnya tertawa sambil mengikuti dengan suaranya yang lucu "teka teki hi hi hi" katanya suka.


Sejak itulah, video Teka-Teki Raisa tersimpan aman di Laptop dan Smartphone, kapan pun Day minta diputarkan, kami siap sedia.
Nah, dini hari saya terbangun karena harus menuntaskan pekerjaan menulis dan deadlinenya kurang dari 1x24 jam. Sambil pemanasan, saya terusik dengan playlist Dahayu di laptop yang ternyata belum saya matikan sejak menemaninya tidur malam. Folder yang terbuka adalah playlist Dahayu karena memang sebelum tidur dia minta menonton video musik favoritnya.
Lalu saya iseng buka Instagram, dan entah kenapa tiba-tiba akun raisa6690 muncul. Saya pun jadi kepo ingin tahu koleksi foto penyanyi favorit anak saya ini.


Tak sadar saya cukup lama "tinggal" di akun Instagram raisa6690. Saya pun menyimpulkan, tak salah pilih anak saya ini. Day mengidolakan sosok perempuan mandiri yang baik hati, lembut, penyuka keindahan, feminin elegan, dan rasanya penuh kasih sayang.


Saya suka hampir semua fotonya yang tidak terkesan pamer bagi saya (meski kata media pamer kemesraan misalnya) tapi seperti menunjukkan keindahan dan keseharian saja. Dia memperlihatkan rasa sayang dengan keponakan bayinya. Mesra dengan kekasihnya meski tak terlihat pamer kemesraan. Dan yang paling saya suka selain foto-foto dengan sahabat, teman sesama seleb, aktivitas berkariernya, dan foto bersama keluarga, adalah kutipan-kutipan yang Raisa jepret entah dari mana.

Instagram Raisa

Kata kutipan pilihan Raisa sungguh inspratif, saya suka karena saya merasa seide dengannya. Kata-kata yang mengingatkan bukan mengajari kita untuk berbuat baik, melakukan yang terbaik, damai-santai dan menikmati hidup saja lah intinya. Dan rasanya video klip musiknya pun sangat sering memunculkan kata-kata sebagai bagian dari videonya. Mungkin memang Raisa menyukai merangkai kata. Seperti ia menyukai memotret dengan angle yang menarik kalau saya perhatikan di Instagramnya.


Bukan hanya parasnya yang cantik, suara yang merdu, fisik yang ideal, kekasih yang tampan, keluarga yang harmonis, Raisa sekilas bagi saya punya karakter dan kepribadian yang baik. 

Instagram Raisa dengan Koleksi Busana Dian Pelangi

Saya akhirnya punya alasan mendukung penuh role model pilihan anak saya ini, setidaknya penyanyi yang Day sukai karena lagu Teka-Tekinya yang mungkin terdengar menarik dan lucu bagi anak tiga tahunku.

Raisa dengan keponakannya Anya, Instagram Raisa

Kapan-kapan kita lihat langsung penampilan Raisa ya Day, penasaran apakah Day akan menikmatinya atau dia lebih menikmati mendengarkan Raisa dengan privasi, duduk di kursi rotan kesayangannya, sambil makan atau minum, dan memandangi Raisa melalui layar monitor sambil mendengarkan dan kadang mengikuti lirik lagunya.


Salam kenal Tante Raisa....tetap senyum yaa meski hanya tersenyum simpul, karena kalau lagi gak senyum tante terlihat berbeda. Semoga kebaikan selalu menyertaimu. 

Tangerang
WAF/2016

3 comments:

#TravelerCilik Bersama Ayah Temani Ibu Telusuri Karawang

09.45.00 wawaraji 3 Comments

Day 1 tahun bersama Ayah dalam perjalanan ke Karawang 


Traveler Cilik adalah sebutan yang saya dan suami buat sendiri untuk si kecil, anak kedua kami yang Alhamdulillah diberikan kesempatan hidup setelah kami  berjuang dalam proses persalinan berisiko tinggi akibat pendarahan karena plasenta previa di usia kehamilan delapan bulan, anak perempuan kami yang hidup setelah dua tahun sebelumnya kehilangan kakaknya saat masih dalam kandungan. Dahayu Hadiya Raji namanya, semoga arti namanya menjadi doa yang diijabah, yakni si cantik pebimbing harapan kami. Panggilannya Day atau Dayu, asal jangan pernah memanggilnya Ayu. Semoga sebutan TravelerCilik dan tulisan-tulisan ibunya tentang perjalanan sejak bayi hingga kanak-kanak menjadi catatan dan kenangan baik bukan sesuatu yang tak menyenangkan baginya.


Traveling dan menemani ibu bekerja di beberapa kota menjadi kebiasaan Day sejak usianya satu tahun. Day menjadi pejalan sebenarnya karena ibunya tak pernah tega meninggalkannya di rumah bersama pengasuh. 


Kebersamaan dan Day selalu dalam pantauan dan pelukan menjadi kebutuhan yang selalu berusaha dipenuhi. Pasalnya, sehari-harinya saat ibunya masih bekerja kantoran Day terpaksa ditinggalkan bersama pengasuh 10-12 jam. Jadi, saat tidak ada urusan kantor sebisa mungkin Day bersama orangtuanya, Ayah dan Ibu atau salah satu. Atau kalau pun ada pekerjaan kantor yang dilakukan di tempat lain, bahkan di luar kota, Day dan Ayah sebagai pendamping wajib ikut, demi kebersamaan.


Nah, Februari 2014, Day berkesempatan jalan-jalan, pertama kalinya melakukan perjalanan jauh, ke Karawang.  Ini bukan pekerjaan kantor, bukan pula liburan. Ini adalah satu kisah dari perjalanan perdana #TravelerCilik, satu dari enam kota yang sudah ditelusurinya dua tahun terakhir.


Ibu mendapatkan kesempatan menulis sebuah buku biografi tokoh terhormat dan menjadi teladan lintas agama dan ormas di Karawang. Kesempatan yang membuka banyak sekali wawasan dan ilmu pengetahuan. Banyak ilmu didapat bukan hanya sekadar menulis buku sebagai ghost writer dan mendapatkan penghasilan tambahan. Ibu mencari ilmu lewat menulis buku, dan ada Day dan Ayah yang menemani, sungguh rejeki berlipat ganda namanya.


Beberapa kali harus ke Karawang mewawancarai narasumber dari keluarga, teman, kolega dari tokoh tersebut, Day ikut. Pekerjaan menulis memungkinkan membawa anak dalam perjalanan dalam pengumpulan data. Day pun manis sekali, tidak rewel dan senang jalan-jalan. Naik kendaraan sewaan dengan berbagai kebutuhan dan perlengkapannya tersedia di dalam mobil, ada Ibu dan Ayah di dekatnya, perjalanan makin menyenangkan.


Khawatir Day kelelahan menemani ibu bekerja, namun Alhamdulillah kekhawatiran yang diatasi dengan berdoa tak terjadi apa-apa. Day memang hebat. Dia senang traveling bersama ayah ibunya, hanya itu yang dia tau, jalan-jalan sambil sesekali ibu dan ayahnya bercerita untuk apa kami ke Karawang, sekadar berbagi cerita dengannya.


Waktunya tidur, Day terlelap di mobil juga di rumah keluarga di Karawang tempat kami singgah. Perjalanan yang memungkinkan dilakukan karena memang project buku ini berasal dari keluarga di Karawang. 


Dengan makan dan istirahat cukup, perjalanan pun semakin menyenangkan. Saat tidak sedang bekerja mengumpulkan data, sela waktu Day bersenda gurau dengan Ayah Ibu. 


Ah, senangnya, usia satu tahun Day sudah menjelajah salah satu kota di Indonesia. Dan dia menikmatinya dengan selalu berpose saat difoto juga dengan adem ayem sepanjang perjalanan, kalau pun sesekali menangis masih wajar saja selayaknya anak bayi yang menangis kalau mengantuk, lapar, tak nyaman karena popoknya basah atau sekadar ingin dipeluk orangtuanya. 


Kami menikmati kota yang bertumbuh tak seberapa jauh dari Ibukota Jakarta, dengan fasilitas yang terus bertambah namun masih banyak pemandangan sawah tak jauh dari pusat kota Karawang. Karena kami datang ke Karawang untuk mengangkat kisah tokoh agama, maka perjalanan pun terasa mengisi spiritual kami dan Karawang pun berkesan oleh kami sebagai kota yang memiliki sejarah keragaman organisasi keagamaan dan kemasyarakatan. Kota yang juga bersejarah dan tercatat dalam rekam jejak perjuangan NKRI. Sayang kami tak sempat menjelajah kuliner dan destinasi wisatanya, namun berkeliling mengunjungi beberapa kediaman kolega di sana membuat kami menikmati suasana berbeda dari sibuknya ibukota dengan lokasi yang hanya berjarak tempuh kurang lebih tiga jam dari Jakarta.


#TravelerCilik kami pun menikmati Karawang. Beberapa kali bolak-balik Karawang, Day beberapa kali ikut menginap di rumah keluarga. Day nyaman-nyaman saja, tak kesulitan tidur dan berbaur dengan orang baru yang jarang ditemuinya sehari-hari. Ah, anak ini memang suka menjadi pejalan rupanya. Belajar menyesuaikan diri dengan berbagai tempat dan kondisi. Mungkin, kehadiran dan keberadaan Ayah Ibunya yang membuatnya nyaman, selama ada Ayah Ibu  di mana pun itu, nikmati saja, barangkali begitu pikirnya. Day menyenangkan dalam perjalanan Karawang ini. 

Day dan Ayah di di Rest Area  menuju Karawang. Rest Area milik salah satu pengusaha dan pemilik yayasan pendidikan di Karawang

Terima kasih Day! Juga terima kasih tak terhingga dukungan Ayah.  Semoga terekam kenangan indah bernilai untuk Day dari perjalanan mencari ilmu menambah wawasan  di Karawang tentang sebuah kota yang terus berkembang, tentang keluarga yang mempertahankan gerakan sosialnya, tentang seorang tokoh yang menjadi teladan toleransi dan perilaku mencontoh nabi akhir jaman, Muhammad SAW.  


Perjalanan spiritual yang indah, apalagi ada Day #TravelerCilik yang menikmati setiap momennya. 


Tangerang 

WAF/2016   

3 comments:

Ketidaksiapan Orangtua Bisa Hambat Anak Meraih Sukses

09.00.00 wawaraji 3 Comments

Desainer Anne Avantie memberikan contoh bagaimana anak ketika mendapatkan dukungan orangtua bisa berkembang lebih sukses.

Membaca tulisan lama saya di SINI tentang kesuksesan anak dan peran orangtua, jadi ingin berbagi ceritanya. Barangkali ada orangtua yang punya cerita serupa.

Kesuksesan anak dipengaruhi banyak faktor namun ternyata ditentukan juga oleh kesiapan orangtuanya. Anak yang berpotensi dapat tumbuh menjadi pemimpin sejak dini, dan memiliki kemampuan mengembangkan dirinya menjadi pribadi mandiri, siap menuju sukses, namun juga bisa terhambat karena ketidaksiapan orangtua.

Orangtua juga perlu menyiapkan dirinya, terutama mental, untuk mendampingi anak meraih kesuksesannya.Dalam sebuah kesempatan diskusi panel yang pernah saya hadiri, mendatangkan pembicara para perempuan hebat yang sukses di dunia wirausaha, pakar kepribadian dan Direktur Sekolah Duta Bangsa, Mien Rachman Uno mengatakan agar anak sukses menjadi pemimpin di usia dini, orangtua juga harus dipersiapkan.

Mien Uno menyontohkan, bagaimana Anne Avantie, desainer kebaya ternama asal Semarang, mendukung dan membimbing dua anaknya untuk fokus menjalani profesi yang dipilihnya sejak usia muda. Katanya, orangtua juga harus memiliki kesiapan untuk mendampingi anak yang sukses di usia muda. Seperti Anne Avantie, yang melepaskan anak-anaknya untuk membuat pilihan, dengan disertai pertimbangan yang matang.

Anak-anak Anne memilih berwirausaha di usia muda. Bahkan anak kedua, memilih sekolah kuliner di usia 17, dan sukses menjadi chef di usia muda. Anne adalah contoh bagaimana orangtua perlu bersiap menghadapi pilihan anak menuju kesuksesan. Menurut Mien, anak berhak memilih profesi dan masa depannya. Benar saja, saya pernah mengunjungi kafe putra Anne Avantie ini di sebuah mal di BSD. Restorannya keren, makanannya lezat dan penyajian khas chef internasional namun dengan harga yang masih rasional. Masakan yang dibuat dengan passion. Passion berjalan dengan dukungan orangtua yang berani mengambil keputusan tidak mainstream, tak selalu sama dengan kebanyakan orangtua.

Kata Mien Uno, "Biarkan anak memilih, meski nantinya akan ada yang hilang saat anak memilih. Seperti kehilangan masa anak-anak. Kehilangan masa anak-anak ini menjadi bagian dari sukses. Tentunya pemilihan ini didasarkan atas pertimbangan yang matang, bimbingan dari orangtua, dan kesiapan mental dari orangtua itu sendiri,” jelasnya.

Bagaimana dengan Anda? Seperti apa reaksi atau respons Anda, begitu mengetahui anak, di usia muda, memilih profesi yang diyakininya bisa memberikan kesuksesan? Siapkah Anda melepas anak di usia muda untuk mengejar mimpinya?

Saya sih belum punya pengalaman ini karena anak masih batita. Bagi yang punya pengalaman, boleh dong berbagi cerita suksesnya semata untuk menginspirasi para orangtua lainnya termasuk saya sendiri yang pastinya sangat bisa belajar dari pengalaman Anda.

#happyweekend
#familytime

Tangerang - WAF - 

3 comments:

Beruntung dan Bersyukurlah Perempuan yang Leluasa Menulis Apalagi Ngeblog

17.35.00 wawaraji 5 Comments

Sumber ilustrasi foto: Kompas.com

Bicara soal perempuan, entah kenapa, selalu ada saja yang bisa diperbincangkan. Semakin sering kita menyentuh kehidupan perempuan, semakin banyak pertemuan-pertemuan dengan perempuan dari berbagai kalangan dan profesi, selalu ada kisah di balik sosoknya. Kompleks. Hidup perempuan sangatlah kompleks. Tak heran saya kalau komunitas yang hadir karena keperempuanannya selalu hidup karena perempuan memang butuh saling menyemangati, mendukung, membesarkan hati dan dirinya, karena hidupnya terlalu kompleks.


Lihat saja, dari perkara yang tak pernah tuntas dibahas, tentang ibu bekerja baik kantoran dan ibu rumah tangga. Bagi saya, semua ibu itu bekerja. Kembalikan saja makna bekerja yang tidak selalu diasosiasikan dengan kantor atau perusahaan. Perempuan yang memilih menjadi ibu rumah tangga juga bekerja. Bekerja dengan pikiran dan tenaganya, memastikan semua urusan hari itu terselesaikan dengan baik. Bukankah itu sebenarnya prinsip bekerja, urusan tuntas per harinya. Baik perempuan yang bekerja kantoran, wirausaha, pebisnis online, internet marketer, menulis di kantor dan di rumah atau di mana saja dia bisa, ibu rumah tangga semua bekerja. Perkara yang satu ini saja banyak pro-kontranya, banyak adu argumen yang bisa terjadi kalau diangkat di forum diskusi. Saya sendiri tidak membahas soal perkara ini di tulisan ini. Saya punya isu lain, yang mungkin tak semua perempuan merasakan.


Merasakan betapa pedihnya ketika kita ingin sekali bercengkerama dengan kata-kata, dengan ide di kepala yang mengalir deras, namun tak bisa tertuangkan dalam tulisan. Baik tulisan tangan apalagi menulis di layar komputer yang butuh persiapan ini itu. 


Meski fasilitas untuk menulis atau bahkan blogging ada, laptop, PC, wifi, modem, namun ketika keleluasaan tak didapatkan, tak ada artinya semua harta pendukung itu. Harta yang berharga adalah waktu yang fleksibel, ketika kita sudah dianugerahi kemampuan merancang kata di kepala yang siap dituangkan ke dalam karya tulisan.


Saya menjadi saksi bagaimana ada perempuan yang saya tahu kemampuannya menulis tak diragukan, bagaimana ia bisa berpuisi dan menulis puisi. Saya tahu karena perempuan ini pecinta dan pembaca buku sejati. Membaca dan menulis adalah kesatuan yang tak terpisakan, saling memengaruhi. Saya tahu perempuan ini sangat mampu menulis, namun dia tak bisa karena waktu yang habis untuk rutinitasnya menyenangkan orang lain, karena tak adanya dukungan moral bukan material. Kondisi yang bukan mengada-ada, kondisi yang mungkin tak semua orang percaya apalagi yang berargumen menulis bisa kapan saja di mana saja, sesibuk apa pun pasti bisa menulis. 


Tidak kawan! Tidak semua kondisi seperti itu. Ada kondisi yang di luar nalar kita yang mungkin tak logis, tapi ada. Ada keterbatasan gerak dan waktu yang membuat perempuan dengan berbagai perannya sebagai istri, anak perempuan, tidak bisa menulis meski dia sangat ingin melakukannya.

Menghadiri HUT komunitas perempuan bahkan ibu yang hobi blogging, KEB, hari ini membuat saya kembali teringat fakta perempuan tadi. Bahwa ada perempuan di luar sana yang tak sanggup melawan keterbatasan untuk sekadar bisa menulis. Benar-benar terkondisikan tak bisa menembus batas itu. Bahwa kita para perempuan, kaum ibu yang leluasa menulis, leluasa menghadiri kegiatan di luar untuk bisa menambah bahan tulisan update blog pribadi, maka bersyukurlah kita, maka beruntunglah kita.

Kesempatan lapang berkegiatan dan menulis untuk perempuan adalah anugerah. Maka anugerah inilah yang harus kita syukuri dengan berbagai cara. Menulis dan menulislah, berbagilah ilmu dan pengalaman kepada siapa pun tanpa pandang bulu. Karena dengan ilmu yang tertinggal lewat tulisan, kita sudah menebar kebaikan. Karena ilmu yang diwariskan lewat tulisan adalah bekal kita menumpuk pahala untuk hari nanti. 

Menulislah sebagai bentuk syukur kita atas keleluasan waktu yang kita punya. Atas dukungan suami, dukungan keluarga, anak-anak kita yang manis-manis dan tahu ketika ibunya membuka laptop dan mengetik mereka paham dan mungkin ingin ikut mengetik bersama kita. Bersyukurlah kita dengan menulis yang bisa membawa manfaat untuk orang banyak. Menulislah untuk juga berkontribusi karena kita dianugerahi kemampuan menulis dengan leluasa. 

Untuk perempuan yang masih terbatasi, jangan menyerah. Ada waktunya untuk bisa menembus batas itu. Mungkin belum saat ini. Entahlah apa yang bisa kulakukan untuk membantu karena ranah itu terlalu sensitif, privasi yang kadang sulit untuk ditembus. Kompleks. Betapa pun banyak aktivis perempuan di luar sana yang lantang bersuara tentang kesetaraan, tentang perempuan yang punya hak sama untuk berkembang dan mengembangkan dirinya, betapa pun banyak buku dan kegiatan yang mendorong kesetaraan, faktanya tak semudah membalikkan telapak tangan mengubah keadaan.

Doaku untuk para perempuan yang masih terbatasi agar bisa menembus batasnya. Aku akan hadir dengan berbagai cara setidaknya untuk menghiburmu. Doaku untuk para perempuan yang leluasa melakukan apa saja yang ia suka, untuk menebar kebaikan dan kepedulian, kita saling menguatkan, sesama perempuan.

Tangerang-WAF-


5 comments:

Kreatifnya Copywriter, Iklan Rokok dan "Mood Booster"

07.21.00 wawaraji 10 Comments


Saya salut dengan para copywriter yang bisa menciptakan tagline juga kata-kata singkat yang inspiratif dalam sebuah iklan. Saya juga punya teman copywriter yang keren, namanya Alia. Di hari-hari akhir saya bekerja sekantor dengannya, saya baru bisa mengenalnya lebih banyak. Pertemuan saya dengannya saya yakin sudah direncanakanNYA. Dan saya pun merasa beruntung bisa dipertemukan dengan caraNYA dan berbincang lama dengan Alia karena saya mengenal sisi lain dunia copywriting yang seru menantang. Berkat pertemuan itu, saya pun makin tertarik dengan dunia menulis yang satu ini. Setelah sebelumnya saya lebih banyak mengamati sendiri.


Salah satu karya copywriter yang bagi saya selalu keren dan inspiratif adalah iklan rokok. Sebenarnya saya menyayangkan sekaligus mempertanyakan kenapa sih lebih sering iklan rokok yang kata-katanya selalu sukses jadi "mood booster" setidaknya bagi saya. Entah yang menggambarkan serunya bertualang, adventuring, hingga dorongan untuk menjadi pengusaha. Kenapa saya bilang "sayangnya", karena saya menolak menjadi perokok pasif apalagi aktif.


Inilah canggihnya copywriter yang selalu mendapat tantangan menciptakan tagline atau materi iklan. Menurut saya, iklan rokok memberikan tantangan lebih karena produk rokok dilarang beriklan terkait produk. Perhatikan saja,  semua produk rokok beriklan tentang isu lain, ada pesan khusus yang mereka sampaikan, dan kebanyakan menjadi "mood booster" bagi audiensnya. Bagaimana tidak? Iklan TV yang menggambarkan seseorang bertualang seru, berwisata yang tak biasa, menembus batas, pastinya akan membuat pemirsa membayangkan kesenangan dan membuat dia memimpikan ingin melakukan hal serupa. Akhirnya semangatnya kembali muncul, mood  booster.


Saya jadi berpikir, mungkin keyword yang diberikan kepada para copywriters itu adalah "ciptakan iklan yang bisa jadi mood booster" karena mungkin produk rokok bagi sebagian besar orang menjadi semacam "penyemangat" aktivitas. Jadi, ada satu benang merahnya antara materi iklan yang beragam itu dengan produknya, yakni mood booster.


Ah, ini sih hanya analisis dari orang awam macam saya yang "doyan" mengamati saja. Ini muncul gara-gara saya mendapatkan mood booster dari satu lagi iklan rokok, gak perlu saya sebutkan lah yaaa karena sekali lagi saya tidak mendukung dan MENOLAK ROKOK. Yang pasti, iklan tv ini baru, karena penayangannya diputar berulang di waktu berdekatan tipikal iklan baru di layar kaca.


Ini kata-katanya:
Ini AkuMeninggalkan kepastian untuk mengejar mimpiku

Ini AkuMenolak Sebuah Kesempatan untuk membuka jalanku sendiri

Ini Aku Berdiri di atas kakiku sendiri untuk memulai perjalananku

Make It Your Journey


Jadi silakan cari sendiri mereknya ya. Saya hanya menangkap pesan baiknya tentang dorongan, penyemangat untuk Make It Your Journey. Bahwa anak muda juga punya pilihan untuk menciptakan perjalanannya sendiri. Iklan TV ini bercerita tentang tiga pria muda yang memutuskan menjadi pengusaha alih-alih menjadi karyawan.
Kenapa ini menjadi penyemangat buat saya? Karena saya berada di posisi tersebut. Saya baru 15 hari meninggalkan status karyawan. 

Meninggalkan kepastian, kepastian gaji, kepastian karier, kepastian bonus, kepastian fasilitas dan lainnya yang biasa didapatkan karyawan dari perusahaannya. Menolak kesempatan untuk mungkin perusahaan mau memikirkan kembali status saya, jenjang karier saya menjadi lebih tinggi, tapi saya meninggalkannya karena memang tidak ada kepastian juga nyatanya. Keputusan untuk berdiri sendiri menjadi pekerja mandiri, memulai perjalanan baru.


Ya, perjalanan baru sebagai pendiri dan pengelola komunitas, juga eventplanner bidang yang bukan hal baru karena saya mengawali pekerjaan usai lulus kuliah sebagai staf event organizer tepatnya pada tahun 2005. Beberapa kali memutuskan menjadi freelancer pun saya memilih bergabung di EO. Menciptakan event, memikirkan event yang menarik adalah pengalaman lama yang saya perbarui kembali kini.


Make It Your Journey menjadi kata kunci, tagline yang diciptakan copywriter bayaran produk tersebut, yang sangat dekat dengan saya dan menjadi mood booster. Bahkan kata perjalanan juga  saya pilih untuk mewakili keputusan saya menjadi pekerja mandiri. Teman kantor pun memberikan hadiah perpisahan dengan kata-kata "Trip" mereka mendoakan saya menikmati perjalanan yang baru ini dengan menghadiahi saya barang-barang yang identik dengan sebuah perjalanan seru menyenangkan: bantal, syal, handuk, sandal jepit. Ah serasa saya akan menelusuri perjalanan seru menuju pantai yang sangat indah atau pegunungan yang sangat sejuk dan menyegarkan. 



Sebuah iklan bisa menjadi mood booster, inilah yang selalu saya dapati, sayangnya dari iklan rokok. Bahkan ada juga produk serupa yang menciptakan tantangan wirausaha. Mungkin tantangan, perjalanan seru dan berbeda selalu identik dengan wirausaha, karena di luar itu perjalanan tetap menantang namun tak seseru perjalanan kemandirian yang penuh ketidakpastian. Ketika seseorang akhirnya memutuskan menembus ketidakpastian, mereka mungkin butuh penyemangat terus menerus lantaran perjalanannya tak selalu mudah, dinamis, dan tak bisa ditebak seperti perjalanan lainnya.


Dan benar saja, pesan-pesan penyemangat itu, bagi saya, ampuh dan membuat saya semakin tertantang dengan perjalanan ini. Menjadi pekerja mandiri. I will Make It,  This is My Journey.





10 comments:

Merekam Keajaiban "Momazing Moment" yang Takkan Tergantikan

05.09.00 wawaraji 2 Comments

Dok. Raji Photography



Anak itu anugerah yang ajaib. Super ajaib. Setiap pasangan menikah pasti punya cerita ajaib untuk menjadi orangtua. Kedatangan anak dalam keluarga membawa kenikmatan yang takkan sama rasanya. Bagi saya dan suami, kehadiran seorang putri yang kami beri nama Dahayu Hadiya Raji, adalah anugerah yang ajaib. Sesuai nama tengahnya, Hadiya, yang artinya pembimbing, Day datang dengan sejuta keajaiban lewat berbagai tanda yang saya dan suami maknai sebagai bimbingannya.

Momen kehadirannya di dalam kandungan hingga momen kelahirannya, juga tumbuh kembangnya, sungguh keajaiban yang takkan sudi kami lewatkan setiap kisahnya. Alhasil, berbagai rekaman kami punya berisi perjalanan dahayu. Dari momen kehamilan yang sangat kami nantikan, setelah 2 tahun menunggu dari pernikahan, setelah 1,5 tahun kehilangan anak pertama yang tak berhasil berkembang dalam janin. Juga momen saat janin bergerak lincah di dalam rahim yang nyaman, momen pascakelahiran prematur, tumbuh kembang, hingga kini Day berusia dua tahun satu bulan (saat tulisan ini dibuat).

Semua #Momazing itu tercatat dan terekam lewat buku, tulisan, foto, video pribadi kami. Karena murni untuk konsumsi pribadi, jadi hanya beberapa yang bisa kami bagi di sini.  Selebihnya, biarlah kami, orangtuanya yang menikmati momen-momen ajaib itu, menjadi bahan cerita untuk kami bertiga nantinya.

Dahayu
Putri mungil yang lahir 28 Februari 2013 kami beri nama depan Dahayu. Berasal dari bahasa sansekerta, Dahayu artinya cantik. Nama ini mewakilinya sebagai perempuan yang punya darah Jawa dari ayahnya, juga kesukaan ibunya dengan budaya. Kata orang, namanya unik dan otentik. Setelah muncul ke muka bumi, alhamdulillah, parasnya secantik namanya.

Sejak dalam kandungan, Dahayu menjadi pebimbing untuk ayah ibunya. Karenanya, tepat saat ayahnya memilihkan nama tengah, Hadiya, bahasa arab yang artinya pebimbing. Harapannya semoga Dahayu menjadi pebimbing minimal untuk diri dan keluarganya.

Di balik nama Hadiya inilah muncul banyak momen yang kami maknai sebagai bimbingan. Momen ajaib yang selalu kami rekam saking tak ingin kehilangan kesempatan itu.

Hadiya
Momen ajaib sudah datang sejak hamil. Day aktif bergerak seakan tak sabar ingin bertemu ayah ibunya. Kami pun tak sabar ingin jumpa, namun harapan bertemu setelah sembilan bulan mematangkan diri dalam kandungan, harus kandas.

Lewat bimbingannya, Day seakan meminta kami, orangtuanya untuk memeriksakan diri ke dokter ahli kandungan di sebuah klinik di Harmoni. Maksud hati ingin USG 4D, tapi yang terjadi adalah diagnosa lain. Saya hamil dengan kondisi berisiko tinggi. Plasenta Previa. Yang membuat saya harus dirawat dua hari di usia kehamilan 34 minggu. Belum genap dua hari dalam perawatan, Day lahir, dengan sebelumnya saya harus mengalami pendarahan hebat. Day, lahir dengan risiko tinggi. Bukan hanya prematur namun banyak kehilangan oksigen selama 3 jam ibunya pendarahan. Beruntung, Day lahir selamat.

Momen ajaib ini hanya bisa saya ingat dan tuliskan di buku catatan pribadi, juga di sini. Saya rekam betul momen ajaib itu, kelahiran antara hidup dan mati. Kami berdua selamat. Alhamdulillah. Kami masih dipercaya untuk menikmati kehidupan yang sungguh ajaib.

Day lahir prematur dengan suara tangis keras. Saya ingat betul, saya kecup ujung bibirnya saat Day didekatkan dokter ke wajah saya. Kami tak bertemu beberapa hari karena Day butuh perawatan ekstra, saya pun sungguh lemah tak berdaya.

Momen ajaib yang sangat saya rekam dalam ingatan adalah saat bidan akhirnya mengijinkan saya bertemu Day untuk sekadar menyentuh kulitnya, berbisik kepadanya, sekadar berbagi semangat, bahwa Ibu dan Day akan pulang dengan sehat. Ini terjadi dua hari setelah melahirkan, setelah kondisi saya juga pulih setelah pendarahan hebat yang ternyata membuat fisik saya lemah selemah-lemahnya.

Kubacakan Al-Fatihah, ku transfer semangat kepada Day yang masih harus diselang oksigen di dalam inkubator yang menghangatkannya. Suster kepala membolehkan saya berkomunikasi dengannya bahkan belajar memandikan bayi prematur. Wejangan-wejangan juga suster kepala berikan agar saya semangat dan memberi perhatian penuh cinta tulus kepada anak prematur. Hanya kasih tulus dan sentuhan ibu yang mendukung tumbuh kembang bayi prematur. Pelajaran berharga dengan momen istimewa.

Saya tak pernah siap menghadapi situasi seperti ini. Merawat bayi prematur dengan kondisi kekurangan oksigen. Khawatir dan semangat bercampur satu. Khawatir Day tak terawat dengan baik saat kembali ke rumah. Semangat Day dan saya juga ayahnya bisa menjalani takdir ini. Semua bercampur jadi satu. Kekhawatiran yang membuat saya rela meninggalkan Day dirawat sempurna di RS, dan saya pulang lebih dahulu ke rumah orangtua, tanpa menggendong bayi mungil yang cantik berambut lebat itu.

Sebelum berpisah, Day belajar menyusu. Saya belajar memerah. Sungguh bukan hal yang mudah karena kondisi kami berbeda. Day kesulitan menghisap. Saya pun kesulitan memberi ASI melimpah. Sungguh tak mudah namun indah. Saya bisa berpelukan, skin to skin, bersama Day. Ajaib dan indah.

Di rumah, memerah ASI yang tak banyak keluar saya lakukan sembari melihat foto Day. Sungguh situasi yang tak pernah saya bayangkan akan terjadi. Namun saya harus kuat, tak bersedih demi Day yang sedang dalam perawatan ahli. Saya percaya, semangat positif saya sebagai ibu akan mengalir ke Day yang terpisah jarak selama seminggu.

Beberapa hari memulihkan diri, saya memaksa datang ke RS memantau Day, mengusir rasa iri kepada suami yang bisa berjumpa dengan Day. Meski tak bisa berbuat apa-apa, momen pertemuan dengan Day yang masing lebih sering memejamkan mata takkan tergantikan.

Akhirnya, kami menjadi keluarga utuh. Pulang dari RS, membawa seorang bayi perempuan, ke rumah setelah seminggu terpisah. Momen-momen ajaib pun berdatangan.



Day, harus tidur dengan ruangan yang dihangatkan lampu 100watt. Buat saya itu sudah panas luar biasa. Buat Day, justru itu yang dibutuhkan, kehangatan. Tak cukup selimut untuk menghangatkan tubuh mungilnya. Setelah satu bulan dalam "kehangatan" Day pun siap menyesuaikan suhu ruangan. Sejak itulah semakin banyak momen tak tergantikan.

Day yang kalau dijemur di bawah sinar matahari pukul  7-8 selalu berpose. Day yang kalau mandi tak pernah takut air dan senang luar biasa tak pernah menangis. Day yang mulai jalan-jalan ke rumah mbah. Day yang mulai digendong nenek. Day yang beratnya mulai bertambah.

Satu per satu keunikan muncul. Meski mungkin Day terlambat mengalaminya dibandingkan anak lain seusianya, ibu tetap bangga dan takjub melihat keajaiban-keajaiban yang Day punya. Mulai bisa memegang benda dan digigitnya. Mulai makan MPASI dari pepaya, brokoli, wortel lalu beranjak ke bubur, nasi tim, dan makanan padat lainnya. Juga mulai ngoceh dengan bahasanya. Semua momen itu begitu berarti tak sudi dilewati dan ibu menjadii saksi matanya.

Sayang hingga usia delapan bulan Day belum bisa tengkurap. Apalagi duduk dan berdiri. Khawatir namun solusi harus dicari, yakni fisioterapi untuk melatih motorik kasar. Semua ahli sepakat, Day punya kognitif yang baik. Hanya motorik kasar yang bermasalah. Belakangan melihat perlembangan terapi, diketahui motorik halus juga baik. Day perlu kesabaran untuk bisa mengejutkan ibu dn ayah dengan momen ajaibnya, yakni berdiri dan berjalan.

Tak apa, karena banyak momen yang membahagiakan. Seperti Day pertama kali bilang "Ayah" sebagai kata pertamanya.


Bicara bagi Day mungkin bukan hal asing. Ayah dan ibu kerap membacakan buku atau mengajaknya bercakap-cakap. Day pun menyerap. Meski bukan ibu, kata pertamanya. Mendengar langsung kata "Ayah" dari Day sunggu keajaiban. Beruntung, ibu menjadi saksinya. Indah, ajaib, bahagianya.

Lalu satu persatu kata muncul dan itu selalu menjadi momen menakjubkan. Yang paling ajaib adalah saat Day bisa melanjutkan nyanyian. Saya dan suami memang suka bernyanyi untuk Day, lagu anak-anak hingga lagu perjuangan, semua lagu Indonesia.

 "Cicak-cicak di dinding diam-diam merayap. Datang seekor nyamuk"

"Hap", kata Day yang tiba-tiba melanjutkan.

Beruntung, saya pun menjadi saksi momen menakjubkan ini. Sekecil apa pun momen itu, akan terasa indah saat kita mengalaminya sendiri bersama anak. Terkejut, tersenyum, tertawa menyaksikan semua keajaiban. Saat Tuhan belum memberikan waktunya bagi anak saya untuk berdiri dan berjalan, terlalu banyak momen menakjubkan yang saya dan Day bisa nikmati bersama. Keadilan memang hanya milik-Nya. Beruntung, saya, ibu bekerja selalu punya kesempatan menyaksikan langsung momen ajaib itu.

Hadiya, sesuai namanya, Day memang menjadi pembimbing. Membimbing ibunya untuk selalu bersyukur atas setiap momen yang dibaginya langsung.

Kini, saya hanya perlu bersabar untuk menanti momen istimewa lainnya. Saya sudah sering memimpikan Day berjalan. Hanya saja mungkin sekarang belum waktunya. Pada masanya yang indah, Day akan menunjukkan kemampuannya. Sekarang, putri saya tengah membimbing untuk selalu mensyukuri yang ada dan mengajak bersabar untuk menanti momen ajaib lainnya. Sambil berdoa, berusaha, berharap dengan bersemangat, akan indah pada waktunya nanti.

Seperti nama terakhirnya, Raji, yang artinya harapan. Day yang cantik sedang membimbing orangtuanya, kakek neneknya, mbah, om dan tantenya untuk bersabar, bersyukur dan tak henti berharap untuk nanti menyaksikannya berjalan dengan sempurna, pada waktunya. Harapannnya, semoga itu terjadi sebelum Day harus mulai sekolah.

Dahayu Hadiya Raji, si cantik yang membimbing penuh harapan, adalah anak istimewa yang Tuhan gariskan untuk saya dan suami, supaya menjadi pribadi yang jauh lebih baik, lebih dekat denganNya, dengan cara yang unik. Karena setiap anak unik, perjalanan kami pun unik dan ajaib. Tak ada kata lain selain bersyukur. Memiliki Dahayu dan menyaksikan setiap tahapan tumbuh kembangnya dengan sejuta momen menakjubkan bersamanya.

Ayah, Ibu....selamat menikmati momen menakjubkan bersama si kecil. Semoga kita menjadi orangtua yang beruntung, diberkati dengan keajaiban-keajaiban putra putri yang tumbuh dan berkembang, dan kita menyaksikan langsung berbagai momen ajaib itu. Selamat menikmati momen indah yang takkan tergantikan apalagi berulang. Karena 1-2 tahun ke depan, anak kita bak busur panah yang siap meluncur berkelana dengan dunianya.

Enjoy and let's share the moment to inspire others #Momazing



2 comments: